Al Qur’an sebagai pedoman
Nabi Muhammad sebagai teladan
Jihad sebagai impian
Niscaya surga dalam gengaman
Rangkaian kata mutiara diatas penulis temukan pada dinding triplek ynag kusam milik seorang tukang tambal ban dipinggir jalan, sangat menarik, sehingga penulis pun bertanya padanya;
“Bang, semboyannya bagus banget, darimana?”
“Ahh, bukan apa-apa pak, ini tulisan iseng saja...” Jawabnya sambil tersipu
Pernahkah kita memimpikan untuk berjihad dijalan Allah?
Atau justru sebaliknya, jihad merupakan sebuah sindrom yang menghantui sebagian kita, sehingga ketika kita mendengarnya saja, kita akan bergidik ngeri, karena kata “jihad” selalu dikonotasikan dengan teroris, perusuh, tukang buat onar, biang kerok dan menjadi public enemy yang harus diberantas dan ditindas.
Dalam Islam, arti kata Jihad adalah berjuang dengan sungguh-sungguh.
Jihad dilaksanakan untuk menjalankan misi utama manusia yaitu menegakkan Din Allah atau menjaga Din tetap tegak, dengan cara-cara sesuai dengan garis perjuangan para Rasul dan Al-Quran. Jihad yang dilaksanakan Rasul adalah berdakwah agar manusia meninggalkan kemusyrikan dan kembali kepada aturan Allah, menyucikan qalbu, memberikan pengajaran kepada ummat dan mendidik manusia agar sesuai dengan tujuan penciptaan mereka yaitu menjadi khalifah Allah di bumi.
Mengacu pada definisi diatas, kita akan terkejut, karena disana kita sama sekali menemukan definisi dan makna yang berbeda dari apa yang selama ini dipropagandakan oleh kaum kafir bahwa jihad identik dengan terorisme.
Jihad adalah menegakan Din Allah
Jihad adalah dakwah atau seruan untuk meninggalkan kemusyrikan dan memberikan pengajaran dan mendidik manusia agar sesuai dengan tujuan penciptaannya, yaitu menjadi khalifah dimuka bumi.
Jihad adalah menyucikan qalbu
Jihad dalam bentuk perang dilaksanakan jika terjadi fitnah yang membahayakan eksistensi ummat (antara lain berupa serangan-serangan dari luar).
Demikian agung tujuan jihad yang dituntun oleh pemahaman yang benar, bukan berdasarkan argumen sementara orang yang menjadikan kata jihad sebagai symbol keonaran.
Jihad menegakan Din Allah, pada konteks diri pribadi berarti berusaha membersihkan diri dari pengaruh-pengaruh ajaran selain Islam, dan sebaliknya, berusaha sekuat tenaga dan kemampuan dan secara sungguh-sungguh menghidupkan nilai-nilai luhur yang terkandung dalam Dinul Islam.
Sebuah nilai luhur akan terbangun oleh pengetahuan dan pemahaman yang benar tentang Dinul Islam. Ad-din bukan sekedar a-gama (tidak kacau), Ad-din adalah peri hidup yang wajib diusung oleh siapapun yang menghendaki keselamatan fidunya wal akhirat.
Pengetahuan dan pemahaman yang benar hanya mungkin didapat jika kita mau secara sungguh-sungguh belajar dan menggali nilai yang terkandung dalam untaian indah mushaf al qur’an.
Kita semua maklum jika sebuah tambang emas berada jauh didalam bumi, kita juga maklum bahwa mutiara yang indah kerap tersimpan didasar lautan, pun keluhuran dinul Islam hanya mungkin kita dapatkan jika kita mampu menyelami kedalam makna dan hakekat dari apa yang disyari’atkan oleh Allah dan Rasul-Nya dalam al qur’an.
Kuncinya: Iqra….bacalah, belajarlah, tanyalah, tafakurilah…………
Jihad menegakan Din Allah, pada konteks komunitas berarti berusaha secara sungguh-sungguh untuk menghidupkan nilai-nilai luhur dinul islam ditengah keluarga dan masyakat pada umumnya.
