Friday, April 20, 2012

BAHAGIA ITU ‘SEDERHANA’


Kenapa Nak Mas….?” Tanya Ki Bijak demi melihat wajah Maula yang nampak sedikit memerah, seperti memendam sesuatu.

“Tidak apa-apa Ki…, ana hanya terharu setelah membaca hadits ini…” Kata Maula sambil menunjukan hadits yang dimaksud;

“Suatu hari ‘Umar bin Khaththab RA menemui Nabi saw. di kamar beliau, lalu ‘Umar mendapati beliau tengah berbaring di atas sebuah tikar usang yang pinggirnya telah digerogoti oleh kemiskinan (lapuk)”.

“ Tikar membekas di belikat beliau, bantal yang keras membekas di bawah kepala beliau, dan kulit samakan membekas di kepala beliau..”.

“Di salah satu sudut kamar itu terdapat gandum sekitar satu gantang, di bawah dinding terdapat qarzh (semacam tumbuhan untuk menyamak kulit)”

“Maka, air mata ‘Umar bin Khaththab RA meleleh dan ia tidak kuasa menahan tangis karena iba dengan kondisi Nabi saw...”

“Lalu Nabi saw. bertanya sambil melihat air mata ‘Umar RA yang berjatuhan, “Apa yang membuatmu menangis, Ibnu Khaththab?”

“Umar RA menjawab dengan kata-kata yang bercampur-aduk dengan air mata dan perasaannya yang terbakar, “Wahai Nabi Allah, bagaimana aku tidak menangis, sedangkan tikar ini membekas di belikat Anda, sedangkan aku tidak melihat apa-apa di lemari Anda? Kisra dan kaisar duduk di atas tilam dari emas dan kasur dari beludru dan sutera, dan dikelilingi buah-buahan dan sungai-sungai, sementara Anda adalah Nabi dan manusia pilihan Allah!”

“Lalu Nabi saw. menjawab dengan senyum tersungging di bibir beliau, “Wahai Ibnu Khaththab, kebaikan mereka dipercepat datangnya, dan kebaikan itu pasti terputus. Sementara kita adalah kaum yang kebaikannya ditunda hingga hari akhir. Tidakkah engkau rela jika akhirat untuk kita dan dunia untuk mereka?”

‘Umar menjawab, “Aku rela.” (HR. Hakim, Ibnu Hibban dan Ahmad)

Ki Bijak pun menarik nafas dalam-dalam setelah membaca kembali hadits yang sangat menyentuh ini, bagaimana tidak…., baginda Rasul, manusia agung pilihan Allah, manusia terbaik yang pernah lahir, yang tidak akan ada manusia seperti beliau baik sebelum sesudahnya, harus tidak beralaskan tikar keras yang sampai menimbulkan bekas dipunggung beliau, hanya memiliki sedikit makanan dirumahnya dan jauh dari kesan gemerlap dunia yang biasa menghiasi perilaku para pemimpin dan pembesar dari zaman dulu hingga sekarang….., pantas kalau kemudian sayyidina Umar bin Khattab, seorang yang gagah perkasa dimedan laga, seorang pejuang yang pantang menyerah, seorang yang bahkan setanpun harus menghindar kala berpapasan dengannya, tidak sanggup menahan derai air matanya demi melihat kondisi baginda Rasul seperti itu…..;
Tanpa terasa air bening pun mengalir dari dua kelopak matanya, Ki Bijak pun demikian haru dan tersentuh…,

“Harusnya kita malu mengaku menjadi umat beliau Nak  Mas….” Katanya kemudian setelah suasana sedikit mencair.

“Kenapa kita harusnya malu mengaku sebagai umat beliau ki…?”Tanya Maula

“Ya Nak Mas, kita mestinya malu mengaku sebagai umat beliau, sementara perilaku dan tabiat kita justru lebih cenderung menyerupai perilaku dan perangai raja kisra dan romawi….”

“Seperti dalam hadits ini, perilaku baginda Rasul begitu bersahaja, begitu sederhana, tapi sebagian umatnya justru ingin tampil waah, pengen tampil laksana raja romawi, mobilnya mewah, rumahnya bak istana, persediaan makannya melebihi stock baitul mal, memakai perhiasan yang mahal, mengenakan jas yang harganya puluhan bahkan ratusan juta……, dan bukankah ini lebih mencerminkan perilaku raja kisra daripada perilaku umat nabi…?” Kata Ki Bijak setengah bertanya.

