Saturday, July 17, 2010

H-25 RAMADHAN.

“Dalam hal apapun, persiapan selalu memiliki peran penting dalam sebuah proses…., baik itu dalam proses pelaksanaan sebuah proyek, dalam proses produksi, dalam proses pekerjaan, atau bahkan dalam proses menuju tangga juara sebuah kejuaraan, persiapan…., adalah salah satu factor lahiriah yang sangat menentukan berhasil tidaknya tujuan yang hendak dicapai……” Kata Ki Bijak, mengenai pentingnya persiapan.

“Iya ki….., dalam putaran piala dunia kemarin, memang sangat terlihat tim atau pemain mana yang memiliki persiapan yang baik atau sebaliknya…., tim dan pemain dengan persiapan yang baik, menampilkan permainan yang baik pula, sementara mereka yang persiapannya kurang, mainnya pun kurang memuaskan….” Kata Maula mengibaratkan pentingnya perisapan dalam sebauh pertandingan sepakbola.

“Ya Nak Mas, meski persiapan yang baik, tidak menjamin sebuah tim menjadi juara, setidaknya dengan persiapan yang baik akan membuat penampilan mereka tidak mengecewakan, terlepas dari hasil akhir yang dicapai…..”,

“Pun demikian dengan ibadah ramadhan Nak Mas, kalau Aki tidak salah hitung, hari ini, adalah tepat 25 hari sebelum tanggal 1 ramadhan 1431 H akan tiba…., dan sama halnya dengan yang lain, persiapan untuk memasuki gerbang ramadhan, akan sangat membantu kita untuk menjalani shuam ramadhan dan ibadah lainnya dibulan mulia ini dengan sebaik-baiknya, dengan harapan tentu diakhir ramadhan nanti kita akan menjadi ‘pemenang-pemenang’ ramadhan yang mendapat predikat ‘mutaqien’…..” Kata Ki Bijak.

“Masya Allah.., sekarang sudah masuk bulan Sya’ban ya ki….., ya Allah, rasanya cepat sekali waktu berlalu, syukur Alhamdulillah.., semoga kita bisa sampai keramadhan lagi ya ki……” Kata Maula, baru menyadari bahwa ramadhan hanya tinggal dalam hitungan hari.

“Memang sepantasnyalah kita bersyukur dengan karunia umur yang Allah anugerahkan kepada kita, namun mensyukuri nikmat umur, hingga kita dipertemukan dengan ramadhan lagi, bukan semata dengan ungkapan kata-kata, namun lebih dari itu, rasa syukur kita harus kita barengi dengan tindakan nyata, yakni mempersiapkan diri memasuki gerbang ramadhan dengan sebaik-baiknya, jangan sampai setelah kita menunggu kedatangan ramadhan sepanjang tahun, tapi begitu ramadhan tiba, kita tidak mengisinya dengan hal-hal yang dicontohkan baginda Rasul…..” Kata Ki Bijak lagi.

“Iya ya ki, ramai-ramai orang menggemakan ramadhan akan tiba, tapi kadang pelaksanan ramadhannya sendiri ala kadarnya saja, shaumnya pun asal shaum saja, bahkan tak jarang dengan alas an melaksanakan shaum, ibadah lainnya jadi malas-malasan karena lapar…..” kata Maula.

“Karenanya kita harus mempersiapkan diri dengan baik Nak Mas, agar kita tidak termasuk kedalam golongan orang yang menyia-nyiakan ramadhan…..” Kata Ki Bijak lagi.

“Apa saja persiapannya ki…..?” Tanya Maula.

“Banyak hal yang bisa kita lakukan demi mencapai hasil ibadah yang maksimal selama bulan ramadhan; beberapa diantaranya adalah persiapan mental, persiapan spiritual, persiapan fikriyah, persiapan fisik dan materi, dan yang tak kalah penting adalah kita membuat perencanaan atau agenda untuk meningkatkan prestasi ibadah kita dibulan ramadhan…….” Kata Ki Bijak.

“Persiapan mental artinya mempersiapkan mental kita untuk focus dan konsentrasi menjalankan ibadah ramadhan, tidak terganggu dengan hal-hal lain semisal keinginan membeli baju baru atau kesibukan untuk persiapan mudik misalnya…, begitu ki….?” Kata Maula mencoba mendefinisikan.

“Benar Nak Mas, persiapan mental adalah bagaimana kita menjaga konsentrasi ibadah agar memperoleh hasil maksimal…..” Ki Bijak membenarkan.

“Sementara persiapan spiritual adalah persiapan ruhaniyah kita untuk menerima keagungan ramadhan…..” Tambah Ki Bijak.

“Persiapan ruhaniyah kita untuk menerima keagungan ramadhan ki…?” Tanya Maula.

“Ya Nak Mas, untuk memperoleh hasil maksimal, kita harus mempersiapkan ‘wadah’nya terlebih dahulu, ruhani kita harus dibersihkan dahalu sebelum kita memasuki gerbang ramadhan, ruhani kita harus diisi dengan memperbanyak dzikir, memperbanyak istighfar, memperbanyak shodaqoh, serta memperbanyak amaliah lainya, sehingga ketika kita memasuki gerbang ramadhan, kita sudah benar-benar siap mengisinya dengan aktivitas ibadah yang maksimal…..” Kata Ki Bijak.

