BOLA YANG BUNDAR
“Bola memang bundar ya ki…” Kata Maula memulai perbincangan
“Maksud Nak Mas..?” Tanya Ki Bijak.
“Itu ki, Madrid vs Barca; baru beberapa hari lalu Madrid menang dan dengan penuh suka cita mengangkat trofi, eeh semalam Madrid justru kalah 0-2 ketika main dikandang…..” Kata Maula menjelaskan.
“Ya seperti itulah sebuah kompetisi Nak Mas, dan seperti Nak Mas bilang, bola itu memang bundar, bola akan terus berputar dan menggelinding, kesegala arah, untuk kemudian mempergilirkan kemengan dan kekalahan kepada siapa yang terlibat didalamnya…..” Kata Ki Bijak berfilsafat.
“Benar yang Aki katakan kemarin, bahwa jalannya sebuah pertandingan, kadang tidak sesuai dengan hasil akhir pertandingan itu sendiri, tim yang bermain baik, belum tentu menang, pun tim yang bermain standar, justru kadang yang bisa mengangkat trofi kejuaran, benar-benar tidak bisa dihitung secara matematis ya ki…” Kata Maula.
“Hitung-hitungan diatas kertas mungkin bisa Nak Mas,hanya hasilnya memang tidak selalu sama, dan seperti itu pulalah perjalanan hidup kita diatas muka bumi yang bundar ini Nak Mas…, selalu bergulir, selalu berputar, selalu berubah sesuai dengan ketentuan pencipta_Nya…” Kata Ki Bijak.
Maula masih diam, menuggu kelanjutan tutur kata sang guru;
“Kalau Nak Mas tadi katakan bahwasanya bola itu bundar, bahwa karena bundarnya inilah hasil sebuah permainan bolah jadi tidak bisa diprediksi secara pasti, pun dengan bumi kita Nak Mas, bumi ini selalu berputar pada sumbunya, sehingga kemudian kehidupan diatasnya pun ikut mengalami perputaran dan perubahan…;
“Dengan berputarnya bumi ini, kemudian kita menyaksikan adanya pergantian siang dan malam…”
“Dengan berputarnya bumi ini, kemudian kita menyaksikan adanya pergantian matahari dan rembulan…”
Dengan berputarnya bumi ini, kemudian kita menyaksikan adanya pergantian musim kemarau dan penghujan…”
Dengan berputarnya bumi ini, kemudian diri kitapun mengalami perubahan, mulai dari kandungan ibu, lahir sebagai bayi, tumbuh sebagai anak, kemudian beranjak remaja, dewasa dan akhirnya tua…;
“Dan tanpa banyak yang menyadarinya, perputaran bumi dan waktu ini pulalah kemudian kita menyaksikan berbagai hal yang silih berganti, datang dan pergi…;
“Kita menyaksikan orang yang hari ini gagah perkasa, boleh jadi esok lusa ia akan terbaring tanpa daya…:
“Kita menyaksikan orang yang hari ini tertawa, boleh jadi esok lusa ia akan dilamun duka…;
“Kita menyaksikan orang yang hari ini berjaya, boleh jadi esok lusa ia akan jatuh miskin dan papa…”
“Kita menyaksikan orang yang hari ini berkuasa, boleh jadi esok lusa ia akan menjadi rakyat jelata..”
“Kita menyaksikan orang yang hari ini mendapat kemenangan, boleh jadi esok lusa ia akan menerima kekalahan….”
“Kita menyaksikan banyak hal yang kontradiktif, menyaksikan hal yang berlawanan, menyaksikan hal yang bertolak belakang…., dan kita tidak perlu ragu dan risau bahwa semua adalah kehendak_Nya, dengan semuanya itulah kemudian bumi ini berputar……” Kata Ki Bijak.
Maula menarik nafas dalam-dalam mendengar penuturan gurunya yang panjang lebar,
“Iya ki…, jadi kita tidak boleh berlebihan menyikapi keduanya ya ki…, baik ketika kita mendapat kebaikan,pun ketika kita menerima keburukan…..” Kata Maula.
“Nak Mas masih ingat ayat yang menyatakan bahwa kebaikan juga sebuah ujian…?” Pancing Ki Bijak.
“Surat al ambiya ayat 35 Ki……” Kata Maula sambil membacakan ayat dimaksud;
35. Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). dan Hanya kepada kamilah kamu dikembalikan.
“Nak Mas benar, ayat ini yang Aki maksud; baik dan buruk, kaya dan miskin, sehat dan sakit, kelapangan atau pun kesempitan, kemenangan ataupun kekalahan, keduanya adalah ujian Nak Mas, ujian bagi keimanan kita untuk bagaimana kita menyikapinya dengan cara dan tepat dan terbaik…..” Kata Ki Bijak.
