Monday, October 17, 2011

STKHI BUKANLAH SOLUSI


STKHI….?, apa itu STKHI Nak Mas…..? Tanya Ki Bijak

“STKHI itu Sekolah Tinggi Kambing Hitam Indonesia ki…., istilah ini untuk menggambarkan mereka yang bisanya hanya menyalahkan orang lain ketika terjadi sesuatu….., seperti kekalahan timnas kemarin ki…, pasti ‘kambing hitam’ laku keras, ada yang menyalahkan pelatih, ada yang menyalahkan pemain, ada yang menyalahkan pengurus, ada yang menyalahkan wasit dan lain sebagainya…., hampir tidak ada orang yang mencoba mengambil pelajaran dari setiap kekalahan atau bagaimana meningkatkan kualitas permainan kita sendiri, yang muncul selalu pengkambing hitaman suatu pihak, sepertinya orang-orang kita memang kebanyakan alumnus dari STKHI ini…….”Kata Maula

“Beda dengan dinegara lain, biasanya penanggung jawab atau pejabat terkait akan mengambil alih masalah dan dengan gentle mereka mengakui bahwa dia yang bertanggung jawab…….” Kata Maula.

Ki Bijak menghela nafas panjang demi mengetahui STKHI yang dimaksud Maula, “STKHI ataupun IBI bukanlah cerminan pemimpin yang baik Nak Mas….” Kata Ki Bijak.

“IBI…., apa itu IBI ki…?” Tanya Maula heran.

“Institut Berkelit Indonesia Nak Mas……” Jawab Ki Bijak sambil tersenyum

“Waah Aki bisa juga membuat istilah gaul…..” Kata Maula sambil tersenyum pula.

“Aki hanya ikutan Nak Mas saja…, terlepas dari istilah apapun yang digunakan, seorang pemimpin mestinya bisa belajar dari genting itu Nak Mas….” Kata Ki Bijak sambil menunjuk genting pondok yang berada tepat didepan mereka.

Dengan segera Maula menengok dan memperhatikan genting yang ditunjuk gurunya, “Seorang pemimpin harus belajar dari genting itu ki…?” Tanya Maula.

Ki Bijak mengangguk…” Nak Mas perhatikan bagaimana genting-genting itu bisa berada diatas…, genting-genting itu tidak akan bisa ‘ongkang-ongkang’ atas kalau dibawahnya tida ada pondasi yang kuat, kalau dibawahnya tidak ditopang tembok dan kusen yang kokoh, kalau dibawahnya dilandasi oleh kayu dang reng tempatnya berpijak sekarang ini…….” Kata Ki Bijak

Maula diam sejenak, “Genting berada diatas karena ada pondasi yang kuat, karena ada tembok dan kusen yang kokoh dan karena ada reng dan kayu tempatnya berpijak..hmmmh, lalu apa hubungannya dengan pemimpin ki….?” Tanya Maula.

“Seorang pemimpin, seorang manager, seorang ketua umum atau bahkan seorang presiden sekalipun, tidak akan bisa diposisinya sekarang, jika mereka tidak disokong oleh bawahan, oleh anak buah atau oleh rakyatnya….”

“Seorang manager misalnya, ia bisa menduduki posisinya sekarang, karena ia didukung oleh staff, karena ia didukung oleh supervisor, karena ia didukung oleh assistan yang membantunya melaksanakan pekerjaan…., hingga kemudian ia bisa mendapatkan nilai dari atasannya, baik kerja bawahan, baik pula nilai manager dimata atasan, jelek kerja bawaha, jelek pula nilai manager dimata atasannya, karenanya seorang manager tidak boleh enak-enakan, tidak boleh berlepas tangan, tidak boleh berlepas tanggung jawab, tidak boleh pura-pura tidak tahu, tidak boleh hanya bisa menyalahkan bawahan, karena jika bawahan atau anak buah selalu dikambing hitamkan atas semua kesalahan, yang terjadi adalah bukan hanya anak buah itu yang akan stress dan tertekan, tapi sang manager juga akan menanggung akibat dari kerja anak buahnya…”

“Persis seperti genting-genting itu Nak Mas…., manakala genting-genting yang diatas itu tidak mau menerima panas dan teriknya matahari, ketika genting-genting yang diatas itu tidak mau menerima siraman air hujan, dan membiarkan panas dan air itu membasahi reng, menyimari kusen, membasai tembok, maka pada gilirannya para penopang genting itu akan rapuh….., dan ketika para penopangnya rapuh…, maka dengan sendirinya gentingpun akan itu jatuh dan hancur karenanya….” Papar Ki Bijak.