“Baginda Rasul mencontohkan bahwa pada bulan sya’ban beliau banyak melakukan shaum sunnah, yang menurut hemat Aki, ini juga salah satu bentuk atau cara baginda Rasul mempersiapkan diri memasuki bulan suci ramadhan….” Tambah Ki Bijak

“Ana mengerti ki, sementara persiapan fikriyah, tentu ilmu tentang shaum dan ibadah shaum itu sendiri, dan persiapan fisik dan materi maksudnya agar kita menjaga kesehatan dan mempersiapkan materi (kalau ada) agar tidak mengganggu konsentrasi ibadah kita ya ki….” Kata Maula.

“Benar Nak Mas, dan mengenai perencanaan, kita tahu bahwa ramadhan bulan ibadah, bulan tarbiyah, serta bulan muhasabah….., begitu banyak keutamaan yang akan kita dapatkan jika kita bisa memanfaatkannya secara maksimal, karenanya bisa harus menyusun rencana secara baik, agar keutamaan-keutaman ramadhan tidak lewat dengan sia-sia, dengan alas an kita sibuk dengan rutinitas pekerjaan atau lainnya…….” Kata Ki Bijak lagi.

“Ini Nak Mas…, Aki punya contoh agenda ramadhan yang dibuat seorang beberapa waktu lalu….., Nak Mas bisa menambahkan aktifitas lainnya sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan Nak Mas……” Sambung Ki Bijak sambil menyerahkan contoh agenda ramadhan pada Maula
“Terima kasih Ki……” Kata Maula sambil menerima sample agenda ramadhan yang diserahkan gurunya.

“Kalau dalam sepakbola, persiapan seperti ini mungkin seperti proses aklimatisasi dan adaptasi ya ki…., agar tidak kaget lagi ketika benar-benar sudah memasuki medan kompetisi yang sesungguhnya…..” Kata Maula menambahkan.

“Iya Nak Mas, persiapan menyambut bulan suci ramadhan ini adalah proses aklimatisasi dan adaptasi, sekaligus membiasakan suasana kompetesi dan juga agar pada saat ramadhan tiba, kita sudah siap dan berada pada peak performance, bukan begitu istilah sepakbolanya Nak Mas……?” Kata Ki Bijak.

Maula tersenyum mendengar Ki Bijak yang dengan fasih menirukan istilah yang biasa digunakan dalam sepakbola…….

“Ya ki, peak performance…., itu istilah yang biasa gunakan para atlet dalam mempersiapkan diri sebelum mengikuti sebuah kompetisi atau kejuaraan…..” Kata Maula.

“Dan sebentar lagi, kita akan menjadi ‘atlet-atlet’ kompetesi ramadhan, yang menyediakan piala berupa syurga da segala kenikmatannya bagi mereka yang berhasil memasuki garis finish dengan sempurna dan dengan cara yang diridahi Allah swt……” Kata Ki Bijak lagi.

Maula tersenyum dan makin menyadari bahwa gurunya tidaklah semata alim dalam urusan hati dan akhirat, tapi juga fasih berbicara dan menggunakan istilah-istilah olahraga.

“Iya ki, semoga kita menjadi pemenang-pemeang ramadhan ya ki…..” Kata Maula.

“Insya Allah Nak Mas, maksimalkan persiapannya, laksanakan shaumnya dengan ikhlas, selebihnya biarlah Allah yang akan membalas amal kita sesuai dengan kehendak_Nya…..” Kata Ki Bijak lagi.

“Insya Allah ki……..” Kata Maula mengakhiri perbincangan denga gurunya untuk bersiap melaksanakan shalat.

Wassalam
July 16, 2010

Sunday, July 11, 2010

PERCAYA GURITA, BUKAN PERILAKU MODERN

“Mempercayai gurita, burung atau hewan lain bisa ‘meramal’ sebuah hasil pertandingan sepakbola, bukanlah perilaku manusia modern Nak Mas, tapi perilaku jahilayah yang bathil dan bertentangan dengan akal sehat, bagaimana mungkin manusia yang berakal, bertuhan pada hewan yang jelas-jelas tidak memiliki akal….?” Kata Ki Bijak menyikapi pertanyaan Maula mengenai maraknya perbincangan mengenai sekor gurita yang ramai diberitakan karena dipercayai bisa meramal hasil pertandingan sepakboa.

“Iya ki…., orang berakal sehat tidak akan melakukannya, tapi itu yang terjadi sekarang ini, seekor gurita didewakan oleh banyak orang karena konon bisa menebak hasil pertandingan bola, dan yang lebih mengherankan, kepercayaan pada ramalan gurita ini justru terjadi dinegara yang mengklaim mereka sebagai Negara maju…, tapi ternyata sama saja, merekapun mempercayai hal konyol yang menggelikan……” Tambah Maula.