Jihad dengan berdakwah untuk memurnikan aqidah dari virus-virus kemusyrikan dapat dilakukan dengan berbagai macam cara dan metode yang sesuai dengan tuntunan syari’at. Dakwah bisa kita lakukan lewat pengajian umum atau majelis taklim, dapat pula lewat pendekatan personal dan persuasive atau kita bisa menggunakan media elektronik, seperti e-mail, situs dan lainya, dan yang lebih penting lagi adalah dengan cara menjadikan diri kita sebagai orang yang pertama melakukan apa yang kita dakwahkan.
Dakwah hanya akan berhasil jika orang yang menyampaikannya memiliki pemahaman dan ilmu yang memadai dan ia jaga merupakan seseorang dengan integritas tinggi, artinya, dia mempunyai komitmen untuk mengajak orang lain melaksanakan syari’at dan akidah secara benar, pun dengan dia sendiri menjadi orang yang melaksanakan seruan tersebut secara benar dan istiqomah.
Jihad untuk memurnikan aqidah juga dapat erarti berusaha secara sungguh-sungguh memerangi berbagai hal yang sangat dekat kekufuran dan kemusyrikan, yaitu memberantas kebodohan dan kemiskinan.
Berapa banyak sudah saudara-saudara kita digelincirkan setan untuk keluar dari dinul islam dengan alasan kemiskinan dank arena kebodohan yang melingkupi mereka. Adalah sebuah pekerjaan besar bagi kita untuk secara pribadi maupun secara bersama sama berjuang untuk mengentaskan keluarga, saudara dan masyarakat kita keluar dari jeratan kemiskinan dan kebodohan.
Jihadun an nafs – berjihad memerangi hawa nafsu, adalah sebuah jihadul akbar, jihad yang sangat berat memerlukan kesungguhan yang luar biasa, karena kita menghadapi “musuh” yang sangat halus dan tidak nampak, tapi demikian nyata pengaruh dan dampak kerusakan yang ditimbulkan oleh nafsu yang tidak terkendali.
Peperangan, korupsi, pembunuhan, dan berbagai jenis atribut kejahatan yang selama ini akrab ditelinga kita, adalah hanya sebagian kecil saja dari sekian banyak contoh dari ketidakmampuan seseorang dalam mengendalikan hawa nafsunya.
Membersihkan qalbu dari berbagai penyakit “laten” yang biasa bersemayam didalamnya, seperti sifat riya, sum’ah, sombong, takabur dan berbagai jenis penyakit hatinya, merupakan sebuah keharusan, sebuah jihad yang harus kita laksanakan dengan sungguh-sungguh, membersihkan Qalbu is a must.
Jihad, kesungguhan dalam berjuang, hanya mungkin dimiliki oleh orang-orang yang memiliki tingkat keyakinan yang tinggi, jihad, kesungguhan dalam berusaha dan berjuang dibidang apapun, baik itu bersungguh-sungguh untuk menegakan Din Allah, berjuang dan bersungguh-sungguh berdakwah dijalan Allah, berjuang dan berusaha secara sungguh-sungguh dalam mensucikan qalbu dan apalagi harus keluar beperang demi tegaknya dinul islam dari rongrongan kaum kafir, hanya mungkin dimiliki oleh orang yang memiliki iman yang benar.
Bagaimana mungkin seseorang akan berusaha menegakan Din Allah sementara keyakinannya akan kebenaran agama Allah tidak memadai?
Bagaimana mungkin seseorang memiliki kesungguhan berdakwan dan menyeru kepada manusia lain, jika mereka tidak memiliki keyakinan jika seruan dan dakwahnya merupakan amal ibadah yang akan menyelematkannya dihari kemudian?
Bagaimana mungkin seseorang akan demikian peduli dengan kebersihan qalbunya, jika ia tidak pernah mengenal siapa dirinya, siapa tuhannya? Bagaimana mungkin manusia jenis ini akan mau berjihad, sementara imannya sedemikian lemah?
Iman, sebuah landasan kokoh bagi lahirnya sebuah kesungguhan.
Iman, satu-satunya alasan real yang dapat menggerakan semua potensi yang dimiliki seseorang
Iman, merupakan generator pembangkit kesungguhan dan jihad,
Dan hanya iman yang melakat sajalah yang mampu menjadikan jihad terasa nikmat.
Selamat kepada para mujahid yang sudah mampu merasakan manisnya iman
Mari berjuang bagi calon-calon mujahid, untuk mencapai nikmatnya iman.
Wassalam
April 02, 2007
No comments:
Post a Comment