Maula diam sejenak, sebelum kemudian mengangguk tanda mengerti, “ Ana mengerti ki….”

“Seorang pelatih atau pengurus sepakbola yang hanya mengkambing hitamkan pemainnya manakala timnya kalah.., maka pelatih dan pengurus itu akan hancur….”

“Seorang menteri, yang tidak mau tahu apa dan bagaimana pekerjaan anak buahnya, dan tidak mau bertanggung jawab terhadap kesalahan yang dibuat anak buahnya, maka menteri itu akan hancur…”

“Seorang department head, yang hanya mencari kambing hitam, ketika departmennya mengalami kerugian, maka orang itu akan hancur ya ki….” Kata Maula.

“Ya Nak Mas…., siapapun dia, apapun yang dipimpinnya, manakala dia hanya pandai mencari kambing hitam atas masalah ditempat ia memimpin, maka tanggal kehancurannya hanya tinggal menghitung hari…..” Kata Ki Bijak lagi.

“Seorang pemimpin harus solutif ya ki…, bukannya intimidatif….” Kata Maula.

“Ya Nak Mas, seperti genting yang rela kepanasan dan kehujanan untuk melindungi bagian-bagian dibawahnya, agar ia tetap bisa berada diatas….” Kata Ki Bijak mengakhiri perbincangan.  

BEKERJA DENGAN HATI


Ki….., apa bedanya kerja keras, kerja dengan cerdas dan kerja dengan ikhlas…..? Tanya Maula pada gurunya.

Ki Bijak tersenyum mendengar pertanyaan Maula yang sangat dalam ini, “Bekerja keras adalah bagian dari fisik Nak Mas…, seperti orang yang bongkar muat barang, seperti orang yang mengangkat batu atau kayu, seperti juga orang yang bekerja siang-malam…, seperti itulah orang yang bekerja keras Nak Mas…..” Kata Ki Bijak.

“Akan halnya orang yang bekerja dengan cerdas ki….? Tanya Maula lagi.

“Orang yang bekerja dengan cerdas, adalah mereka yang memaksimalkan fungsi otaknya untuk menyelesaikan suatu kerjaan…, mungkin jenis pekerjaannya sama, mungkin kuantitas pekerjaannya sama, tapi orang yang cerdas akan menggunakan otaknya untuk menemukan cara terbaik untuk menyelesaikannya secara lebih cepat dan lebih baik…”

“Mungkin dia akan menggunakan metode tertentu untuk mempercepat pekerjaannya, mungkin dia akan menggunakan alat-alat tertentu yang memang dibutuhkannya, mungkin juga dia memanage waktunya dengan sedemikian rupa, sehingga pekerjaannya menjadi lebih mudah diselesaikan dengan hasil yang lebih baik….”

“Sementara orang yang bekerja dengan ikhlas adalah mereka yang bekerja dengan hatinya…., semua aktivitas dan kegiatannya dia niatkan sebagai bagian dan ibadahnya kepada Allah, sehingga ia menjalaninya dengan penuh tanggung jawab, dengan penuh konsentrasi, dengan penuh pengabdian,karena ia menyadari sepenuhnya hasil karya dan pekerjaannya bukan semata harus ia pertanggung jawabkan pada atasannya, melainkan juga harus dipertanggung jawabkan kepada Allah yang telah menempatkannya pada pekerjaan tersebut dan atas imbalan atau gaji yang telah diterimanya…..” Kata Ki Bijak.

Maula menghela nafas panjang mendengar penuturan gurunya yang panjang lebar.., “Lalu bagaimana dengan hasilnya ki…, apakah juga akan ada perbedaan..?” Tanya Maula lagi.

Ki Bijak menghela nafas panjang, sebelum kemudian menjawab pertanyaan Maula,Aki pernah baca sebuah artikel menarik dari seorang penulis muda, beliau mengatakan seperti ini,Bekerja keras itu menghasilkan, bekerja cerdas itu melipatgandakan, dan bekerja ikhlas itu menenteramkan (Jamil Azzaini).....”