“Jahilayah…., bukanlah semata mereka tidak bisa baca tulis Nak Mas, jahiliyah bukan semata mereka tidak bisa komputer, zaman jahilayah, bukanlah zaman tidak adanya orang ‘pintar’, jahiliyah adalah kondisi dimana manusia pada zaman itu tidak mengenal siapa tuhannya, mereka tidak mengenal Allah sebagai dzat yang menciptakan mereka, mereka tidak mengakui Allah sebagai Rabbul’alamin……, maka sangat boleh jadi, dizaman kita sekarang ini, benih-benih kejahiliyahan sedang tumbuh subur ditengah masyarakat dunia, bukan saja dinegara kita, tapi juga masyarakat dinegara-negara yang mengklaim sebagai Negara yang maju…….” Kata Ki Bijak lagi.

“Abu Jahl dan Abu Lahab itu bukan yang yang tidak bisa baca tulis ya ki…?” Tanya Maula.

“Bukan Nak Mas, meski dizaman itu belum ada komputer, tapi Abu Jahl dan Abu Lahab bukanlah orang 'bodoh', tapi justru mereka dari golongan orang ‘terpandang’ ditengah kaumnya, kenapa mereka disebut dedengkot jahiliyah, karena mereka tidak bisa melihat kebenaran yang dibawa Baginda Rasul yang menyeru pada Allah yang Esa…., karena keingkarannya pada kebenaran itulah mereka disebut jahil…….” Kata Ki Bijak.

“Jadi…., dizaman kita sekarang inipun mungkin banyak juga Abu Jahal atau Abu Lahab ki….?” Tanya Maula.

“Waallahu’alam Nak Mas, nanum jika kita bercermin pada perilaku Abu Jahl dan Abu Lahab yang mengingkari Allah yang Esa, sangat jelas bahwa perilaku seperti itu ‘masih hidup’ dizaman sekarang ini, jika dulu kaum quraisy kafir karena telah menyekutukan Allah dengan berhala seperti Lata dan Uzza, maka sekarang ini, banyak manusia yang menyekutukan Allah dengan berbagai berhala modern, salah satunya seperti yang Nak Mas ceritakan tadi, mereka mempercayai gurita atau burung nuri memiliki kemampuan untuk mengetahui hasil akhir sebuah pertandingan, padahal dengan sangat jelas Allah menyatakan bahwa syirik adalah dosa yang tak berampun, sebagaimana firman_Nya dalam surat An-nissa 48 dan ayat 116:

48. Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. barangsiapa yang mempersekutukan Allah, Maka sungguh ia Telah berbuat dosa yang besar.

116. Sesungguhnya Allah tidak mengampuni dosa mempersekutukan (sesuatu) dengan Dia, dan dia mengampuni dosa yang selain syirik bagi siapa yang dikehendaki-Nya. barangsiapa yang mempersekutukan (sesuatu) dengan Allah, Maka Sesungguhnya ia Telah tersesat sejauh-jauhnya.


Maula menghela nafas panjang mendengar penuturan gurunya, betapa pertandingan sepakbola yang seharusnya menarik dan enak ditonton, justru sekarang ini telah bergeser menjadi jalan setan untuk menyesatkan banyak orang.

“Setan memang pintar memilih jurus dan cara untuk menyesatkan manusia, setan bisa menggunakan media apapun untuk menjerumuskan manusia untuk menjadi temannya dineraka kelak, karenanya kita harus selalu waspada dengan muslihat setan yang senantiasa siap menggelincirkan mereka yang ‘lemah dan kosong’ dengan kelicikannya……” Kata Ki Bijak lagi.

“Mereka yang lemah dan kosong ki….?” Tanya Maula.

“Yang mereka yang lemah iman, dan mereka yang hatinya kosong dari mengingat Allah, mereka itulah sasaran empuk setan untuk dijadikan temannya dineraka kelak……, setan layaknya angin yang akan memasuki setiap relung hati yang kosong dari mengingat Allah, seperti angin mengisi perut kosong hingga perut kita kembung..”

“Tapi setan tidak akan bisa masuk kedalam hati yang senantiasa terisi dengan dzikir kepada Allah, serta memiliki benteng iman yang kokoh, sebagaimana Allah maklumkan dalam al qur’an bahwa tipu daya setan hanya akan mengena pada mereka yang memang mau mengikuti tipu daya setan…….; Kata Ki Bijak sambil mengutip beberapa ayat dalam Surat Al A’raf;

16. Iblis menjawab: "Karena Engkau Telah menghukum saya tersesat, saya benar-benar akan (menghalang-halangi) mereka dari jalan Engkau yang lurus,
17. Kemudian saya akan mendatangi mereka dari muka dan dari belakang mereka, dari kanan dan dari kiri mereka. dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur (taat).
18. Allah berfirman: "Keluarlah kamu dari surga itu sebagai orang terhina lagi terusir. Sesungguhnya barangsiapa di antara mereka mengikuti kamu, benar-benar Aku akan mengisi neraka Jahannam dengan kamu semuanya".

“Akan halnya mereka yang mempercayai ramalan gurita ki…?” Tanya Maula.

