Thursday, April 28, 2011

BOLA YANG BUNDAR

BOLA YANG BUNDAR

“Bola memang bundar ya ki…” Kata Maula memulai perbincangan

“Maksud Nak Mas..?” Tanya Ki Bijak.

“Itu ki, Madrid vs Barca; baru beberapa hari lalu Madrid menang dan dengan penuh suka cita mengangkat trofi, eeh semalam Madrid justru kalah 0-2 ketika main dikandang…..” Kata Maula menjelaskan.

“Ya seperti itulah sebuah kompetisi Nak Mas, dan seperti Nak Mas bilang, bola itu memang bundar, bola akan terus berputar dan menggelinding, kesegala arah, untuk kemudian mempergilirkan kemengan dan kekalahan kepada siapa yang terlibat didalamnya…..” Kata Ki Bijak berfilsafat.

“Benar yang Aki katakan kemarin, bahwa jalannya sebuah pertandingan, kadang tidak sesuai dengan hasil akhir pertandingan itu sendiri, tim yang bermain baik, belum tentu menang, pun tim yang bermain standar, justru kadang yang bisa mengangkat trofi kejuaran, benar-benar tidak bisa dihitung secara matematis ya ki…” Kata Maula.

“Hitung-hitungan diatas kertas mungkin bisa Nak Mas,hanya hasilnya memang tidak selalu sama, dan seperti itu pulalah perjalanan hidup kita diatas muka bumi yang bundar ini Nak Mas…, selalu bergulir, selalu berputar, selalu berubah sesuai dengan ketentuan pencipta_Nya…” Kata Ki Bijak.

Maula masih diam, menuggu kelanjutan tutur kata sang guru;

“Kalau Nak Mas tadi katakan bahwasanya bola itu bundar, bahwa karena bundarnya inilah hasil sebuah permainan bolah jadi tidak bisa diprediksi secara pasti, pun dengan bumi kita Nak Mas, bumi ini selalu berputar pada sumbunya, sehingga kemudian kehidupan diatasnya pun ikut mengalami perputaran dan perubahan…;

“Dengan berputarnya bumi ini, kemudian kita menyaksikan adanya pergantian siang dan malam…”

“Dengan berputarnya bumi ini, kemudian kita menyaksikan adanya pergantian matahari dan rembulan…”

Dengan berputarnya bumi ini, kemudian kita menyaksikan adanya pergantian musim kemarau dan penghujan…”

Dengan berputarnya bumi ini, kemudian diri kitapun mengalami perubahan, mulai dari kandungan ibu, lahir sebagai bayi, tumbuh sebagai anak, kemudian beranjak remaja, dewasa dan akhirnya tua…;

“Dan tanpa banyak yang menyadarinya, perputaran bumi dan waktu ini pulalah kemudian kita menyaksikan berbagai hal yang silih berganti, datang dan pergi…;

“Kita menyaksikan orang yang hari ini gagah perkasa, boleh jadi esok lusa ia akan terbaring tanpa daya…:

“Kita menyaksikan orang yang hari ini tertawa, boleh jadi esok lusa ia akan dilamun duka…;

“Kita menyaksikan orang yang hari ini berjaya, boleh jadi esok lusa ia akan jatuh miskin dan papa…”

“Kita menyaksikan orang yang hari ini berkuasa, boleh jadi esok lusa ia akan menjadi rakyat jelata..”

“Kita menyaksikan orang yang hari ini mendapat kemenangan, boleh jadi esok lusa ia akan menerima kekalahan….”

“Kita menyaksikan banyak hal yang kontradiktif, menyaksikan hal yang berlawanan, menyaksikan hal yang bertolak belakang…., dan kita tidak perlu ragu dan risau bahwa semua adalah kehendak_Nya, dengan semuanya itulah kemudian bumi ini berputar……” Kata Ki Bijak.

Maula menarik nafas dalam-dalam mendengar penuturan gurunya yang panjang lebar,

“Iya ki…, jadi kita tidak boleh berlebihan menyikapi keduanya ya ki…, baik ketika kita mendapat kebaikan,pun ketika kita menerima keburukan…..” Kata Maula.

“Nak Mas masih ingat ayat yang menyatakan bahwa kebaikan juga sebuah ujian…?” Pancing Ki Bijak.

