Monday, April 9, 2007

RUMPUT YANG BERGOYANG

“Kawan coba dengar apa jawabnya, ketika ia kutanya mengapa...”

“Sesampainya dilaut, kukhabarkan semuanya, kepada karang, kepada ombak, kepada matahari...”

“Namun semua diam, namun semua bisa, tinggal aku sendiri terpaku menatap langit....”

“Barangkali disana ada jawabnya, mengapa ditanahku terjadi bencana.....”

“Mungkin tuhan mulai bosan dengan tingkah kita, yang selalu salah dan bangga dengan dosa-dosa..”

“Atau alam mulai enggan bersahabat dengan kita, coba bertanya pada rumput yang bergoyang..”

Kenapa harus bertanya kepada rumput yang bergoyang?, aah kang Ebiet G Ade ini ada-ada saja, masak rumput yang bergoyang bisa menjelaskan kenapa terjadi bencana?

Rumput adalah sejenis tumbuhan pendek yang bisa tumbuh dimana saja, dipinggir jalan, dihalaman, dilapangan, dipesawahan dan diberbagai tempat lainnya. Rumput mempunyai akar serabut yang menghujam ketanah, sehingga ketika diterpa angin kencang sekalipun akar rumput tidak tercabut dan hanya bagian atasnya saja yang bergoyang, jadilah ia rumput yang bergoyang.

Inilah kemudian yang dijadikan analogi dalam lagu tersebut diatas, rumput bergoyang, bagian bawahnya diam tak bergerak, bagian atasnya bergoyang kekiri dan kekanan, itu adalah tipikal orang yang tengah duduk bersila sambil berdzikir Laa ilaha ilallah.... laa ilaha ilallah....laa ilaha ilallah......., karena saking nikmat dan asyiknya dzikir tersebut, maka kepala orang tersebut bergerak kekiri dan kekanan mengikuti irama lafadz yang didawamkannya.

Lalu dari kelompok manakah orang-orang yang duduk bersila, bagian bawahnya menghujam pada sajadah laksana akar rumput, sementara kepalanya bergoyang, laksana rumput bagian atas?

Mereka adalah ahli dzikir, mereka adalah para ustadz, mereka adalah alim ulama, mereka adalah para kyai, jadi yang dimaksud dengan coba bertanya pada rumput yang bergoyang pada syair diatas adalah tanyakanlah pada para ustadz, para alim ulama atau para kyai, kenapa bencana datang silih berganti...........?

41. Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan Karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar). (Ar Ruum:41)

Terlepas dari teori apapun yang digunakan untuk menggambarkan bagaimana tsunami terjadi, terlepas dari apapun kata orang tentang gempa yang terjadi, terlepas dari apapun “katanya” tentang semburan lumpur yang tiada henti, yang pasti, disana ada kerusakan yang diakibatkan perbuatan tangan manusia, dan yang mungkin menjelaskan dengan rinci mengenai ayat diatas adalah mereka, para kyai dan ulama.

Manusia adalah mahluk Allah yang paling rakus, tidak cukup dengan daratan, lautan pun diurug, tidak cukup dengan dataran, gunungpun dikeruk, alam diperkosa sedemikian rupa untuk memenuhi nafsunya yang tak pernah terpuaskan.

Mereka tak peduli ketika laut berteriak kekeringan, karena sampah yang dibuang sembarangan, mereka tak peduli ketika gunung menjerit kepanasan karena hutannya yang gundul, mereka tak peduli ketika bumi merintih kesakitan karena airnya dikuras habis-habisan, mereka tak peduli ketika udaran menangis karena keperihan asap pembakaran, mereka sama sekali tak peduli dengan lingkungannya.

Lalu apakah salah jika laut menumpahkan kagalauanya dalam bentuk tsunami?

Lalu apakah salah jika gunung memuntahkan panasnya dalam bentuk letusan?

Lalu apakah salah jika bumi “marah” dengan menumpahkan lumpurnya?

Lalu apakah salah jika udara menjadi panas membakar karena polusi?

Allah tidak pernah zalim kepada mahluk-Nya, namun kadang justru mahluk-Nya tidak pernah mau disayang;

9. Dan apakah mereka tidak mengadakan perjalanan di muka bumi dan memperhatikan bagaimana akibat (yang diderita) oleh orang-orang sebelum mereka? orang-orang itu adalah lebihkuat dari mereka (sendiri) dan Telah mengolah bumi (tanah) serta memakmurkannya lebih banyak dari apa yang Telah mereka makmurkan. dan Telah datang kepada mereka rasul-rasul mereka dengan membawa bukti-bukti yang nyata. Maka Allah sekali-kali tidak berlaku zalim kepada mereka, akan tetapi merekalah yang berlaku zalim kepada diri sendiri.(Ar ruum:9).

Alam ini diciptakan dengan penuh perhitungan dan keseimbangan, ada gunung dan dataran, ada laut dan daratan, ada panas dan hujan, ada malam dan siang, semua diatur dengan penuh hikmat dan kebijaksanaan.

Ketika manusia, dengan keangkuhanya mencoba merubah sistem yang sudah digariskan, ketidak seimbangan terjadi, ketimpangan terjadi dan akibatnya adalah bencana.

Dari sisi lain, bencana juga merupakan sebuah “sarana pengingat”dari Allah bagi hamba-hamba-Nya yang ingin kembali dan memperbaiki diri, “supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar”, Allah senantiasa membuka pintu magfirah-Nya kepada hamba-hamba-Nya yang ingin meretas kembali jalan yang benar.

Dengan peringatan, cobaan dan ujian yang ditimpakan lewat serangkaian “pesan” bernama bencana, Allah mengundang kita mahluk-Nya untuk segera berpaling dari khilaf dan salah kita dan kembali kefitrah kemanusiaan kita, yakni kebenaran.

Ada yang mampu menangkap pesan-pesan itu, tapi juga tak jarang yang mengabaikannya, karena mata hati mereka telah dibutakan oleh Allah dengan keserakahan dan nafsu duniawi;
46. Maka apakah mereka tidak berjalan di muka bumi, lalu mereka mempunyai hati yang dengan itu mereka dapat memahami atau mempunyai telinga yang dengan itu mereka dapat mendengar? Karena Sesungguhnya bukanlah mata itu yang buta, tetapi yang buta, ialah hati yang di dalam dada. (Al Hajj:46)

Buta mata hati, jauh lebih berbahaya dari orang-orang yang buta mata lahiriahnya, buta pendengaran hati, jauh lebih mengerikan daripada orang yang tuli lahiriahnya, karena mereka yang buta mata hati dan pendengaran nuraninya bukan hanya akan menyebabkan kerusakan bagi dirinya saja, tapi juga menjadi ancaman bagi tatanilai, norma dan kesarasian lingkungan, mereka jauh lebih berbahaya dari srigala lapar sekalipun.

Agar kita terhindar dari kebutaan jenis ini, mendekatlah kepada Allah, bertanyalah pada rumput yang bergoyang.........untuk bekal kita menuju perjalanan abadi.

Wassalam

April 09, 2007

No comments:

Post a Comment