“Gurita itu tidak bisa ngomong Nak Mas, gurita pun Aki yakin tidak mengerti hal ikhwal sepakbola, lalu bagaimana mungkin ada orang yang mempercayai sesuatu yang dihasilakan oleh mahluk yang ia sendiri tidak tahu menahu tentang hal itu….?”

“Kalau analisa para pakar sepakbola yang mumpuni dibidangnya saja masih banyak yang salah, entah teori mana atau ilmu apa yang mereka gunakan sehingga mereka mempercayai seekor gurita dengan demikian yakin….?” Kata Ki Bijak penuh heran.

“Kasihan si guritanya ya ki, ia tidak tahu apa-apa, tapi ia dipaksa untuk melakukan ‘kegilaan’ manusia yang tidak masuk akal, kalau saja gurita itu bisa ngomong, mungkin gurita itu bilang ‘nih manusia pada aneh’, mengaku berakal, tapi nanya ke gue, mana gue tahu’…..heee hee….” Kata Maula mengandaikan gurita bisa berbicara.

“Tugas setiap kita hanya mengingatkan mereka yang mungkin lupa Nak Mas, mereka yang lupa bahwa hanya Allah-lah yang mengatahui hal-hal yang akan terjadi, tidak ada sesuatu pun yang bisa mendahului kehendak_Nya, pun termasuk siapa yang akan menjadi juara piala dunia di afrika nantinya……”Kata Ki Bijak.

“Jadi siapaun nanti yang akan menjadi juara, apakah itu Belanda atau Spanyol, bukan karena ramalan si gurita ya ki…..” Kata Maula.

“Bukan Nak Mas, siapapun yang nanti akan menjadi juara, adalah mereka yang secara syaria’at lahiriah telah mempersiapkan diri dengan baik, dan secara hakekat karena memang Allah menghendaki mereka menjadi juara, bukan karena gurita atau karena hal lainnya……” Kata Ki Bijak.

“Mudah-mudahan orang-orang pada sadar ya ki, bahwa setan tengan bergerilya mencari mangsa untuk menyesatkan manusia kejalan kemusyrikan……” Kata Maula berharap.

“Dan semoga Allah melindungi kita dari tipu daya setan yang merupakan musuh yang nyata bagi manusia Nak Mas……” Kata Ki Bijak menimpali.

“Amiiin……..” Maula mengamini.

Wassalam.

July 11, 2010

Friday, July 9, 2010

BELAJAR MENONTON BOLA

“Dari sepakbola, sebenarnya kita bisa belajar banyak Nak Mas, dari sepakbola kita bisa belajar managemen waktu, dari sepakbola kita bisa belajar disiplin, dari sepakbola kita bisa belajar kerja sama team, dari sepakbola kita bisa belajar membuat atau mengkreasi ‘gol’, selain juga kita bisa belajar bagaimana memanfaatkan ruang/lapangan yang ada, kita belajar menghargai dan menerima keputusan, kita pun bisa belajar untuk siap menerima kekalalahan dan tidak menjadi sombong ketika kita memperoleh kemenangan…….”

“Kita pun bisa belajar bagaimana sebuah team mempersiapkan diri untuk menghadapi kompetisi panjang, persiapan teknik, persiapan mental, persiapan fisik, persiapan strategi dan berbagai persiapan-persiapan lainnya…..;
"hanya sayangnya masyarakat kita bukan belajar dari sisi positifnya, justru tak jarang sebagian masyarakat kita terjebak kedalam mudharatnya, seperti Nak Mas katakan tadi, nonton bolanya pake taruha…….” Kata Ki Bijak mengomentari cerita Maula mengenai maraknya judi bola sepanjang penyelenggaraan piala dunia kali ini.

“Iya ki, ana juga prihatin,nggak dikampung, nggak dikota, mulai dari yang recehan sampai yang jutaan, ada yang bilang arisan, ada yang mengatakan iseng-isengan, dan masih banyak lagi ‘kemasan kata’ untuk menutupi perjudian yang mereka lakukan……, sedih banget ya ki….” Kata Maula.

Ki Bijak diam agak lama, merasakan keprihatinan yang sangat dengan kondisi masyarakat akhir-akhir ini.

“Ki….., seperti Aki katakan tadi, sebenarnya kita belajar banyak dari sepakbola ya ki…..” kata Maula memecah keheningan.

“Benar Nak Mas, jika kita lebih bijak, ada banyak hal yang bisa kita pelajari dari sepakbola seperti piala dunia ini…., kita ambil contoh dua team yang masuk final sekarang ini…., team mana Nak Mas…..?” Tanya Ki Bijak

“Team Belanda lawan Spanyol ki…..” Jawab Maula.

“Ya…, team Belanda dan Team Spanyol…., jauh sebelum akhirnya kedua tim ini sampai babak final, keduanya harus memiliki semua persyaratan untuk menjadi finalis, mereka mempersiapkan diri secara fisik,teknik, mental dan strategi sejak mereka akan memasuki babak penyisihan, babak demi babak mereka lalui, lawan dan rintangan pun mereka lewati, cape, lelah, menguras tenaga, menguras emosi, menguras fikiran, dan memang itulah harga yang harus dibayar untuk menuju tangga keberhasilan…..”