“Surat al ambiya ayat 35 Ki……” Kata Maula sambil membacakan ayat dimaksud;

            
35. Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). dan Hanya kepada kamilah kamu dikembalikan.


“Nak Mas benar, ayat ini yang Aki maksud; baik dan buruk, kaya dan miskin, sehat dan sakit, kelapangan atau pun kesempitan, kemenangan ataupun kekalahan, keduanya adalah ujian Nak Mas, ujian bagi keimanan kita untuk bagaimana kita menyikapinya dengan cara dan tepat dan terbaik…..” Kata Ki Bijak.

“Kebaikan, kekayaan, kesehatan, kelapangan, kemenangan yang dilandasi dengan keimanan kepada Allah, bahwa kebaikan, bahwa kekayaan, bahwa kelapangan, dan bahwa kemenangan adalah semata dari dan karena Allah, maka orang tersebut akan memperoleh kemuliaan disisi Allah dan dihadapan manusia….”

“Sebaliknya, kebaikan, kekayaan, kesehatan, kelapangan, kemenangan yang tidak dilandasi dengan keimanan kepada Allah, akan melahirkan kehinanaan bagi pemilikya…., orang yang memperoleh kebaikan tanpa dilandasi keimanan, akan menajdi takabur, karena ia merasa bahwa kebaikan diperolehnya adalah semata karena usahanya…..”

“Orang yang mendapat kekayaan tanpa dilandasi keimanan, maka ia akan menjadi sombong dan takabur, seperti Qorun yang merasa bahwa kekayaan yang ada padanya adalah semata karena ia pintar mencarinya….

“Pun dengan kelapanga, pun dengan kemenangan yang tidak dilandasi iman yang benar, hanya akan menjadi bala bagi pemiliknya……” Papar Ki Bijak.

Maule menghela nafas dalam-dalam, ia demikian meresapi apa yang baru saja disampaikan gurunya.

“Demikian halnya dengan keburukan, demikian pula dengan kemiskinan, dengan sakit, dengan kesempitan, ketika hal itu dilandasi dengan keimanan yang benar, maka keburukan akan menempanya menjadi orang yang sabar, kemiskinan akan menjadikannya orang yang tawakal, sakit akan menjadi kaffarah bagi dosanya, pun dengan kesempitan yang semakin mendekatkannya kepada Allah swt….”

“Sebaliknya, keburukan, kemiskinan, sakit, dan kesempitan, yang tidak dilandasi dengan keimanan yang benar, maka hal itu akan menjerumuskannya kepada kesengsaraan fidunya wal akhirat…naudzubillah…..” Tambah Ki Bijak.

“Ana mengerti Ki…., yang ana belum mengerti justru mengenai Aki sendiri…” Kata Maula.

“Kenapa dengan Aki Nak Mas….?” Tanya Ki Bijak.

“Aki tidak pernah nonton bola, tapi Aki bisa membuat amsal yang menurut ana sangat baik, dan sangat relevan dengan apa yang ana pahami…, sementara orang yang menonton pertandingan bola sendiri, belum tentu bisa mengaitkan apa yang dilihatnya dengan kehidupan keseharian kita…..” Kata Maula.

“Pertama, Aki tidak menonton bola, bukan berarti Aki tidak menyukai sepakbola, tapi waktunya tengah malam itu, adalah waktu yang sangat mustajab untuk bermunajat kepada Allah Nak Mas, jadi Aki lebih senang untuk melatih diri Aki untuk mendekatkan diri kepada Allah daripada nonton bola….” Kata Ki Bijak.

Maula merasa malu pada dirinya sendiri, karena kerap ia merasakan betapa sulitnya bangun malam untuk tahajud, tapi ia bisa bangun tepat waktu ketika hendak menonton pertandingan bola…….

“Kedua, jika Aki bisa mengaitkan cerita Nak Mas dengan amsal kehidupan sehari-hari, itu bukan berarti Aki lebih pandai dari Nak Mas,Aki hanya mencari cara bagaimana agar pesan Aki bisa diterima oleh Nak Mas dan santri lain, dan karena Nak Mas suka bola, ya sudah, Aki pakai analogi pertandingan sepakbola untuk menyampaikan pesan Aki….” Kata Ki Bijak lagi

“Iya ki.., ana sangat berterima kasih pada Aki yang bisa memberikan amsal dengan berbagai hal yang ada disekitar, ana jadi lebih mudah memahaminya….” Kata Maula.