“Kebaikan, kekayaan, kesehatan, kelapangan, kemenangan yang dilandasi dengan keimanan kepada Allah, bahwa kebaikan, bahwa kekayaan, bahwa kelapangan, dan bahwa kemenangan adalah semata dari dan karena Allah, maka orang tersebut akan memperoleh kemuliaan disisi Allah dan dihadapan manusia….”
“Sebaliknya, kebaikan, kekayaan, kesehatan, kelapangan, kemenangan yang tidak dilandasi dengan keimanan kepada Allah, akan melahirkan kehinanaan bagi pemilikya…., orang yang memperoleh kebaikan tanpa dilandasi keimanan, akan menajdi takabur, karena ia merasa bahwa kebaikan diperolehnya adalah semata karena usahanya…..”
“Orang yang mendapat kekayaan tanpa dilandasi keimanan, maka ia akan menjadi sombong dan takabur, seperti Qorun yang merasa bahwa kekayaan yang ada padanya adalah semata karena ia pintar mencarinya….
“Pun dengan kelapanga, pun dengan kemenangan yang tidak dilandasi iman yang benar, hanya akan menjadi bala bagi pemiliknya……” Papar Ki Bijak.
Maule menghela nafas dalam-dalam, ia demikian meresapi apa yang baru saja disampaikan gurunya.
“Demikian halnya dengan keburukan, demikian pula dengan kemiskinan, dengan sakit, dengan kesempitan, ketika hal itu dilandasi dengan keimanan yang benar, maka keburukan akan menempanya menjadi orang yang sabar, kemiskinan akan menjadikannya orang yang tawakal, sakit akan menjadi kaffarah bagi dosanya, pun dengan kesempitan yang semakin mendekatkannya kepada Allah swt….”
“Sebaliknya, keburukan, kemiskinan, sakit, dan kesempitan, yang tidak dilandasi dengan keimanan yang benar, maka hal itu akan menjerumuskannya kepada kesengsaraan fidunya wal akhirat…naudzubillah…..” Tambah Ki Bijak.
“Ana mengerti Ki…., yang ana belum mengerti justru mengenai Aki sendiri…” Kata Maula.
“Kenapa dengan Aki Nak Mas….?” Tanya Ki Bijak.
“Aki tidak pernah nonton bola, tapi Aki bisa membuat amsal yang menurut ana sangat baik, dan sangat relevan dengan apa yang ana pahami…, sementara orang yang menonton pertandingan bola sendiri, belum tentu bisa mengaitkan apa yang dilihatnya dengan kehidupan keseharian kita…..” Kata Maula.
“Pertama, Aki tidak menonton bola, bukan berarti Aki tidak menyukai sepakbola, tapi waktunya tengah malam itu, adalah waktu yang sangat mustajab untuk bermunajat kepada Allah Nak Mas, jadi Aki lebih senang untuk melatih diri Aki untuk mendekatkan diri kepada Allah daripada nonton bola….” Kata Ki Bijak.
Maula merasa malu pada dirinya sendiri, karena kerap ia merasakan betapa sulitnya bangun malam untuk tahajud, tapi ia bisa bangun tepat waktu ketika hendak menonton pertandingan bola…….
“Kedua, jika Aki bisa mengaitkan cerita Nak Mas dengan amsal kehidupan sehari-hari, itu bukan berarti Aki lebih pandai dari Nak Mas,Aki hanya mencari cara bagaimana agar pesan Aki bisa diterima oleh Nak Mas dan santri lain, dan karena Nak Mas suka bola, ya sudah, Aki pakai analogi pertandingan sepakbola untuk menyampaikan pesan Aki….” Kata Ki Bijak lagi
“Iya ki.., ana sangat berterima kasih pada Aki yang bisa memberikan amsal dengan berbagai hal yang ada disekitar, ana jadi lebih mudah memahaminya….” Kata Maula.
“Berterima kasih pada Allah Nak Mas, Aki hanyalah wasilah untuk menyampaikan apa yang seharusnya Nak Mas dapatkan dari Allah swt….” Kata Ki Bijak lagi.
“Iya ki….; terima kasih ya Allah, Robbi alhimnii ilman afqohubihi awamiroka nabiiyina wa ilhamal malaikatul muqqorobiin, yaa arhama rohimiini….” Maula memanjatkan do’a, semoga Allah memberinya karunia ilmu sebagaiman Allah berikan kepada para nabi_Nya dan kepada para Malaikat yang didekatkan pada_Nya.
“Amiin…..” Ki Bijak mengamini.
