Tuesday, June 16, 2009

GERAK SHALAT, SEBUAH NASEHAT

“Alhamdulillah, senang rasanya Aki mendengar Nak Mas sudah sehat kembali……” Kata Ki Bijak, setelah sehari sebelumnya mendapat khabar bahwa muridnya ini sakit.

“Terima kasih ki….., berkat doa Aki dan semua santri disini, ana sekarang sudah baikan…..” Jawab Maula.

Ki Bijak menarik nafas panjang……” Yaaah, kita patut mensyukuri nikmat sehat ini dengan sepenuh hati Nak Mas, karena sehat sangat mahal harganya, melebihi mahalnya mobil atau barang lainnya, tapi memang sedikit sekali orang yang menyadari betapa sehat itu sebuah nikmat yang tidak ternilai harganya….” Sambung Ki Bijak kemudian.

“Benar ki, kemarin, sekedar perut kembung saja, badan dan kepala ana sakit sekali, hingga ana tidak ke kantor kemarin, sekarang baru terasa betapa sehat itu sebuah nikmat ya ki…..” Kata Maula.

“Benar Nak Mas, karenanya, menjaga kesehatan, dengan pola hidup sehat, tidak merokok, tidak memimum yang dilarang Allah, tidak mengkonsumsi makanan secara berlebih, apalagi makanan yang dilarang, dan kemudian memanfaatkannya untuk beribadah kepada Allah adalah sebuah keharusan, sebagai salah satu bentuk syukur kita atas karunia Allah swt kepada kita……” Kata Ki Bijak lagi.

“Ki, kenapa kita sering lupa akan nikmat sehat ini ya ki…., seolah kesehatan kita adalah sebuah kebetulan belaka, seolah kesehatan kita semata karena kita rajin berolah raga, seolah kesehatan kita karena kita memakan makanan yang sehat, sehingga kita lupa terhadap siapa yang memberikan kesehatan itu sendiri, kita sering lupa bahwa sehat adalah sebuah karunia Allah yang sangat besar…..” Tanya Maula.

“Ada banyak alasan kenapa kita sering lupa dengan nikmat sehat ini Nak Mas, meski sebenarnya setiap hari kita senantiasa diingatkan untuk ingat akan nikmat sehat ini, tapi tetap saja kita sering lupa…..” Kata Ki Bijak.

“Setiap hati kita selalu diingatkan ki..? Kapan dan siapa yang mengingatkan kita ki…? Tanya Maula.

Ki Bijak tersenyum; “Nak Mas…, tidakkah Nak Mas menyadari bahwa gerakan shalat kita adalah sebuah ‘nasehat’ yang sangat baik, agar kita selalu ingat dengan berbagai nikmat Allah swt…..?” Tambah Ki Bijak lagi.

“Gerakan shalat yang menasehati kita ki…?” Tanya Maula penasaran.

“Benar Nak Mas, coba Nak Mas tafakuri sejenak gerakan shalat kita, mulai dari qiyyam (berdiri), ruku’, sujud dan kemudian salam……..” Kata Ki Bijak.

“Qiyyam, ruku’, sujud dan salam……hmmmmh, lalu ki……?” Tanya Maula masih belum mengerti.

“Dalam perintah shalat yang agung itu, tersimpan selaksa makna Nak Mas, yang berapa diantaranya adalah gerak shalat itu, dalam gerakan shalat ada sebuah nasehat; ketika kita berdiri, seakan-akan shalat memberi nasehat kepada orang yang tengah mendirikannya, ‘hai fulan…saat ini kau sedang berdiri, maka berdirilah dengan baik, jangan berlebihan, jangan menengadahkan wajah, jangan membusungkan dada, jangan mementangkan kakimu hingga mengganggu orang lain, dan jangan berkata-kata yang tidak patut; karena tidak selamanya kau akan berdiri, suatu ketika kau harus membungkuk (ruku’), dan setelah itu kau harus kembali merunduk dan duduk (sujud dan tahiyat), sebelumnya akhirnya kau harus mengucapkan salam……” Kata Ki Bijak.