“Berterima kasih pada Allah Nak Mas, Aki hanyalah wasilah untuk menyampaikan apa yang seharusnya Nak Mas dapatkan dari Allah swt….” Kata Ki Bijak lagi.

“Iya ki….; terima kasih ya Allah, Robbi alhimnii ilman afqohubihi awamiroka nabiiyina wa ilhamal malaikatul muqqorobiin, yaa arhama rohimiini….” Maula memanjatkan do’a, semoga Allah memberinya karunia ilmu sebagaiman Allah berikan kepada para nabi_Nya dan kepada para Malaikat yang didekatkan pada_Nya.

“Amiin…..” Ki Bijak mengamini.

Wassalam

April 28,2011

Wednesday, April 27, 2011

DARI BARCA VS MADRID

“Bagaimana pertandingan bolannya Nak Mas…? Tanya Ki Bijak.


“Menarik…., pertandingan Barca lawan Madrid memang selalu menyajikan aura yang berbeda disetiap pertemuan mereka…..” Jawab Maula.


“Siapa yang akhirnya juara…? Tanya Ki Bijak lagi.


“Madrid Ki…., Madrid berhasil mengalahkan Barca dengan skor 1-0,lewat gol Ronaldo….” Kata Maula lagi.


Ki Bijak tersenyum mendengar antusiasme dan kefasihan Maula mengomentari pertandingan sepakbola semalam, “Selain apa yang Nak Mas sebutkan tadi, ada hal yang membuat Nak Mas tertarik…? Tanya Ki Bijak kemudian.


Maula diam sejenak, untuk kemudian mencoba mendeskripsikan hal-hal yang menarik yang ia temukan selama menonton pertandingan; “Pertama mungkin ini ki…., dimusim ini, sudah tiga kali Barca dan Madrid bertemu,dipertemuan pertama, Madrid kalah telak 5-0 dari Barca, kemudian beberapa hari lalu, mereka juga bertemu lagi, kali ini hasilnya imbang 1-1, dan semalam Madrid justru mengungguli Barca tepat difinal yang otomatis mengantar mereka meraih trofi……” Kata Maula.


“Kenapa Nak Mas tertarik dengan hasil-hasil pertandingan itu..?” Tanya Ki Bijak.


“Ya sangat menarik ki, karena dalam hemat ana, Madrid mengajarkan pada kita bahwa kita bisa belajar dari sebuah kekalahan, setelah kalah telak, dipertandingan berikutnya Madrid belajar bagaimana untuk tidak kalah, dan selanjutnya bagaimana meraih kemenangan…..” Kata Maula.


Ki Bijak tersenyum mendengar penuturan Maula; “Benar Nak Mas, meski Aki tidak menonton pertandingannya, namun dari cerita Nak Mas tadi, Aki bisa meraba bahwa memang Madrid merupakan tim yang mau belajar dari kesalahan dan kekalahan sebelumnya, untuk kemudian menjadikannya senjata untuk meraih kemenangan……., subhanallah, betapa indah jika kita memiliki karakter dan sifat seperti itu Nak Mas, sifat untuk mau belajar dan terus belajar dari hal apapun……” Kata Ki Bijak.


“Dalam keseharian kitapun, kita sering menemukan ‘kekalahan’ atau ‘kegagalan’, tak peduli siapapun ia, pasti pernah mengalami kegagalan, namun sebaik-baik orang adalah mereka yang tidak hancur karena kegagalannya, dan bisa menjadikan kegagalan sebagai batu pijakan untuk meraih kemenangan…….” Kata Ki Bijak lagi.


“Iya ya Ki, Madrid pernah kalah, Manchester United pernah kalah, AC Milan pernah kalah, semua tim, sehebat apapun tim itu pasti pernah mengalami kekalahan…..” Kata Maula.


“Dari sanalah kita bisa belajar untuk tetap tegar, tetap semangat, tetap berusaha dengan maksimal untuk menuju tangga juara dalam kehidupan kita……, karena keberhasilan bukan sebuah hasil sulapan yang bisa terjadi dalam sekejap, bim salabim jadi, keberhasilan adalah sebuah proses yang mensyaratkan adanya kesungguhan, totalitas, mentalitas yang baik, dan usaha serta kerja keras untuk mencapainya….., selain tentu keyakinan dan tawakal kita kepada Allah swt….” Kata Ki Bijak.