Kini giliran Maula yang menarik nafas panjang, “Benar Ki…., sebagian umat islam, yang mengaku sebagai umat Nabi Muhammad saw, sekarang ini sudah banyak yang terjebak kedalam pola hidup ala kaisar romawi dan raja kisra yang glamour dan materilitis…..”

“Mereka berlomba-lomba menumpuk harta kekayaan dengan segala macam cara, tidak peduli apakah cara itu baik atau buruk, tidak peduli apakah cara dia mendapatkan harta itu melanggar hokum atau tidak, tidak peduli apakah harta yang didapatnya dengan cara yang halal atau tidak…, yang terpatri dibenaknya adalah hanya bagaimana ia mendapatkan harta sebanyak mungkin, agar orang menyebutnya sebagai orang yang berhasil, agar orang lain memandangnya sebagai orang yang sukses, agar orang lain menaruh hormat padanya karena banyaknya harta yang ia miliki……” Kata Maula.

“Iya Nak Mas, banyak orang yang salah memaknai kehormatana, banyak orang menilai bahwa ia akan dihormati orang lain, kalau hartanya banyak, bahwa ia akan disegani orang lain, kalau mobilnya mewah, bahawa orang lain yang respek kepadanya kalau jabatannya tinggi, bahwa orang lain akan membungkukan badan padanya karena ia seorang pejabat…., padahal sekali-kali itu tidaklah benar…..”

“Kehormatan dan kemulian seseorang bukan karena pangkat dan hartanya, kehormatan dan kemuliaan seseorang bukan karena pangkat dan jabatannya, kehormatan dan kemulian seseorang bukan karena mobil mewah atau rumah megahnya….”

“Keagungan budi dan keluhuran akhlaq, serta ketaqwaanyalah yang membuat nilai seseorang itu menjadi terhormat dihadapan manusia, dan mulia disisi Rabbnya…..” Kata Ki Bijak sambil mengutip ayat al qur’an;

$pkšr'¯»tƒ â¨$¨Z9$# $¯RÎ) /ä3»oYø)n=yz `ÏiB 9x.sŒ 4Ós\Ré&ur öNä3»oYù=yèy_ur $\/qãèä© Ÿ@ͬ!$t7s%ur (#þqèùu$yètGÏ9 4 ¨bÎ) ö/ä3tBtò2r& yYÏã «!$# öNä39s)ø?r& 4 ¨bÎ) ©!$# îLìÎ=tã ׎Î7yz ÇÊÌÈ
13.  Hai manusia, Sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal.


Dan justru Allah mencela mereka yang bermegah-megahan, karena bermegah-megahan, membangga-banggakan harta, membangga-banggakan pangkat dan jabatan, lebih banyak menyebabkan kelalaian kita selaku hamba…..”

“Banyak sudah contoh nyata dimana orang yang mengejar duniawi, telah terjebak kedalam kubangan materialisme yang justru memperbudaknya….., setiap hari, setiap saat ia disibukan dengan berbagai urusan materi, siang hari mereka habiskan untuk mencari materi, dan hanya menyisakan sedikit waktu atau bahkan sama sekali tidak punya waktu untuk beribadah kepada Allah..”

“Malam haripun mereka masih terus kerja,kerja dan kerja untuk mencapai target materi yang harus dikumpulkannya, mereka memasang target penghasilan yang sangat tinggi bahkan kadang tidak realistis, mereka terus memforsir angan dan mimpinya untuk menjadi orang ‘hebat’ dalam pandangan mata manusia, dan cenderung mengabaikan pandangan Allah yang telah memberinya kehidupan…..”

“Mereka pun telah mengacuhkan peringatan Allah sebagaimana firmanNya dalam surat At-Takatsur…” Kata Ki Bijak sambil membacakan suratnya;