“Hampir tidak ada tim yang tanpa persiapan memadai,tanpa melalui babak kualifikasi, tanpa bertanding, tanpa lelah, tanpa menguras tenaga, tiba-tiba dinobatkan menjadi juara…, karena perjuangan melewati fase demi fase adalah syari’at yang harus dilalui untuk menjadi juara…..” Kata Ki Bijak.

“Artinya apa ki……?” Tanya Maula, sambil mengagumi pemahaman gurunya mengenai seluk beluk persepakbolaan, padahal gurunya itu jarang sekali menonton pertandingan bola.

“Artinya adalah tidak ada keberhasilan kebetulan, tidak ada juara tiba-tiba, siapapin yang ingin berhasil, siapapun yang ingin juara, mereka harus menyempurnakan syari’at untuk mencapai keberhasilan ti….., pun dengan kita Nak Mas, kalau Nak Mas ingin sukses, jika Nak Mas ingin berhasil, maka Allah mewajibkan kita melakukan dan menyempurnakan syari’at untuk mencapai keberhasilan itu………” Kata Ki Bijak.

“Waah, sebuah pelajaran yang bagus sekali ya ki………” Kata Maula.

“Ya Nak Mas, bagus sekali…., belum lagi kita bisa belajar dari sebuah pertandingan sepakbola itu sendiri, disana ada lapangan bola, waktunya sudah ditentukan, ada wasit sebagai pengadil, ada lawan akan menghalangi, ada gawang yang dijaga keeper, ada aturan yang tidak boleh dilanggar……, kesemuanya merupakan miniatur dari kehidupan kita……” Kata Ki Bijak.

“Sebuah pertanding sepakbola merupakan miniatur kehidupan ki…..?” Tanya Maula.

Ki Bijak mengangguk, “ Hamparan bumi yang luas ini adalah ‘lapangan’ kita untuk berkompetisi meraih yang terbaik Nak Mas, sementara jika dalam sepakbola keinginan sebuah tim untuk memenangkan pertandingan dibatasi oleh 90 menit waktu pertandingan, keinginan kita untuk mencapai keberhasilan dunia akhiratpun dibatasi oleh usia, kita tidak boleh kemudian berfoya-foya menghabiskan waktu kita untuk sesuatu yang tidak bermanfaat, karena waktu kita akan terus berkurang setiap detiknya, sebagaimana sebuah tim tidak boleh hanya bermain passion ball saja, mengulur-ngulur waktu saja, karena waktu sangat berharga, karena waktu sangat terbatas……” Kata Ki Bijak.

“Iya ki, ana sering lihat kalau ada pemain yang mengulur-ngulur waktu pertandingan, biasanya akan dihukum dengan kartu kuning oleh wasit……” kata Maula.

“Pun dalam kehidupan kita Nak Mas, kalau kita banyak menyia-nyiakan waktu, maka kita akan ‘dihukum’ dengan rasa sesal yang sangat, karena sedetikpun waktu tidak akan bertambah, waktu pasti berkurang, sedetik saja kita melewatkannya, maka kita tidak akan bisa kembali pada waktu yang sama……” Tambah Ki Bijak.

Maula manggut-manggut, “Iya ki, seberapapun ingin kita kembali kewaktu lalu,pasti tidak akan bisa ya ki…..” Kata Maula lagi.

“Dan Nak Mas pernah melihat tim uggulan, dengan sekumpulan pemain bintang yang mumpuni, tapi kemudian kalah oleh tim medioker…?” Tanya Ki Bijak.

“Iya ki, Prancis, Italia, Portugal, Argentina, dan Brazil adalah tim-tim unggulan yang dihuni oleh bintang kelas dunia, tapi toh akhirnya mereka kalah sebelum mencapai babak final…..; apalagi Prancis, sudah keok duluan…..” Kata Maula lagi.

“Nak Mas tahu maknanya apa…..?” Tanya Ki Bijak.

“Eehhh.., apa ya ki, mungkin maknanya adalah bahwa kemenangan tidak semata karena kualitas teknik dan mental atau sekeda fisik semata, tapi ada factor lain yang menentukan hasil akhir dari perjuangan setiap tim…..” Kata Maula.

“Nak Mas benar, kita hanya diwajibkan melakukan syari’at, kalau dalam sepakbola tadi, kewajiban syari’at itu bisa persiapan fisik, persiapan mental, persiapan teknik dan lainnya, sementara kalau dalam kehidupan kita, kewajiban syari’at itu bisa berupa mencari ilmu, berusaha dengan cerdas, bersemangat dan bersungguh dan lainnya, sementara kemenangan atau keberhasilan bukan lagi kewajiban kita..",
"Sebagai orang beriman, kita wajib meyakini bahwa keberhasilan atau kemenangan adalah hak prerogative Allah untuk memberikan kepada siapapun yang dikehendaki_Nya, seperti Nak Mas contohkan tadi, tim-tim unggulan bisa kalah, sebaliknya tim-tim yang biasa saja mungkin bisa menjadi juara, tapi tetap tidak menggugurkan kewajiban berikhtiar bagi mereka yang menghendaki keberhasilan dan kemenangan……” Kata Ki Bijak lagi.