“Artinya apa ki…………?” Tanya Maula

“Posisi berdiri dalam shalat, adalah sebuah analogi kejayaan kita, analogi dimana ketika itu badan kita sehat, keuangan kita lancar, karir kita sedang menanjak, posisi kita sedang diatas, usaha kita sedang maju, dan lain sebagainya…., dan ketika diposisi itu, kita tidak boleh sombong karena kita sedang kaya, tidak boleh lupa karena kita sedang sehat, tidak boleh ‘mentang-mentang’ dan berbicara seenaknya karena kita sedang berkuasa, ….,”

“Karena pada saatnya nanti, kesehatan kita akan berkurang, tubuh tegap kita perlahan dan pasti akan membungkuk, kulit kita akan keriput, penglihatan kita akan berkurang, pendengaran kita pun demikian, kedudukan yang kita sandang, suatu saat nanti pasti akan kita lepas, kekayaan kita pun niscaya pasti berkurang….’

“Pada saatlah itu posisi kita seperti tengah membungkuk ruku’, dan ini sebuah kenisyaan, sebuah sunatullah, tidak ada satupun mahluk dibumi ini yang selamanya sehat, tidak ada satupun mahluk dibumi ini yang selamanya jaya, tidak ada satupun mahluk dibumi ini yang selamanya berkuasa, tidak ada satu pun mahluk dibumi ini yang akan terus tegak berdiri……”

“Karenanya kita wajib menyadari semua keniscayaan itu dengan kembali merunduk dan bersujud; menyadari semua kefanaan kita, untuk menyadari bahwa semua yang ada pada kita, suatu saat nanti, entah cepat atau lambat, akan kembali pada si Empunya yang hakiki, dan saat itulah kita harus rela mengucap ‘salam’, terhadap semua yang pernah dititipkan pada kita…………” Kata Ki Bijak panjang lebar.

“Subhanallah…., betapa luhur nasehat dalam shalat itu ya ki………….” Kata Maula

“Benar Nak Mas, ada selaksa makna dan hikmah dari perintah shalat ini, yang Aki katakan barusan, hanya sebagian kecil saja yang dapat Aki tangkap dari samudra hikmah yang tidak bertepi itu…., semoga Nak Mas kelak, dikarunia Allah hikmah-hikmah lain yang lebih banyak dan lebih baik dari berbagai syariat yang Allah perintahkan kepada mahluk_Nya…….” Kata Ki Bijak.

“Amiiiin, tapi bagaimana caranya ki agar kita dibukakan hikmah seperti itu……..?” Kata Maula.

“Tidak ada teori khusus apa dan bagaimana untuk memperoleh hikmah itu Nak Mas, karena pemberian hikmah adalah hak prerogative Allah swt kepada siapa yang dikehendaki_Nya, yang terpenting bagi kita adalah bagaimana kita melaksanakan perintah itu sepenuh hati, penuh tanggung jawab, penuh dedikasi, penuh pengabdian dan ikhlas lillahita’ala, insya Allah, pintu-pintu hikmah itu akan terbuka bagi mereka yang mau melaksanakannya………” Kata Ki Bijak.

“Iya ki, alhamdulillah, sekarang pengetahuan ana tentang beberapa hikmah shalat bertambah, setelah beberapa waktu sebelumnya ana mendapatkan pengetahuan bahwa gerak shalat sangat baik bagi kesehatan jasmani dan rohani, kemudian posisi dan gerak dan bacaan shalat yang mencermikan persamaan persepsi, lambang persatuan, lambang kesetaraan dan lainnya, sekarang bertambah dengan hikmah gerak shalat sebagai sebuah nasehat kepada kita agar tidak lupa terhadap semua karunia dan nikmat Allah kepada kita……..” Kata Maula.

“Semakin usia kita bertambah, semakin ilmu kita bertambah, semoga akan bertambah pula hikmah yang Allah bukakan untuk kita, dan mereka itulah yang menurut Aki orang ‘beruntung’…..” Tambah Ki Bijak.

“Iya ki, akan sangat merugi, mereka yang usianya makin bertambah, ilmunya bertambah, tapi justru makin menjauhkan mereka dari Allah ya ki…..” Kata Maula.

“Ya Nak Mas, karenanya kita harus selalu memohon dan berlindung kepada kepada Allah dari hal-hal yang demikian…..” Kata Ki Bijak lagi.

“Iya ki………” Kata Maula sambil pamitan.

Wassalam

June 16, 2009