Wednesday, January 9, 2008

SELAMAT TAHUN BARU HIJRIAH, 1 MUHARRAM 1429 H

“Bagaimana persiapan untuk nanti malam Nak Mas..............?” Tanya Ki Bijak pada Maula yang tengah mempersiapkan acara pengajian menyambut tahun baru Hijriah.

“Alhamdulillah ki, semua persiapan sudah selesai, tinggal pelaksanaannya saja, insha Allah berjalan lancar.......” Kata Maula.

“Syukurlah kalau demikian............” Kata Ki Bijak.

“Ki, hampir setiap tahun kita mengadakan pengajian seperti ini dalam menyambut tahun baru hijriyah, tapi sampai sekarang ana belum sepenuhnya paham makna peringatan tahun baru hijriyah ini ki..............” Kata Maula.

“Benar Nak Mas, kita kadang masih sering terjebak pada acara seremonial belaka dalam memperingati tahun baru hijriyah ini, masih ada kesan kita hanya tidak mau kalah dengan mereka yang memperingati tahun baru masehi, tapi kita masih sering lupa tujuan dan esensi kita memperingati pergantian tahun ini..............” Kata Ki Bijak.

“Lalu apa yang makna peringatan tahun baru hijriyah ini ki.............?” Tanya Maula.

“Hijrah atau kemudian dikenal dengan Hijriyah adalah sebuah peristiwa pindahnya Nabi Muhammad Saw dari Mekkah ke Madinah atas perintah dan skenario Allah swt yang Maha sempurna..........” Kata Ki Bijak

“Bukan karena ancaman kaum kafir mekkah ketika itu ki.............?” Tanya Maula.

“Memang benar bahwa pada periode itu umat Islam dan Nabi Muhammad khususnya, mendapatkan tekanan yang sangat berat dari kaum musyrikin, baik itu tekanan secara fisik maupun mental, dan tak urung hal ini membuat Nabi dan umat Islam ketika itu gelisah, tapi bukan karena itu yang membuat Nabi dan pengikutnya hijrah ke Madinah, melainkan semata karena perintah Allah, seperti Allah maklumkan dalam ayat 76 surat Al Isra’;

76. Dan Sesungguhnya benar-benar mereka hampir membuatmu gelisah di negeri (Mekah) untuk mengusirmu daripadanya dan kalau terjadi demikian, niscaya sepeninggalmu mereka tidak tinggal, melainkan sebentar saja[863].

[863] Maksudnya: kalau sampai terjadi nabi Muhammad s.a.w. diusir, oleh penduduk Mekah, niscaya mereka tidak akan lama hidup di dunia, dan Allah segera akan membinasakan mereka. hijrah nabi Muhammad s.a.w. ke Madinah bukan Karena pengusiran kaum Quraisy, melainkan semata-mata Karena perintah Allah.

“Jelas bahwa Allah menjaga Nabi dan pengikutnya dari pengusiran kaum kafir ketika itu, karena seperti ayat diatas, jika mereka sampai mengusir Nabi, maka mereka akan diazab Allah swt seketika itu juga................” Kata Ki Bijak

“Lalu ki..........?” Tanya Maula.

“Allah memiliki skenario besar dengan perintah hijrah tersebut, yang beberapa diantaranya adalah untuk memperluas wilayah penyebaran Islam dan demi kemajuan Islam itu sendiri.....” Kata Ki Bijak

“Sejarah kemudian membuktikan bahwa proses penyebaran Islam jauh lebih cepat dan berkembang pada periode Madinah ini. Selain juga di Madinah, Nabi dan Umat Islam berhasil membangun tata peradaban baru, tata pemerintahan, tata ekonomi dan sosial yang demikian pesat perkembangannya.......” Kata Ki Bijak

“Subhanallah...benar ki, di Madinah inilah kemudian Nabi membangun Masjid Nabawi, mempersaudarakan kaum Muhajirin dan kaum Anshar, serta membina umat Islam hingga kemudian menjadi umat yang tangguh ya ki...” Kata Maula.

“Iya Nak Mas, hal itu meruapakan sebuah bukti nyata dari keagungan skenario Allah dalam peristiwa hijrah.............” Kata Ki Bijak.

“Ki, ana membaca diberbagai buku mengenai proses hijrahnya Nabi dari Mekah ke Madinah, dan dibeberapa buku diceritakan bahwa pada malam sebelum Nabi Hijrah, kaum Quraisy kafir berkumpul dan mengepung rumah baginda Rasul, guna membunuh Rasul sebagai satu-satunya cara untuk menghentikan dakwah Rasul di Mekah, tapi kemudian mereka tidak berhasil..........” Kata Maula.

“Kejadian pengepungan rumah Baginda Rasul dan kemudian kegagalan kafir quaraisy dalam membunuh rasul pada peristiwa itu sebagaimana Nak Mas baca dibuku-buku adalah merupakan ‘bumbu’ proses Hijrah yang diskenariokan Allah, agar kita bisa mengambil hikmah dan pelajaran dari peristiwa itu................” kata Ki Bijak.