“Iya Ki, ana mengerti…..” Jawab Maula.


“Syukurlah…..,lalu ada hal lain yang Nak Mas lihat dari pertandingan semalam…?” Tanya Ki Bijak.


Maula diam sejenak….,”Iya ki, ana melihat sebuah moment…, kalau tidak salah dimenit ke 116, dimana pelatih Barca berbicara kepada Lionel Messi, entah apa isi pembicaraanya, apa Pep member pengarahan atau menegur Messi, tapi yang menarik bagi ana adalah bahwa seorang Messi sekalipun, seorang pemain terbaik dunia dalam dua tahun terakhir, seorang pesepakbola yang dikarunia bakat luar biasa, seorang maestro, bahkan ada yang menjulukinya Messias’ karena kehebatannya dalam mengolah bola dan dikagumi serta disegani oleh kawan dan lawannya, tetap memerlukan ‘pengerahan’ atau teguran dari pelatihnya, padahal secara logika, dengan kemampuannya sekarang, Messi sepertinya bisa bermain bola sesukanya tanpa perlu bimbingan atau petunjuk dari siapapun, tapi nyatanya tidak demikian ki, Messi tetaplah seorang pemain yang memerlukan arahan dari pelatihnya…..” kata Maula.


“Waaah….wah, Nak Mas benar-benar seorang pengamat sepakbola yang hebat, sehingga bisa melihat moment yang mungkin terabaikan oleh orang lain….,dan memang seperti itulah seharusnya kita melihat sesuatu, bukan sekedar menonton, tapi bisa mengambil hikmah dan pelajaran yang ada didalamnya………” dan dari moment ‘perbincangan’ Messi tadipun kita bisa mengambil sesuatu darinya, bahwa kita tidak boleh sombong, karena kita sudah merasa bisa, bahwa kita tidak boleh merasa paling hebat sehingga tidak memerlukan arahan atau teguran dari orang lain, kita tidak boleh merasa besar kepala, hanya karena kita sudah mendapat predikat terbaik, kita tidak boleh tinggi hati dan meremehkan orang lain, hanya karena kita sudah merasa hebat…., siapapun kita, apapun jabatan kita, sehebat apapun kemampuan kita, kita tetap memerlukan arahan dari orang lain, kita tetap memerlukan nasehat dari orang lain, kita tetap memerlukan orang yang bisa mengarahkan kita…, karena sangat mungkin orang yang berada diluar kita justru bisa melihat kita secara utuh……..”Kata Ki Bijak


“Seperti ini saja Nak Mas, meski telinga kita ini dekat, meski hidung kita dekat, tapi kita tidak bisa melihatnya tanpa bantuan alat atau orang lain……, tapi justru orang disekitar kita jauh lebih jelas melihat hidung dan telinga kita daripada kita sendiri……..” Kata Ki Bijak sambil memegan telinga dan hidungnya.


“Iya ya ki, telinga dan hidup kita sangat dekat dengan mata kita, seharusnya kitalah yang lebih tahu dan paling dulu melihatnya, tapi justru orang lain yang bisa melihat dengan jelas telinga dan hidung kita….” Kata Maula.


“Karenanya Nak Mas harus terus menerus belajar, harus terus menerus menambah ilmu, dan jangan lupa, jika esok lusa disuatu hari nanti Nak Mas menjadi ‘seseorang’ yang hebat, yang terkenal, yang disegani, Nak Mas harus tetap berpijak dibumi, Nak Mas harus tetap rendah hati dan tidak sombong……” Kata Ki Bijak lagi.


“Amiiin ki……” Kata Maula.


“Dan ini juga sebuah tamsil yang indah bagi kita Nak Mas, manakala kita merasa sudah beribadah kepada allah dengan baik, sudah berdzikir terus menerus, sudah beristghfar, dan sudah berusaha menjauhi larangan-larangan Allah, tapi kemudian kita masih ‘ditegur’ Allah dengan berbagai ujian, itu sama sekali tidak berarti Allah tidak sayang pada kita, justru ketika kita sudah ‘bermain baik dan benar’ dalam menjalankan perintah Allah dan menjauhi larangannya, kemudian kita masih ditegur, insya Allah itu sebuah isyarah bahwa Allah sangat sayang kepada kita, bahwa Allah ingin kita terus memperbaiki diri, bahwa Allah tidak ingin kita terlena karena merasa sudah menjadi orang baik…..” Kata Ki Bijak lagi.