Bekerja keras itu menghasilkan, bekerja cerdas itu melipatgandakan, dan bekerja ikhlas itu menenteramkan……….hmmmh, sebuah ungkapan yang sangat indah ki….” Kata Maula.
“Ya Nak Mas…., dalam hemat Aki, ‘bekerja keras itu menghasilkan”, bermakna bahwa segala sesuatu, apabila dikerjakan dengan sungguh-sungguh maka akan membuahkan hasil dari apa yang kita usahakan, ini sesuai dengan sabda Rosulullah yang berbunyi, ” Man Jadda Wajjada” (siapa yang bekerja keras/bersungguh-sungguh dia akan berhasil), “
 “Sementara ‘bekerja cerdas itu melipatgandakan”, bermakna bahwa setiap pekerjaan yang dilakukan dengan ilmu, dengan strategi dengan cara yang tepat, dengan metode yang sudah teruji, dengan alat yang sesuai, akan melahirkan sebuah hasil karya yang ‘hebat’, sehingga melahirkan inovasi-inovasi baru, baik inovasi cara pengerjaan maupun inovasi untuk mempercepat pekerjaan dan juga inovasi dalam kualitas pekerjaan, dan imbasnya akan memperoleh hasil yang optimal bahkan lebih dari apa yang kita harapkan(berlipat ganda)..”
“Dan diantara keduanya, bekerja keras dan bekerja dengan cerdik, ada yang namanya  “Man Shobaru Zhafiira” (Siapa yang sabar/ikhlas dia akan beruntung),  dengan kata lain bekerja dengan penuh keikhlasan, bekerja dengan hati, bekerja dengan niat semata karena Allah, akan melahirkan sebuah energi positif yang menggerakan otak kita untuk berfikir dengan cerdas, dan menggerakan otot-otot dan jasmani kita untuk bekerja dengankuat, sehingga insya Allah setiap pekerjaan yang berat akan terasa ringan, pekerjaan yang menumpuk akan terasa sedikit, dan pekerjaan yang rumit akan terasa mudah karena kita ikhlas melakukannya dan dampaknya tentu saja membuat hati menjadi damai dan tentram sebab perasaan kita tidak terbebani oleh pekerjaan-pekerjaan yang berat, banyak dan sulit sekalipun…..” Papar Ki Bijak lagi.
Maula terdiam sesaat, berusaha meresapi setiap tutur kata gurunya, “Ana mengerti ki…..” Kata Maula beberapa saat kemudian.
“Hati kita adalah raja Nak Mas…., ketika sang raja ‘sakit’, ketika hati kita tidak ikhlas, maka sang prajuritpun niscaya akan mengalami ‘tekanan’, otak kita jadi tidak bisa bekerja secara optimal manakala hati kita gundah gulana, jasmani kita terasa letih, manakala hati kita merasa cemas dan gelisah…..”
“Sebaliknya ketika sang raja tengah diliputi kebahagiaan, ketika sang raja tengah berada dalam suasana yang nyaman, insya Allah para prajurit akan semangat untuk menghadapi setiap medan laga, otak berfikir dengan jernah, jasmanipun akan terasa segar dan siap untuk melaksanakan aktivitas…., yang pada gilirannya akan menghasilkan pencapaian ganda, berhasil secara materi didunia, pun insya Allah akan menghasilkan pahala diakhirat kelak……” Tambah Ki Bijak lagi.
“Iya Ki…..” Kata Maula lagi.
“Karenanya jangan pernah lupa untuk memohon segala kebaikan dan keikhlasan pada Allah agar hari-hari dan pekerjaan yang kita jalani, tidak sekedar menghasilkan uang, tapi juga bernilai ibadah….”
“Uang banyak, yang dihasilkan tanpa menyertakan Allah dalam prosesnya, hanya akan melahirkan qorun, yang lupa diri siapa yang memberinya kekayaan….,
“Uang banyak, yang dihasilkan hanya dengan mengandalkan otak, tanpa menyertakan Allah didalamnya, pun hanya akan menghasilkan orang-orang ujub yang akan menepuk dada dan merasa bahwa keberhasilannya adalah semata karena kehebatan akalnya…, dan manusia jenis ini bukanlah jenis manusia yang dirindukan surga…………” Kata Ki Bijak lagi.
“Iya ki….., semoga ana bisa menata hati ini untuk melaksanakan segala aktivitas yang berlandaskan keikhlasan…..” Kata Maula.
Ki Bijak tersenyum…”Semoga Nak Mas…..” Kata Ki Bijak mengakhiri perbincangan.