Maula semakin tertarik dengan pandangan Ki Bijak mengenai sebuah pertandingan sepakbola, yang kata gurunya merupakan miniature kehidupan.

“Waah…, ana benar-benar tidak menyangka kalau Aki paham mengenai pertandingan sepakbola……” Kata Maula.

Ki Bijak hanya tersenyum mendengar pujian Maula, “Dan satu lagi yang kita bisa pelajari dari sepakbola Nak Mas, seberapapun kita ingin menang, jangan pernah main curang, junjung tinggi fair play, karena kemenangan yang diraih dengan cara-cara tidak sportif, hanya akan melahirkan gunjingan dan cibiran dari banyak orang…….;
"Pun dengan kehidupan kita, betapapun kita ingin berhasil, betapapun kita ingin sukses, betapapun kita ingin menjadi orang besar, kita tetap tidak boleh melanggar tata nilai dan hukum yang berlaku, baik itu hukum normative , terlebih hukum agama…….” Kata Ki Bijak.

“Kalau dalam sepakbola, kemengan Prancis yang berawal dari kecurangan pemainnya atas Irlandia, yang kemudian melahirkan cibiran terhadap Prancis, kalau dalam kehidupan, Mr. G, orang yang ‘berhasil’ karena suap dan korupsi, pun demikian ya ki, mereka tetap tidak bisa menikmati keberhasilannya dengan tenang……” Kata Maula.

“Iya Nak Mas, seperti itu, kemenangan haruslah diraih dengan cara terhormat dan bermartabat, bukan dengan menghalalkan segala cara untuk mendapatkannya……” kata Ki Bijak lagi.

“Ana mengerti ki….” Kata Maula.

“Kapan partai finalnya Nak Mas…..?” Tanya Ki Bijak.

“Senin dini hari nanti ki…, Aki mau ikut nonton…?” Tanya Maula.

Ki Bijak tersenyum, “Nak Mas saja, Aki lebih senang mendengar ceritanya saja dari Nak Mas…..” Kata KI Bijak berseleroh.

Maula tersenyum, kini ia menatap partai final Belanda vs Spanyol dengan penuh harapan akan mendapatkan pelajaran tambahan dari sepakbola, selain dari apa yang baru saja diterimanya dari Ki Bijak.

Wassalam

09 July 2010

AQUARIUM VS KOLAM

“Nak Mas masih memiliki keinginan untuk wira usaha….?” Tanya Ki Bijak dalam sebuah kesempatan.

“Insya Allah masih ki, ana masih menginginkan punya usaha sendiri, ana berharap dengan wira usaha, ana bisa lebih punya banyak waktu untuk keluarga……” Kata Maula.

“Kalau memang Nak Mas berkeinginan seperti itu, tidak ada salahnya Nak Mas mencoba membuka usaha kecil-kecilan dulu dari sekarang, hanya Aki pesan sebelumnya Nak Mas harus mempersiapkan dan memperhitungkan segala sesuatunya dengan teliti dan cermat…., shalat istikhorah mungkin bisa membantu Nak Mas untuk memulai bidang yang akan Nak Mas tekuni……” Kata Ki Bijak lagi.

“Iya ki…., ana sedang mempersiapkannya, sambil mencari referensi dari teman-teman yang sudah memulainya terlebih dahulu…..” Kata Maula.

“Syukurlah kalau demikian, carilah referensi dan ilmu dari orang-orang yang kompeten dibidangnya, karena Aki sendiri tidak bisa membantu Nak Mas secara teknis dan materi, Aki hanya bisa memberi sedikit saran yang mungkin Nak Mas butuhkan nantinya…..” Kata Ki Bijak.

“Ki…., nasehat-nasehat Aki, jauh lebih berharga dari bantuan material dan bantuan teknik apapun, karena bagi ana, nasehat Aki adalah obor yang selalu menerangi hati dan pemikiran ana, itu jauh lebih berharga ki….” Kata Maula.

Ki Bijak menarik nafas panjang, “Berwira usaha mungkin akan sedikit berbeda dengan ketika Nak Mas menjadi seorang karyawan seperti sekarang, bedanya.., dalam analogi Aki seperti ikan yang hidup diaquarium dan dan ikan yang hidup bebas dikolam yang luas…..” Kata Ki Bijak kemudian.

“Beda antara wirausaha dengan karyawan seperti ikan diaquarium dan ikan dikolam ki…..?” Tanya Maula.

“Iya Nak Mas, ikan diaquarium, kelihatannya hidup relative ‘lebih mudah’, ikan diaquarium mendapat jatah makan dari sang pemilik setidaknya dua atau tiga kali sehari, kemudian air diaqaurium jauh lebih bening, sehingga semuanya terlihat, kemudian lagi ‘kompetisi’ antar ikan diaqurium, relative tidak ada, karena biasanya ikan dalam aquarium merupakan ikan dari jenis yang sama…….” Kata Ki Bijak

“Lalu ki….?” Tanya Maula.

