“Kekalahan bukanlah sebuah kehinaan Nak Mas……, lebih dari itu, kekalahan juga sebuah pelajaran besar bagi mereka yang mau mengambil hikmahnya….” Kata Ki Bijak, menanggapi cerita Maula mengenai hasil final liga champion kemarin.
Dengan nada masih sedikit kecewa karena tim favoritnya kalah, Maula bertanya pada gurunya; “Pelajaran apa yang bisa kita petik dari sebuah kekalahan ki…?” Tanyanya kemudian.
Ki Bijak tersenyum mendengar nada bicara Maula, “Belajar untuk berjiwa besar salah satunya Nak Mas….” Kata Ki Bijak.
“Belajar untuk berjiwa besar ki…?” Tanya Maula.
“Benar Nak Mas…., hampir semua orang bisa menikmati kemenangan, hampir setiap orang bisa mengekpresikan kebahagian dan keberhasilan…., tapi hanya sedikit orang saja yang bisa menyikapi kekalahan dan kegagalan dengan cara yang benar dan bijak……”
“Hanya mereka yang memiliki kebesaran jiwa saja yang bisa menerima kekalahan sebagai sebuah konsekuensi dari sebuah kompetisi….”
“Hanya mereka yang memiliki kebesaran jiwa saja yang bisa melihat hikmah dibalik kekalahan yang dideritanya…”
“Hanya mereka yang memiliki kebesaran jiwa saja yang bisa mengambil pelajaran dari kekalahan yang dialaminya….”
“Dan sekali lagi, hanya sedikit orang saja yang memiliki kebesaran jiwa seperti ini…..” Kata Ki Bijak.
Maula masih diam mendengar penuturan Ki Bijak; “Ki…, ana sering dengar kata kebesaran jiwa, tapi maknanya sendiri ana belum paham benar….” Kata Maula kemudian.
“Tidak ada kata yang pasti mengenai definisi Jiwa Besar, ini adalah kata yang merupakan suatu ungkapan, bukan berarti jiwa yang berukuran besar, Jiwa Besar disini menggambarkan kondisi jiwa yang dapat menerima segala sesuatu yang terjadi pada dirinya dengan sikap positif…..”
“Hal inipun bukan hanya terjadi dilapangan bola Nak Mas…, tapi juga dalam kehidupan kita…., kegagalan, kekalahan adalah bagian dari perjalanan hidup setiap orang…, dan sebaik-baik orang adalah mereka yang bisa menjadikan kekalahan dan kegagalan itu sebagai batu asah untuk mempertajam dan memperbaiki kekurangannya….”
“Kalah dalam sebuah pertempuran, bukan berarti kalah perang, kalah dalam sebuah pertandingan, bukan berarti harus kalah dalam sebuah kompetisi, pun ketika kita gagal dalam suatu urusan, bukan berarti kita gagal dalam hidup…., kecewa terhadap suatu hasil, bukan berarti kita harus meratapi selamanya, mendapatkan sesuatu yang tidak seusai harapan, bukan berarti kita harus memendam kekecewaan yang akan membuat kita sakit.., tidak berhasil dalam sebuah urusan, bukan berarti dunia kiamat….”
“Orang yang bijak, orang yang bersikap positif akan menyikapi dan memandang kegagalan dengan sikap optimis bahwa esok hari keberhasilan pasti akan menyertai mereka yang mau mengusahakannya dengan sungguh-sungguh….” Kata Ki Bijak panjang lebar.
Maula masih diam mendengarkan penjelasan gurunya,
“Nak Mas bayangkan, jika sebuah tim meratapi kegagalannya sepanjang tahun, niscaya tim itu akan bubar…, pun dengan kita, jika kita meratapi masa lalu, menyesali kegagalan, menyesali diri, niscaya orang itu akan hancur, ia akan ‘mati’ sebelum ajalnya tiba…..” Tambah Ki Bijak.
“Sebaliknya, orang-orang yang berhasil selalu meninggalkan jejak pada kita bahwa jalan keberhasilan mereka sesungguhnya adalah bagaimana mereka memanage kegagalan menjadi sebuah batu lompatan untuk meraih hasil yang lebih tinggi…..”
“Thomas alfa Edison..,berhasil menemukan lampu pijar, setelah lebih dari 1000x percobaan yang gagal….,
“Sejarah juga mencatat Ibraham Lincon berhasil menjadi orang pertama di Amerika setelah menjalani serangkaian kegagalan dalam pemilihan senat dan bahkan harus menderita kelumpuhan…..”