Sunday, October 2, 2011

INDAHNYA KESIBUKAN


Ki….mohon maaf, sepertinya ana tidak jadi datang ke pondok pada sabtu dan ahad nanti…., ana harus masuk kerja ki…..” Kata Maula memberi tahu gurunya.

“Sabtu- minggu bukannya Nak Mas biasanya libur…?” Tanya Ki Bijak.

“Iya ki…, tapi untuk minggu ini, ana harus masuk, ada pekerjaan…..” Kata Maula.

“Ya tidak apa-apa Nak Mas….., Nak Mas bisa datang kepondok kapan saja, kalau nanti Nak Mas  sudah tidak sibuk ya silahkan Nak Mas datang kesini…..” Kata KI Bijak.

Maula menghela nafas panjang mendengar penuturan gurunya; “Iya ki…., hanya kesibukan ana akhir-akhir ini sangat menguras konsentrasi dan fikiran ana, sudah seminggu ini selalu pulang malam, sehingga ana tidak bisa shalat magrib dan isya b berjamaah dimasjid, ini sangat berat bagi ana ki…..” Kata Maula.

Ki Bijak pun menghela nafas panjang mendegar penuturan Maula; “Innalillahi wa inna ilaihi roji’un…., Aki mengerti apa yang Nak Mas rasakan…, namun Aki bersyukur bahwa ditengah kesibukan Nak Mas, Nak Mas masih memiliki semangat untuk bisa shalat berjamaah dimasjid, semoga Alla segera memberi Nak Mas jalan keluar, agar Nak Mas lebih punya banyak waktu untuk beribadah kepada Allah…..” Kata Ki Bijak.

“Iya ki…, semoga Allah menempatkan ana pada tempat yang Allah berkahi, sehingga kesibukan lahiriah ana, tidak mengurangi nilai ibadah ana disisi Allah swt….” Kata Maula.

“Aamiin…., insya Allah Nak Mas…, insya Allah kesibukan Nak Mas yang sekarang, tidak mengurangi nilai ibadah Nak Mas kepada Allah, selama hati Nak Mas tetap tertaut kepada Allah….., jangan pernah berhenti berdzikir walau sehela nafas sekalipun Nak Mas….” Kata Ki Bijak.

“Iya ki…..” Kata Maula pendek.

“Berbicara mengenai kesibukan…., dunia ini memang tempat yang penuh dengan kesibukan Nak Mas….,dunia ini tempatnya orang bekerja, dunia ini tempatnya orang untuk memeras keringat dan memutar otak untuk mendapatkan yang terbaik yang Allah janjikan baginya…..;

“Yang membedakan hanyalah nawaitu-nya….., ada orang yang banting tulang dan peras keringat, hanya untuk memiliki harta yang banyak…”

“Ada orang yang lembur siang malam, hanya untuk memiliki mobil yang mewah…”

“Ada orang yang harus meninggalkan keluarga, berhari-hari tidak pulang kerumah, hanya untuk mengejar pangkat dan jabatan serta materi….”

“Beragam carapun banyak dilakukan…., ada yang mengikuti cara yang benar, ada pula yang menggunakan cara yang menyimpang….., yang jelas, setiap manusia, memiliki kesibukan dan caranya masing-masing……” Kata Ki Bijak.

Maula masih diam mendengarkan penuturan gurunya;

“Dan yang Aki harapkan dari Nak Mas adalah bagaimana Nak Mas bisa memaintain kesibukan Nak Mas dengan niat yang baik, niat yang tulus, niat yang ikhlas semata demi memenuhi kewajiban Nak Mas pada Allah untuk memberi nafkah pada keluarga, sehingga kalaupun Nak Mas harus tidak pulang, ketidak pulangan Nak Mas memiliki arti lebih disisi Allah dan dimata keluarga….”