“Iya ki…..” Kata Maula lagi.


“Masih ada hal lain yang menarik perhatian Nak Mas dari pertandingan bola semalam..?” Tanya Ki Bijak.


“Iya ki, secara permainan, Barca lebih baik dan dominan daripada Madrid, tapi toh justru Madrid yang memenangkan pertandingan….” Kata Maula.


“Ini juga sebuah amsal yang baik Nak Mas, bahwa kita sebagai manusia hanya diwajibkan untuk menyempurnakan kasab kita dengan usaha yang sungguh-sungguh dan maksimal, selebihnya, berhasil atau tidaknya, adalah hak Allah untuk memutuskan, persis seperti Barca yang bermain baik, Barca yang menguasai pertandingan, Barca yang mendominasi, Barca yang menurut kita harusnya menang, tapi justru Madrid-lah yang mengangkat trofi……” Kata Ki Bijak.


“Ini juga sebuah ‘nasehat’ bahwa kita tetaplah sebagai manusia, dengan kemampuan yang serba terbatas, ini juga sebuah nasehat bagi kita, bahwa kita tidak boleh jumawa, tidah boleh merasa paling hebat, dan agar kita tetap latihan, agar kita terus belajar dan agar kita tetap konsisten dengan apa yang sudah kita pilih, hasilnya kita serahkan semuanya kepada Allah….” Pungkas Ki Bijak mengakhiri perbincangan, karena Maula hendak berangkat kerja.


Wassalam


April 21,2011

DARI ULAT BULU

“Sampai sekarang, ana masih belum mengerti dengan maraknya ‘serangan’ ulat bulu dibeberapa daerah ki….” Kata Maula, ketika berbincang mengenai fenomena merebaknya ulat bulu akhir-akhir ini.

Ki Bijak menghela nafas panjang mendengar pernyataan Maula, “Aki juga belum mengerti benar dengan apa yang terjadi akhir-akhir ini Nak Mas, yang Aki mengerti hanyalah sebatas bahwa kita harus berfikir dan tafakur dengan apa yang sekarang terjadi….” Kata Ki Bijak.

“Iya ki…, kalau dengar komentar orang-orang dimedia sih, katanya karena adanya anomali cuaca, kemudian ada lagi yang mengatakan karena berkurangnya pemangsa alami dari ulat-ulat itu, dan masih banyak lagi komentar mengenai fenomena ini ki……” Kata Maula.

“Boleh jadi pendapat dan komentar mereka benar Nak Mas, bahwa perubahan cuaca yang ekstrim membuat fenomena ini terjadi, atau berkurangnya pemangsa alami dan terputusnya rantai makanan, membuat populasi ulat ini tidak terkendali…, tapi mari coba kita fikir lagi mengenai pendapat-pendapat itu, bukan untuk mendebat, tapi hanya untuk mempelajari lebih dalam, sehingga kemudian kita bisa menemukan sesuatu yang mungkin bisa kita ambil hikmahnya Nak Mas…..”

“Kalau orang berpendapat bahwa fenomena ulat ini karena anomali cuaca, bukankah anomali cuaca ini terjadi hampir diseluruh Indonesia, dan bahkan juga terjadi dibelahan dunia lain…?, lalu kenapa fenomena ulat ini hanya terjadi dibeberapa daerah, dan bukan diseluruh Indonesia misalnya….?” Ki Bijak berpendapat dengan setengah bertanya.

“Iya ya ki, perubahan cuaca juga terjadi di luar jawa, disumatra, disulawesi, dikalimantan, di Irian jaya, tapi kenapa di jawa pun tidak semua daerah diserang ulat bulu…?” Kata Mauala memperkuat argument Ki Bijak.

“Jadi menurut pendapat Aki, ada hal lain yang menyebabkan fenomena ini terjadi, selain adanya anomaly cuaca, ada rahasia yang kita belum tahu, hikmah apa yang ada dibaliknya……” Kata Ki Bijak lagi.