“Pun demikian dengan kehidupan seorang karyawan yang relative ‘terbaca’, setiap bulan dapat gaji dari perusahaan, kemudian lingkungannya relative tidak berubah, teman-teman sekantor yang sama, dan jikapun ada kompetisi, masih dalam batas toleransi dan wajar…….”

“Beda halnya dengan ikan yang hidup dikolam luas…, ikan yang hidup dikolam memiliki ‘potensi’ makanan yang jauh lebih besar dan banyak, dikolam, ikan bisa bebas memilih makanan yang tersedia disana, meski pada suatu saat, ikan dikolam mungkin tidak dapat makanan sama sekali, karena banyaknya komunitas ikan dikolam yang memperebutkannya, belum lagi kondisi air yang tidak sebening air aquarium, ikan dikolam harus benar-benar bisa survive untuk dapat memperoleh makanan dan mempertahankan hidupnya……” Kata Ki Bijak beranalogi.

“Pun demikian dengan seorang usahawan, dengan menjadi wiraswasta, peluang untuk mendapatkan penghasilan yang lebih besar, sangat terbuka lebar, potensi untuk maju juga relative lebih besar, hanya itu tadi, didunia wirausaha, persaingan dan kompetisi sangat ketat, lingkungannya pun relative lebih luas, mungkin hampir setiap hari seorang wirausahan akan bertemu dan berhubungan dengan orang yang berbeda, latar belakang yang berbeda, tujuan dan motivasi yang berbeda, karakter yang berbeda, dan masih banyak lagi ragam yang berbeda yang kesemuanya harus kita hadapi untuk dapat survive dan berhasil dalam dunia wirausaha……..” Kata KI Bijak.

“Waah….., ana tidak menyangka Aki mempunyai wawasan dan visi kewirausahaan yang hebat…….., ana sendiri belum terpikir sejauh itu ki…..” Kata Maula mengagumi wawasan luas dari gurunya.

“Justru Aki yang banyak belajar dari Nak Mas mengenai hal ini, Aki tidak terlalu pandai mengenai urusan dunia wira usaha Nak Mas…..” Kata Ki Bijak

“Tapi apa yang Aki katakan tadi sangat masuk akal ki…., karyawan, mendapat gaji setiap bulan, tapi ya hanya itu saja sumber penghasilannya, paling banter dapat lemburan dan bonus, sementara pedangang atau wirausahawan, suatu waktu mungkin akan mendapat keuntungan yang besar, usahanya maju, berhasil dan sukses, sementara disisi lain, sangat mungkin seorang pedagang atau wirausahawan akan mengalami kerugian atau usahanya tidak lancar, dan mereka akan mengalami kesulitan…….., dan itu sangat masuk akan dan perlu dipikirkan oleh setiap orang yang mau memulai memasuki dunia usaha……” Kata Maula.

“Dan kalau memang Nak Mas benar-benar mau masuk kedalam dunia usaha tadi, Aki harap Nak Mas sudah benar-benar siap dengan segala kemungkinan yang akan Nak Mas temukan di’kolam’ besar yang menjanjikan, sekaligus penuh tantangan ini……….” Kata Ki Bijak lagi.

“Bismillah Ki……, semoga Allah member kemudahan dan kelancaran bagi ana untuk melaksanakan niatan ini……” Kata Maula.

“Semoga Nak Mas, dan jangan lupa…., niatnya diluruskan…, jika Nak Mas ingin memiliki usaha sendiri, bukan karena Nak Mas ingin kaya, bukan karena Nak Mas mengejar materi semata, bukan karena ikut-ikutan, atau apalagi hanya karena teman-teman Nak Mas lebih dulu ‘sudah berhasil’, tapi niatkan untuk ibadah, untuk mencari ridha Allah semata……..” Kata Ki Bijak menambahkan.

“Insya Allah ki, dan ana juga memohon doa Aki ya ki….” Pinta Maula.

“Nak Mas, tanpa Nak Mas mintapun, Aki selalu berdoa untuk kebaikan Nak Mas dan keluarga, semoga Nak Mas dan keluarga senantiasa dalam rahmat dan kasih sayang Allah swt…….” Kata Ki Bijak.

“Amiiin……” Maula mengamini.

Wassalam

July 2010.

Friday, July 2, 2010

BERSYUKUR ITU……

“Kenapa Nak Mas, sepertinya ada yang mengganggu pikiran Nak Mas….? Tanya Ki Bijak, melihat rona wajah Maula yang agak berbeda dari biasanya.

“Iya ki, rencananya minggu ini ana mau beli kitab yang Aki sarankan kemarin, tapi nggak jadi…., uangnya belum cukup ki…” Kata Maula.

“Bukannya kemarin Nak Mas bilang minggu ini Nak Mas dapat bonus dari kantor…?” Tanya Ki Bijak lagi.

“Iya ki, bonusnya sudah dibagikan, tapi nilainya jauh dari perhitungan ana kemarin, jadi uangnya ana pakai untuk melunasi hutang dulu, sementara beli kitabnya ana tunda, nggak apa-apa kan ki….” Kata Maula.