Wassalam
April 28,2011
“Bola memang bundar ya ki…” Kata Maula memulai perbincangan
“Maksud Nak Mas..?” Tanya Ki Bijak.
“Itu ki, Madrid vs Barca; baru beberapa hari lalu Madrid menang dan dengan penuh suka cita mengangkat trofi, eeh semalam Madrid justru kalah 0-2 ketika main dikandang…..” Kata Maula menjelaskan.
“Ya seperti itulah sebuah kompetisi Nak Mas, dan seperti Nak Mas bilang, bola itu memang bundar, bola akan terus berputar dan menggelinding, kesegala arah, untuk kemudian mempergilirkan kemengan dan kekalahan kepada siapa yang terlibat didalamnya…..” Kata Ki Bijak berfilsafat.
“Benar yang Aki katakan kemarin, bahwa jalannya sebuah pertandingan, kadang tidak sesuai dengan hasil akhir pertandingan itu sendiri, tim yang bermain baik, belum tentu menang, pun tim yang bermain standar, justru kadang yang bisa mengangkat trofi kejuaran, benar-benar tidak bisa dihitung secara matematis ya ki…” Kata Maula.
“Hitung-hitungan diatas kertas mungkin bisa Nak Mas,hanya hasilnya memang tidak selalu sama, dan seperti itu pulalah perjalanan hidup kita diatas muka bumi yang bundar ini Nak Mas…, selalu bergulir, selalu berputar, selalu berubah sesuai dengan ketentuan pencipta_Nya…” Kata Ki Bijak.
Maula masih diam, menuggu kelanjutan tutur kata sang guru;
“Kalau Nak Mas tadi katakan bahwasanya bola itu bundar, bahwa karena bundarnya inilah hasil sebuah permainan bolah jadi tidak bisa diprediksi secara pasti, pun dengan bumi kita Nak Mas, bumi ini selalu berputar pada sumbunya, sehingga kemudian kehidupan diatasnya pun ikut mengalami perputaran dan perubahan…;
“Dengan berputarnya bumi ini, kemudian kita menyaksikan adanya pergantian siang dan malam…”
“Dengan berputarnya bumi ini, kemudian kita menyaksikan adanya pergantian matahari dan rembulan…”
Dengan berputarnya bumi ini, kemudian kita menyaksikan adanya pergantian musim kemarau dan penghujan…”
Dengan berputarnya bumi ini, kemudian diri kitapun mengalami perubahan, mulai dari kandungan ibu, lahir sebagai bayi, tumbuh sebagai anak, kemudian beranjak remaja, dewasa dan akhirnya tua…;
“Dan tanpa banyak yang menyadarinya, perputaran bumi dan waktu ini pulalah kemudian kita menyaksikan berbagai hal yang silih berganti, datang dan pergi…;
“Kita menyaksikan orang yang hari ini gagah perkasa, boleh jadi esok lusa ia akan terbaring tanpa daya…:
“Kita menyaksikan orang yang hari ini tertawa, boleh jadi esok lusa ia akan dilamun duka…;
“Kita menyaksikan orang yang hari ini berjaya, boleh jadi esok lusa ia akan jatuh miskin dan papa…”
“Kita menyaksikan orang yang hari ini berkuasa, boleh jadi esok lusa ia akan menjadi rakyat jelata..”
“Kita menyaksikan orang yang hari ini mendapat kemenangan, boleh jadi esok lusa ia akan menerima kekalahan….”
“Kita menyaksikan banyak hal yang kontradiktif, menyaksikan hal yang berlawanan, menyaksikan hal yang bertolak belakang…., dan kita tidak perlu ragu dan risau bahwa semua adalah kehendak_Nya, dengan semuanya itulah kemudian bumi ini berputar……” Kata Ki Bijak.
Maula menarik nafas dalam-dalam mendengar penuturan gurunya yang panjang lebar,
“Iya ki…, jadi kita tidak boleh berlebihan menyikapi keduanya ya ki…, baik ketika kita mendapat kebaikan,pun ketika kita menerima keburukan…..” Kata Maula.
“Nak Mas masih ingat ayat yang menyatakan bahwa kebaikan juga sebuah ujian…?” Pancing Ki Bijak.
“Surat al ambiya ayat 35 Ki……” Kata Maula sambil membacakan ayat dimaksud;
35. Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). dan Hanya kepada kamilah kamu dikembalikan.
“Nak Mas benar, ayat ini yang Aki maksud; baik dan buruk, kaya dan miskin, sehat dan sakit, kelapangan atau pun kesempitan, kemenangan ataupun kekalahan, keduanya adalah ujian Nak Mas, ujian bagi keimanan kita untuk bagaimana kita menyikapinya dengan cara dan tepat dan terbaik…..” Kata Ki Bijak.