“Akan merugi mereka yang sudah bekerja siang malam, bahkan harus tidak pulang, tapi niatnya hanya sekedar memperbanyak materi, mungkin dia akan kaya, mungkin dia akan memiliki harta, mungkin dia akan mengendarai mobil mewah, mungkin dia akan menempati rumah megah, mungkin dia akan mendapatkan posisi dan jabatan tinggi dimata manusia, tapi disisi Allah…, orang yang bekerja dengan niatan duniawi, tidak akan mendapatkan apapun untuk kehidupan abadinya diakhirat kelak…..” Kata Ki Bijak lagi.

Maula manggut-manggut mendengar penuturan gurunya yang panjang lebar…..

“Nak Mas…., Allah juga senantiasa dalam kesibukan…., malaikat juga senantiasa dalam ‘kesibukan’, para nabi juga tidak bisa lepas dari ‘kesibukan’, presiden juga sibuk, menteri juga sibuk, gubernur juga sibuk, bahkan seorang RT sekalipun memiliki kesibukannya sendiri.., jadi Nak Mas tidak perlu sedih…., tidak perlu merasa tertekan, tidak perlu merasa diburu-buru…., kembalikan semuanya kepada Allah…, laa haula walaa quwwata ila billah…, insya Allah semua akan berjalan dengan baik…….” Kata Ki Bijak.

“Iya ki….” Kata Maula lagi..

“Nak Mas masih ingat ayat seribu dinar..?” Tanya Ki Bijak.

“Iya ki……” Kata Maula sambil membacakan ayat dimaksud;

Ì 4 `tBur È,­Gtƒ ©!$# @yèøgs ¼ã&©! %[`tøƒxC ÇËÈ çmø%ãötƒur ô`ÏB ß]øym Ÿw Ü=Å¡tFøts 4 `tBur ö@©.uqtGtƒ n?tã «!$# uqßgsù ÿ¼çmç7ó¡ym 4 ¨bÎ) ©!$# à÷Î=»t/ ¾ÍnÌøBr& 4 ôs% Ÿ@yèy_ ª!$# Èe@ä3Ï9 &äóÓx« #Yôs% ÇÌÈ
2.  ………. barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya dia akan mengadakan baginya jalan keluar.

3.  Dan memberinya rezki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan yang (dikehendaki)Nya. Sesungguhnya Allah Telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu.

Nak Mas perhatikan arti ayat ini’ Barang siapa yang bertaqwa kepada Allah , niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar..”, jalan keluar bagi setiap permasalahan kita, jalan keluar bagi setiap kesulitan kita, jalan keluar bagi setiap kegundahan kita, jalan keluar bagi kesetiap keresahan kita, jalan keluar bagi setiap kesempitan kita.., termasuk jalan keluar bagi kesibukan kita, seperti yang tengah Nak Mas hadapi sekarang ini…..”

“Karenanya sesibuk apapun kita, utamakan perintah Allah…, sebagaimana Allah maklum dalam sebuah hadits qudsi “Hai anak Adam, luangkan waktumu untuk beribadah kepadaKu, niscaya Aku penuhi hatimu dengan kekayaan, dan Aku lapangkan tanganmu dari kesibukan…., jika tidak, maka Aku penuhi hatimu dengan kefakiran dan Aku penuhi tanganmu dengan kesibukan…..” Kata Ki Bijak.

“Iya ki…., semoga kesibukan ana sekarang ini tidak menjadikan ana orang yang lalai dalam mengingat Allah…, dan semoga pula ana segera diberikan kelapangan, sehingga ana bisa lebih banyak waktu untuk bersama Allah dan menimba ilmu dipondok ini….” Kata Maula.

“Insya Allah Nak Mas…, tidak ada yang sulit bagi Allah untuk memberikan apapun yang kita minta, tergantung bagaimana kita mendekat kepadaNya dengan segenap keyakinan dan kepasrahan diri padaNya….” Kata Ki Bijak lagi.

“Aamiin ki…….; salam buat rekan-rekan yang lain ya Ki…, ana harus segera berkemas…..” Kata Maula sambil pamita.

“Insya Allah Aki sampaikan Nak Mas….” Kata Ki Bijak sambil menyambut uluran tangan Maula.