ãNä39ygø9r& ãèO%s3­G9$# ÇÊÈ 4Ó®Lym ãLänöã tÎ/$s)yJø9$# ÇËÈ žxx. šôqy tbqßJn=÷ès? ÇÌÈ §NèO žxx. t$ôqy tbqßJn=÷ès? ÇÍÈ žxx. öqs9 tbqßJn=÷ès? zNù=Ïæ ÈûüÉ)uø9$# ÇÎÈ žcãruŽtIs9 zOŠÅspgø:$# ÇÏÈ ¢OèO $pk¨XãruŽtIs9 šú÷ütã ÈûüÉ)uø9$# ÇÐÈ ¢OèO £`è=t«ó¡çFs9 >ͳtBöqtƒ Ç`tã ÉOŠÏè¨Z9$# ÇÑÈ
1.  Bermegah-megahan Telah melalaikan kamu[1598],
2.  Sampai kamu masuk ke dalam kubur.
3.  Janganlah begitu, kelak kamu akan mengetahui (akibat perbuatanmu itu),
4.  Dan janganlah begitu, kelak kamu akan Mengetahui.
5.  Janganlah begitu, jika kamu mengetahui dengan pengetahuan yang yakin,
6.  Niscaya kamu benar-benar akan melihat neraka Jahiim,
7.  Dan Sesungguhnya kamu benar-benar akan melihatnya dengan 'ainul yaqin[1599].
8.  Kemudian kamu pasti akan ditanyai pada hari itu tentang kenikmatan (yang kamu megah-megahkan di dunia itu).

[1598]  Maksudnya: Bermegah-megahan dalam soal banyak harta, anak, pengikut, kemuliaan, dan seumpamanya Telah melalaikan kamu dari ketaatan.
[1599]  'Ainul yaqin artinya melihat dengan mata kepala sendiri sehingga menimbulkan keyakinan yang kuat.

Lagi-lagi Maula menghela nafas panjang dan dalam, karena ia pernah bertemu dengan orang-orang yang memiliki perilaku mirip yang disinggung oleh gurunya, orang yang siang malam bermimpi untuk punya villa yang besar, bermimpi memiliki mobil mewah, bermimpi memiliki jabatan yang tinggi, bermimpi memiliki penghasilan besar…., sehingga ucapannya, tulisannya,tindakannya, selalu saja menggambarkan betapa hebat mimpinya itu, betapa hebatnya ambisinya itu, hingga ia rela terus dan terus memforsir dirinya untuk impian yang menurutnya hebat……, bahkan ketika tubuhnya sakitpun, yang kefikiran adalah bisnis dan bisnis, uang dan uang yang tidak pernah bisa lepas dari fikirannya….”

“Ana beberapa kali bertemu orang dengan ‘impian yang hebat’ ki, ia begitu yakin apa yang dikatakan oleh para motivation trainnernya itu bisa ia capai…., ia hampir tidak punya waktu libur untuk dirinya, hingga akhirnya ia dihadapkan pada sebuah kenyataan bahwa mimpinya itu telah membuatnya stress, telah membuatnya lelah, telah membuatnya tidak punya cukup waktu untuk menikmati apa yang dimilikinya…, Alhamdulillah, sekarang ia sudah kembali kedunia nyata, ia tak lagi dibayang-bayangi mimpinya yang ketinggian yang telah membuatnya menghabiskan sedemikian banyak energy dan waktunya yang berharga…..” Kata Maula.

“Ya Nak Mas…., memiliki cita-cita dan harapan itu sangat lazim dan manusiawi, tapi kita tetap harus mempunyai control dan kendali terhadap keinginan-keinginan itu, bukan justru kita yang menjadi budak mimpi, dan harus diingat bahwa contoh kita adalah baginda Rasul yang penuh kesederhaan dan rasa syukur, contoh kita bukan kaisar romawi atau raja kisra yang suka dengan bermegah-megahan…….” Kata Ki Bijak lagi.

“Iya Ki……, hidup sederhana bukan berarti tidak bahagia ya ki…, justru dengan kesederhaan itulah kita bisa menikmati hidup dengan lebih nyaman, justru dalam kesedehanaan itulah kita bisa menghidupkan keteladanan baginda Rasul sebagai uswathun hasanah kita ya ki….” Kata Maula.

“Benar Nak Mas…, dan satu lagi, sederhana bukan berarti kurang makan, sederhana, bukan berarti harus berpakaian gembel, sederhana bukan berarti harus tinggal dirumah kumuh, sederhana bukan berarti jadi peminta-minta, sederhana adalah sikap hidup yang tidak berlebihan, sederhana adalah sikap hidup yang mengedepankan rasa syukur dan qanaah dan menjauhkan diri dari sifat sombong dan berlebihan…….” Pungkas Ki Bijak mengakhiri perbincangan.

“Iya Ki…..,semoga hadits ini menjadi inspirasi kita untuk tidak terjebak dalam gaya hidup gemerlap ala kaisar romawi ya ki…, karena kita adalah umat baginda Rasul yang sederhana lagi bersahaja…” Kata Maula.

Ki Bijak tersenyum dan mengangguk sambil beranjak untuk bersiap-siap shalat ashar.

Wassalam