Maula mengangguk-angguk mendengarkan penuturan gurunya;

“Kemudian lagi, ada pendapat yang mengatakan fenomena ini karena terputusnya rantai makanan, sehingga terjadi ketidak seimbangan alam, boleh jadi itu benar, tapi sama seperti pertanyaan pertama, bukankah hilang atau berkurangnya pemangsa alami ulat ini bukan hanya terjadi didaerah tertentu, tapi terjadi hampir diseluruh pelosok negeri…, Nak Mas lihat, disekitar kitapun sekarang ini jarang sekali ditemui burung-burung yang dulu banyak hinggap dan pergi dipepohonan itu, pun dengan tempat-tempat lain, burung atau pemangsa alami ulat lainnya sudah jauh berkurang, tapi kenapa hanya ditempat tertentu saja terjadi ‘serangan’ ulat bulu itu…?” Tanya Ki Bijak lagi.

“Benar ki…., lalu bukan hanya ulat yang pemangsa alaminya berkurang, ular, sebagai pemangsa alami tikus juga hampir punah, tapi tidak atau belum terjadi fenomena serangan tikus, dan masih banyak hama yang sudah kehilangan pemangsa alaminya, tapi sekarang ini hanya ulat bulu yang merebak…..” Kata Maula.

“Mudah-mudahan jangan ada serangan tikus atau hama lainnya Nak Mas, mudah-mudahan juga fenomena ulat bulu ini ‘sekedar’ teguran dari Allah, dan bukan adzab Allah seperti yang pernah Allah timpakan kepada kaum fir’aun yang membangkang perintah_Nya….” Kata Ki Bijak sambil mengutip ayat al qur’an;

130. Dan Sesungguhnya kami Telah menghukum (Fir'aun dan) kaumnya dengan (mendatangkan) musim kemarau yang panjang dan kekurangan buah-buahan, supaya mereka mengambil pelajaran.

131. Kemudian apabila datang kepada mereka kemakmuran, mereka berkata: "Itu adalah Karena (usaha) kami". dan jika mereka ditimpa kesusahan, mereka lemparkan sebab kesialan itu kepada Musa dan orang-orang yang besertanya. Ketahuilah, Sesungguhnya kesialan mereka itu adalah ketetapan dari Allah, akan tetapi kebanyakan mereka tidak Mengetahui.

132. Mereka berkata: "Bagaimanapun kamu mendatangkan keterangan kepada kami untuk menyihir kami dengan keterangan itu, Maka kami sekali-kali tidak akan beriman kepadamu".

133. Maka kami kirimkan kepada mereka taufan, belalang, kutu, katak dan darah[558] sebagai bukti yang jelas, tetapi mereka tetap menyombongkan diri dan mereka adalah kaum yang berdosa.

134. Dan ketika mereka ditimpa azab (yang Telah diterangkan itu) merekapun berkata: "Hai Musa, mohonkanlah untuk kami kepada Tuhamnu dengan (perantaraan) kenabian yang diketahui Allah ada pada sisimu[559]. Sesungguhnya jika kamu dapat menghilangkan azab itu dan pada kami, pasti kami akan beriman kepadamu dan akan kami biarkan Bani Israil pergi bersamamu".

135. Maka setelah kami hilangkan azab itu dari mereka hingga batas waktu yang mereka sampai kepadanya, tiba-tiba mereka mengingkarinya.

136. Kemudian kami menghukum mereka, Maka kami tenggelamkan mereka di laut disebabkan mereka mendustakan ayat-ayat kami dan mereka adalah orang-orang yang melalaikan ayat-ayat kami itu.

[558] Maksudnya: air minum mereka beubah menjadi darah.
[559] Maksudnya: Karena Musa a.s. Telah dianugerahi kenabian oleh Allah, sebab itu mereka meminta dengan perantaraan kenabian itu agar Musa a.s.memohon kepada Allah.

Maula dengan seksama memperhatikan ayat-ayat dalam surat al A’raf tersbut;

“Naudzubillah…., jadi kaum fir’aun juga pernah ditimpa adzab berupa hama juga ya ki…..” Kata Maula.