Ki Bijak tersenyum mendengar penuturan Maula; “Nak Mas…, tidak apa-apa kalau Nak Mas menunda pembelian kitab itu, dan Nak Mas tidak perlu kecewa karena bonus Nak Mas tidak sesuai dengan perhitungan Nak Mas, karena itulah rezeki yang Allah karuniakan kepada Nak Mas untuk saat ini…..” Kata Ki Bijak menasehati.

“Tapi ki, bonus kali ini ‘aneh, masak lebih kecil dari tahun sebelumnya, padahal gaji pokoknya sudah naik….” Maula masih penasaran.

Ki Bijak kembali tersenyum mendengar Maula yang masih nampak sedikit kesal, “Nak Mas…, memang benar yang menghitung bonus itu secara syariat pihak perusahaan, tapi bagi kita yang beriman kepada Allah, harus meyakini bahwa apa yang diputuskan perusahaan itu hakekatnya adalah putusan Allah jua, besar kecilnya bonus atau rezeki kita, sudah diatur Allah jauh sebelum pihak perusahaan memutuskan berapa jumlah bonus yang akan Nak Mas terima sekarang……” Kata Ki Bijak lagi.

“Astaghfirullah…., benar Ki….., mau orang jepang, mau bule atau siapapun, tetap saja mereka dalam kekuasaan Allah ya ki, sekalipun mereka tidak mengakui Allah…..” Kata Maula menyadari kealfaannya.

“Ya Nak Mas, tidak ada kekuasaan atau kekuatan apapun yang mampu member rezeki pada kita selain Allah, pun dengan jepang, dengan bule atau siapapun, hanya Allah sajalah yang mampu melapangkan atau menyempitkan rezeki kita dengan qudrat dan iradahnya…, lagi pula boleh jadi ada banyak pelajaran yang dapat Nak Mas petik dari apa yang Nak Mas dapati sekarang….” Tambah Ki Bijak lagi.

“Pelajaran ki…..?” Tanya Maula.

Ki Bijak mengangguk, “Nak Mas masih ingat dengan ayat Allah dalam surat A-rum 37 dan Az-Zummr 52..? Tanya Ki Bijak.

“Iya ki…..” Jawab Maula sambil membaca ayat dimaksud;

37. Dan apakah mereka tidak memperhatikan bahwa Sesungguhnya Allah melapangkan rezki bagi siapa yang dikehendaki-Nya dan dia (pula) yang menyempitkan (rezki itu). Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang beriman.

52. Dan Tidakkah mereka mengetahui bahwa Allah melapangkan rezki dan menyempitkannya bagi siapa yang dikehendaki-Nya? Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah bagi kaum yang beriman.

Ki Bijak mengangguk untuk membenarkan apa yang Maula baca; “Pelajaran pertama yang dapat kita ambil adalah bahwa kita harus senantiasa memperbaharui keimanan kita bahwa Allah-lah yang memberi rezeki pada kita, bukan perusahaan, bukan atasan, mereka hanyalah wasilah dari Allah untuk menyalurkan rezeki pada kita…..” Kata Ki Bijak.

“Iya ki….” Jawab Maula pendek.

“Pelajaran yang kedua, berhati-hatilah ketika kita punya rencana, jangan ujub, jangan takabur, jangan merasa bisa melakukannya sendiri tanpa izin Allah, seperti rencana Nak Mas untuk membeli kitab kemarin, tujuannya bagus, hanya jangan lupa, ucapkan insya Allah, sehingga kehendak kita selaras dan tidak mendahului kehendak Allah…..” Kata Ki Bijak lagi.

Maula mengangguk tanda mengerti;

“Pelajaran yang ketiga, kita harus belajar lagi memaknai syukur dengan benar, sekali-kali kita tidak akan bisa mensyukuri nikmat Allah yang besar, jika kita belum mampu mensyukuri nikmat yang kecil, seperti sekarang ini, Nak Mas tengah diuji oleh Allah, mampukah Nak Mas mensyukuri bonus yang kecil, sebelum insya Allah Nak Mas akan mendapat bonus yang lebih besar, dan ingat, barang siapa mensyukuri nikmat Allah, maka Allah akan menambah nikmat_Nya, dan barang siapa kufur, maka azab pedih menantinya……” Kata Ki Bijak sambil mengutip ayat Allah dalam surat Ibrahim;

7. Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), Maka Sesungguhnya azab-Ku sangat pedih".

“Iya ki, ana mengerti……” jawab Maula pendek

“Jadi sekarang Nak Mas masih ‘kesal’ karena bonusnya kecil….?” Tanya Ki Bijak sambil senyum.

“Insya Allah tidak lagi ki…., justru ana makin menyadari bahwa masih banyak yang harus ana perbaiki untuk mendapat ‘bonus’ dari Allah, ana merasa syukur ana masih kurang, ana merasa tahajud ana masih bolong-bolong, ana juga merasa sedekah ana masih sedikit, semoga ini menjadi awal bagi ana untuk memperbaikinya ki…..” Jawab Maula.

“Itu baru santri Aki……” Kata Ki Bijak sambil mengacungkan dua jempol untuk Maula.

Maula tersenyum dan menyalami gurunya untuk pamitan.

Wassalam

July 2, 2010