“Pelajaran apa saja yang dapat kita ambil dari bumbu penyedap hijrah ini ki...........?’ Kata Maula.

“Nak Mas tahu siapa saja yang dilibatkan Allah dalam peristiwa ini.....?” Tanya Ki Bijak.

“Ya Ki, ada Ali bin Abi Thalib yang menggantikan Nabi tidur diperaduannya, ada Abu Bakar yang mengantar dan menemani Nabi, kemudian ada Asma Binti Abu Bakar yang harus berjalan puluhan kilo menaiki bukit Tsur untuk mengantar makanan kepada Nabi dan Abu Bakar yang ad di gua tersebut ki.........” Kata Maula

“Nak Mas tahu apa hikmahnya..........?” Tanya Ki Bijak.

Maula menggeleng tanda belum mengerti.

“Sebagaimana tadi kita bicarakan, bahwa di Madinah, Nabi dan Umat Islam mencapai keberhasilan yang gilang gemilang dalam dakwah Islam dan masyarakatnya, tapi coba tengok kebelakang sebentar, bahwa sebelum keberhasilan itu dicapai, ada sebuah episode yang banyak mengandung pelajaran bagi kita, yaitu bahwa sebuah keberhasilan membina umat harus menyertakan semua unsur, yang dalam proses hijrah digambarkan oleh Nabi sendiri sebagai perlambang pemimpin yang mampu memberi teladan kepada umatnya, ada Abu Bakar sebagai simbol golongan tua yang bijaksana, ada Ali bin Abi Thalib sebagai wakil dari golongan pemuda yang cerdas dan penuh pengorbanan, serta ada Asma binti Abu Bakar sebagai simbol betapa besar andil kaum perempuan dalam proses membangun umat...................” Kata Ki Bijak.

“Iya ya ki, Baginda Rasul sebagai simbol pemimpin, Abu Bakar sebagai simbol kaum Tua, Ali bin Abi Thalib sebagai wakil pemuda serta Asma binti Abu Bakar sebagai wakil kaum wanita, subhanallah, betapa besar hikmah yang terkandung dalam peristiwa hijrah itu ya ki..............” Kata Maula mengulang perkataan Ki Bijak.

“Ya Nak Mas, dengan peristiwa itu Allah mengajarkan kepada kita, jika kita ingin mencapai keberhasilan serta peradaban yang baik, maka hendaklah kita bersatu padu, tidak hanya tergantung pada seorang pemimpin, tidak hanya mengandalkan orang-orang tua, tidak hanya bertumpu pada generasi muda, tidak pula memikulkan beban pada kaum wanita semata, melainkan semua unsur harus terlibat didalam proses pembangunan sebuah peradaban.................” Kata Ki Bijak.

“Madinah sendiri artinya apa ki..........?” Tanya Maula.

“Madinah secara bahasa artinya ‘Kota Peradaban’, sementara nama sebelumnya Yatsrib berarti yang artinya ‘Mengecam’, ini pun merupakan sebuah pelajaran bagi kita bahwa tidak mungkin sebuah keberhasilan dicapai dengan cara saling mengecam, saling menyalahkan, mengklaim kelompoknya yang paling baik dan benar, Madinah – Peradaban, hanya mungkin terbentuk jika kesemua unsur yang dirangkul dan bersinergi bersama...............” Kata Ki Bijak.

“Subhanallah............” lagi-lagi Maula memuji keagungan Allah yang telah memberikan berbagai pelajaran diberbagai peristiwa yang dikendaki-Nya.

“Dan jangan lupakan pula bahwa membangun umat, membangun keberhasilan, memerlukan kerelaan berkorban sebagaimana yang ditunjukan Ali bin Abi Thalib ketika menggantikan Rasul diperaduannya, pengorbanan Abu Bakar yang siap menjadi tameng ketika hendak memasuki gua yang belum terjamah sebelumnya, pengorbanan Asma binti Abu Bakar yang rela berkorban mendaki bukit terjal ditengah terik panas matahari yang membakar, pengorbanan, juga merupakan kunci lain dari bangunan sebuah keberhasilan, selebihnya kita tawakal dan berserah diri sepenuhnya kepada kehendak Allah swt.............” Kata Ki Bijak.

“Iya ki, alhamdulillah sekarang ana sedikit paham ki, semoga tahun baru hijriyah kali ini jauh lebih bermakna ya ki...........” Kata Maula.

“Cara terbaik untuk memaknai pergantian tahun adalah dengan muhasabah, introspeksi tentang apa yang yang telah kita perbuat ditahun lalu, yang baik kita pertahankan dan kita tingkatkan, yang jelek kita tinggalkan, sebagaimana Allah memerintahkan kita untuk memperhatikan apa yang telah kita perbuat untuk akhirat kita...............” kata Ki Bijak sambil mengutip sebuah ayat al qur’an.

18. Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang Telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan. (Al Hasyr)

“Iya ki..............” Kata Maula sambil minta izin untuk melanjutkan pekerjaannya.

Wassalam

Januari 09, 2008

No comments:

Post a Comment