“Aki khawatir bahwa ulat bulu ini adalah bentuk lain dari adzab Allah yang dulu pernah Allah timpakan kepada kaum fir’aun, meski bentuknya beda, namun pemicunya sangat mirip sekali Nak Mas…., Fir’aun dan kaumnya dihukum Allah karena mereka mengingkari nikmat Allah, ketika kemakmuran datang, mereka lupa pada Allah, mereka menyombongkan diri bahwa keberhasilan dan kemakmurannya adalah semata hasil jerih payah mereka, kemudian mereka juga tidak mau mendengar atau mengindahkan perintah Allah dan melanggar apa yang dilarangnya, singkatnya mereka telah melampau batas, sehingga Allah menghukumnya dengan hukuman yang teramat pedih seperti itu…..” Kata Ki Bijak.

“Ki…., adakah sikap kita dizaman ini sudah seperti sikap kaum fir’aun….?” Tanya Maula dengan berhati-hati.

“Naudzubillah…., mudah-mudahan tidak Nak Mas, meski kita juga tidak bisa memungkiri bahwa ‘gejala’ semacam itu telah nampak disekitar kita…..”

“Nak Mas lihat berapa banyak peringatan Allah yang dengan mudah kita abaikan, bencana demi bencana, letusan gunung merapi, gempa bumi yang susul menyusul, angin puting beliung yang melanda, bahkan tsunami-pun pernah kita alami dan rasakan, tapi semua itu, semua bencana dan teguran itu, sepertinya sama sekali tidak membekas dihati kita……”

“Masih dengan mudah kita melanggar perintah Allah, masih dengan mudah kita melakukan apa yang dilarang_Nya, masih dengan mudah kita berkata lantang bahwa kemakmuran dan keberhasilan kita adalah karya kita, hasil jerih payah kita, hasil keringat kita, kita sama sekali tidak pernah menyebut-nyebut nama Allah yang sesungguhnya telah memberikan kita kemakmuran dan keberhasilan kepada kita, demi Allah, tidak akan ada kemakmuran atau keberhasilan tanpa izin dan kehendak_Nya…..;

“Belum lagi kalau kita melihat berbagai macam kemaksiatan terpampang dengan gamblang didepan mata kita, berita korupsi hampir tiap hari, berita orang bunuh diri, menjadi konsumsi sehari-hari, berita pembunuhan seperti sebuah kelaziman, berita kerusuhan, berita bentrokan, berita pertikaian, seperti sesuatu yang lumrah terjadi sekarang ini……; Kata Ki Bijak.

“Belum lagi berita ketidak adilan pemimpin, belum lagi kesemena-menaan pejabat, belum lagi cerita wakil rakyat yang bermoral bejat, digaji, diberi fasilitas, diberi wewenang dan jabatan, tapi kerjanya hanya nonton video porno ya ki….” Tambah Maula

“Ya Nak Mas, apapun penyebabnya, fenomena ulat bulu ini mesti kita pelajaran, kita harus lebih dalam lagi tafakur dan instrospeksi kedalam diri kita masing-masing, karena meski kejadian ini tidak menimpa kita secara langsung, tidak lantas kita boleh merasa bahwa bukan kita yang dimaksud, bukan kita yang hendak diberi peringatan oleh Allah, karena apapun, dimanapun, kapanpun, apa yang kita lihat, apa yang kita dengar, apa yang kita rasakan merupakan ‘isyarat’ dari Allah agar kita berfikir……” Kata Ki Bijak.

“Iya ki…, kalau kita mau tafakur sejenak, tidak mungkin ulat-ulat itu datang dengan sendirinya secara bersamaan, dengan ukuran dan jenis yang sama, datang kedaerah yang sama, ulat-ulat itu hanya mungkin ‘melakukan’ semuanya hanya dengan perintah dan kehendak Allah…..” Kata Maula.

“Ya Nak Mas, tidak ada partikel sekecil apapun yang bisa bergerak tanpa izin dan kehendak_Nya, dari sini saja, seharusnya mampu menambah keimanan kita bahwa Allah_lah Dzat yang Maha segala-galanya…..” Kata Ki Bijak.

“Iya ki, semoga fenomena ulat ini segera berakhir,dan semoga pula hal ini menyadarkan kita, menambah keimanan kita pada Allah swt…” Tambah Maula.

“Amiin…..” Ki Bijak mengamini.

Wassalam

April 25,2011