“Atau kita bisa belajar pada anak kita yang tengah belajar berjalan…, ia jatuh bangun sebelum akhirnya benar-benar bisa berjalan….”
“Kita pun bisa belajar pada mereka yang tengah belajar bersepeda, tak jarang kadang mereka harus berdarah-darah agar bisa bersepeda….”
“Seandainya Thomas alfa Edison menyerah karena demikian banyaknya kegagalan, mungkin kita tidak bisa menikmati terang lampu ini…”
“Seandainya Abraham Lincoln menyerah ketika ia tidak terpilih sebagai senator, mungkin sejarah tidak akan pernah mengenalnya…”
“Seandainya anak kita atau bahkan kita sendiri takut untuk berdiri ketika kita jatuh, mungkin hingga saat ini pun kita tidak akan pernah bisa berjalan…”
“Seandainya ketika dulu kita takut jatuh, mungkin hingga saat inipun kita tidak akan pernah bisa menaiki sepeda….”
“Hanya dengan keyakinan, hanya dengan keberanian, hanya dengan sikap ingin maju, hanya dengan sikap ingin bisa, hanya dengan sikap ingin menang, hanya dengan sikap ingin berhasil, hanya dengan sikap yang positif sajalah kemudian keberhasilan dan kesuksesan akan diraih…, tentunya tanpa mendahului kehendak Allah swt Nak Mas…..” Kata Ki Bijak panjang lebar.
“Iya Ki…., ana mengerti sekarang…” Kata Maula.
“Jadi tim favorit Nak Mas boleh kalah, tapi Nak Mas tidak boleh kalah, Nak Mas harus belajar menjadi orang yang kuat, Nak Mas harus belajar untuk terus memupuk dan menjaga sikap mental positif ini agar tetap terjaga dengan baik…..” Kata Ki Bijak.
Maula tersenyum mendengar penuturan Ki Bijak, “Ana juga tidak memikirkan kekalahan MU kok Ki….” Kata Maula.
“Ya Nak Mas….., seperti yang Aki sering katakan pada Nak Mas, nonton bola bukan untuk membuat kita menjadi sibuk karenanya, tapi nonton bola untuk mengambil pelajaran yang mungkin kita dapat darinya….” Kata Ki Bijak lagi.
“Wassalam
May 28,2011
Dengan nada masih sedikit kecewa karena tim favoritnya kalah, Maula bertanya pada gurunya; “Pelajaran apa yang bisa kita petik dari sebuah kekalahan ki…?” Tanyanya kemudian.
Ki Bijak tersenyum mendengar nada bicara Maula, “Belajar untuk berjiwa besar salah satunya Nak Mas….” Kata Ki Bijak.
“Belajar untuk berjiwa besar ki…?” Tanya Maula.
“Benar Nak Mas…., hampir semua orang bisa menikmati kemenangan, hampir setiap orang bisa mengekpresikan kebahagian dan keberhasilan…., tapi hanya sedikit orang saja yang bisa menyikapi kekalahan dan kegagalan dengan cara yang benar dan bijak……”
“Hanya mereka yang memiliki kebesaran jiwa saja yang bisa menerima kekalahan sebagai sebuah konsekuensi dari sebuah kompetisi….”
“Hanya mereka yang memiliki kebesaran jiwa saja yang bisa melihat hikmah dibalik kekalahan yang dideritanya…”
“Hanya mereka yang memiliki kebesaran jiwa saja yang bisa mengambil pelajaran dari kekalahan yang dialaminya….”
“Dan sekali lagi, hanya sedikit orang saja yang memiliki kebesaran jiwa seperti ini…..” Kata Ki Bijak.
Maula masih diam mendengar penuturan Ki Bijak; “Ki…, ana sering dengar kata kebesaran jiwa, tapi maknanya sendiri ana belum paham benar….” Kata Maula kemudian.
“Tidak ada kata yang pasti mengenai definisi Jiwa Besar, ini adalah kata yang merupakan suatu ungkapan, bukan berarti jiwa yang berukuran besar, Jiwa Besar disini menggambarkan kondisi jiwa yang dapat menerima segala sesuatu yang terjadi pada dirinya dengan sikap positif…..”
“Hal inipun bukan hanya terjadi dilapangan bola Nak Mas…, tapi juga dalam kehidupan kita…., kegagalan, kekalahan adalah bagian dari perjalanan hidup setiap orang…, dan sebaik-baik orang adalah mereka yang bisa menjadikan kekalahan dan kegagalan itu sebagai batu asah untuk mempertajam dan memperbaiki kekurangannya….”