“Kebaikan, kekayaan, kesehatan, kelapangan, kemenangan yang dilandasi dengan keimanan kepada Allah, bahwa kebaikan, bahwa kekayaan, bahwa kelapangan, dan bahwa kemenangan adalah semata dari dan karena Allah, maka orang tersebut akan memperoleh kemuliaan disisi Allah dan dihadapan manusia….”
“Sebaliknya, kebaikan, kekayaan, kesehatan, kelapangan, kemenangan yang tidak dilandasi dengan keimanan kepada Allah, akan melahirkan kehinanaan bagi pemilikya…., orang yang memperoleh kebaikan tanpa dilandasi keimanan, akan menajdi takabur, karena ia merasa bahwa kebaikan diperolehnya adalah semata karena usahanya…..”
“Orang yang mendapat kekayaan tanpa dilandasi keimanan, maka ia akan menjadi sombong dan takabur, seperti Qorun yang merasa bahwa kekayaan yang ada padanya adalah semata karena ia pintar mencarinya….
“Pun dengan kelapanga, pun dengan kemenangan yang tidak dilandasi iman yang benar, hanya akan menjadi bala bagi pemiliknya……” Papar Ki Bijak.
Maule menghela nafas dalam-dalam, ia demikian meresapi apa yang baru saja disampaikan gurunya.
“Demikian halnya dengan keburukan, demikian pula dengan kemiskinan, dengan sakit, dengan kesempitan, ketika hal itu dilandasi dengan keimanan yang benar, maka keburukan akan menempanya menjadi orang yang sabar, kemiskinan akan menjadikannya orang yang tawakal, sakit akan menjadi kaffarah bagi dosanya, pun dengan kesempitan yang semakin mendekatkannya kepada Allah swt….”
“Sebaliknya, keburukan, kemiskinan, sakit, dan kesempitan, yang tidak dilandasi dengan keimanan yang benar, maka hal itu akan menjerumuskannya kepada kesengsaraan fidunya wal akhirat…naudzubillah…..” Tambah Ki Bijak.
“Ana mengerti Ki…., yang ana belum mengerti justru mengenai Aki sendiri…” Kata Maula.
“Kenapa dengan Aki Nak Mas….?” Tanya Ki Bijak.
“Aki tidak pernah nonton bola, tapi Aki bisa membuat amsal yang menurut ana sangat baik, dan sangat relevan dengan apa yang ana pahami…, sementara orang yang menonton pertandingan bola sendiri, belum tentu bisa mengaitkan apa yang dilihatnya dengan kehidupan keseharian kita…..” Kata Maula.
“Pertama, Aki tidak menonton bola, bukan berarti Aki tidak menyukai sepakbola, tapi waktunya tengah malam itu, adalah waktu yang sangat mustajab untuk bermunajat kepada Allah Nak Mas, jadi Aki lebih senang untuk melatih diri Aki untuk mendekatkan diri kepada Allah daripada nonton bola….” Kata Ki Bijak.
Maula merasa malu pada dirinya sendiri, karena kerap ia merasakan betapa sulitnya bangun malam untuk tahajud, tapi ia bisa bangun tepat waktu ketika hendak menonton pertandingan bola…….
“Kedua, jika Aki bisa mengaitkan cerita Nak Mas dengan amsal kehidupan sehari-hari, itu bukan berarti Aki lebih pandai dari Nak Mas,Aki hanya mencari cara bagaimana agar pesan Aki bisa diterima oleh Nak Mas dan santri lain, dan karena Nak Mas suka bola, ya sudah, Aki pakai analogi pertandingan sepakbola untuk menyampaikan pesan Aki….” Kata Ki Bijak lagi
“Iya ki.., ana sangat berterima kasih pada Aki yang bisa memberikan amsal dengan berbagai hal yang ada disekitar, ana jadi lebih mudah memahaminya….” Kata Maula.
“Berterima kasih pada Allah Nak Mas, Aki hanyalah wasilah untuk menyampaikan apa yang seharusnya Nak Mas dapatkan dari Allah swt….” Kata Ki Bijak lagi.
“Iya ki….; terima kasih ya Allah, Robbi alhimnii ilman afqohubihi awamiroka nabiiyina wa ilhamal malaikatul muqqorobiin, yaa arhama rohimiini….” Maula memanjatkan do’a, semoga Allah memberinya karunia ilmu sebagaiman Allah berikan kepada para nabi_Nya dan kepada para Malaikat yang didekatkan pada_Nya.
“Amiin…..” Ki Bijak mengamini.
Wassalam
April 28,2011