“Kalah dalam sebuah pertempuran, bukan berarti kalah perang, kalah dalam sebuah pertandingan, bukan berarti harus kalah dalam sebuah kompetisi, pun ketika kita gagal dalam suatu urusan, bukan berarti kita gagal dalam hidup…., kecewa terhadap suatu hasil, bukan berarti kita harus meratapi selamanya, mendapatkan sesuatu yang tidak seusai harapan, bukan berarti kita harus memendam kekecewaan yang akan membuat kita sakit.., tidak berhasil dalam sebuah urusan, bukan berarti dunia kiamat….”
“Orang yang bijak, orang yang bersikap positif akan menyikapi dan memandang kegagalan dengan sikap optimis bahwa esok hari keberhasilan pasti akan menyertai mereka yang mau mengusahakannya dengan sungguh-sungguh….” Kata Ki Bijak panjang lebar.
Maula masih diam mendengarkan penjelasan gurunya,
“Nak Mas bayangkan, jika sebuah tim meratapi kegagalannya sepanjang tahun, niscaya tim itu akan bubar…, pun dengan kita, jika kita meratapi masa lalu, menyesali kegagalan, menyesali diri, niscaya orang itu akan hancur, ia akan ‘mati’ sebelum ajalnya tiba…..” Tambah Ki Bijak.
“Sebaliknya, orang-orang yang berhasil selalu meninggalkan jejak pada kita bahwa jalan keberhasilan mereka sesungguhnya adalah bagaimana mereka memanage kegagalan menjadi sebuah batu lompatan untuk meraih hasil yang lebih tinggi…..”
“Thomas alfa Edison..,berhasil menemukan lampu pijar, setelah lebih dari 1000x percobaan yang gagal….,
“Sejarah juga mencatat Ibraham Lincon berhasil menjadi orang pertama di Amerika setelah menjalani serangkaian kegagalan dalam pemilihan senat dan bahkan harus menderita kelumpuhan…..”
“Atau kita bisa belajar pada anak kita yang tengah belajar berjalan…, ia jatuh bangun sebelum akhirnya benar-benar bisa berjalan….”
“Kita pun bisa belajar pada mereka yang tengah belajar bersepeda, tak jarang kadang mereka harus berdarah-darah agar bisa bersepeda….”
“Seandainya Thomas alfa Edison menyerah karena demikian banyaknya kegagalan, mungkin kita tidak bisa menikmati terang lampu ini…”
“Seandainya Abraham Lincoln menyerah ketika ia tidak terpilih sebagai senator, mungkin sejarah tidak akan pernah mengenalnya…”
“Seandainya anak kita atau bahkan kita sendiri takut untuk berdiri ketika kita jatuh, mungkin hingga saat ini pun kita tidak akan pernah bisa berjalan…”
“Seandainya ketika dulu kita takut jatuh, mungkin hingga saat inipun kita tidak akan pernah bisa menaiki sepeda….”
“Hanya dengan keyakinan, hanya dengan keberanian, hanya dengan sikap ingin maju, hanya dengan sikap ingin bisa, hanya dengan sikap ingin menang, hanya dengan sikap ingin berhasil, hanya dengan sikap yang positif sajalah kemudian keberhasilan dan kesuksesan akan diraih…, tentunya tanpa mendahului kehendak Allah swt Nak Mas…..” Kata Ki Bijak panjang lebar.
“Iya Ki…., ana mengerti sekarang…” Kata Maula.
“Jadi tim favorit Nak Mas boleh kalah, tapi Nak Mas tidak boleh kalah, Nak Mas harus belajar menjadi orang yang kuat, Nak Mas harus belajar untuk terus memupuk dan menjaga sikap mental positif ini agar tetap terjaga dengan baik…..” Kata Ki Bijak.
Maula tersenyum mendengar penuturan Ki Bijak, “Ana juga tidak memikirkan kekalahan MU kok Ki….” Kata Maula.
“Ya Nak Mas….., seperti yang Aki sering katakan pada Nak Mas, nonton bola bukan untuk membuat kita menjadi sibuk karenanya, tapi nonton bola untuk mengambil pelajaran yang mungkin kita dapat darinya….” Kata Ki Bijak lagi.
“Wassalam
May 28,2011
No comments:
Post a Comment