“Nak Mas masih ingat dengan diskusi kita mengenai ‘mutiara’ yang Allah berikan kepada manusia sebagai symbol kemuliaanya dan apa saja yang dapat menghilangkan
Symbol-simbol kemuliaan itu..? Tanya Ki Bijak dalam sebuah kesempatan.
“Ya Ki…, Allah memberi manusia akal, yang akan hilang oleh kemarahan, kemudian Allah memberikan syari’at kepada manusia, yang akan hilang oleh perbuatan hasud, lalu Allah juga memberi manusia rasa malu, yang akan rusak oleh ketamakan, serta amal shaleh yang akan hilang oleh ghibah….., bukan demikian Ki…..?” Jawab Maula.
“Subhanallah…, benar Nak Mas…, itulah empat mutiara yang Allah berikan hanya kepada manusia, Akal tidak Allah berikan pada hewan, akal tidak Allah berikan kepada tumbuhan, akal tidak Allah berikan kepada gunung atau lauatan, karena Allah menghendaki manusia…, dengan akalnya mampu menjadi khalifah dimuka bumi……”
“Dan kemarahan….., adalah perusak akal manusia…, ketika seseorang marah, maka akalnya tidak lagi berfungsi secara optimal, akalnya akan buntu, akalnya tidak mampu lagi membedakan mana yang baik dan mana yang butuk, mana yang benar mana yang salah, mana yang lurus dan mana yang menyimpang, mana yang boleh dan mana yang dilarang, mana yang berasal dari hati nurani dan mana yang berasal dari nafsu….., dan ketika seseorang sudah lagi tidak menggunakan akalnya untuk berfikir dan bertindak karena dikuasai amarah…, maka ketika itu pulalah manusia telah kehilangan ¼ bagian dari kemuliaannya…..” Kata Ki Bijak panjang lebar.
“Masya Allah……., betapa hebat daya rusak kemarahan ya ki, sehingga mampu menghilangkan ¼ bagian dari kemulian manusia….” Kata Maula.
“Karenanya kita harus pandai menjaga diri agar kita tidak terjebak dalam kemarahan yang merusak, dan shaum yang tengah kita laksanakan sekarang ini, salah satu fungsinya adalah bagaimana kita melatih diri untuk mengendalikan nafsu dan kemarahan kita, kita sedang dilatih untuk menjadi orang yang sabar, kita sedang dididik untuk menjadi manusia yang mengedepankan akal ketimbang nafsu dan kemarahan…, dengan shaum yang baik, insya Allah ¼ bagian dari fitrah kemulian kita sebagai manusia akan terjaga…..” kata Ki Bijak.
Maula manggut-manggut mendengar penuturan gurunya, ia baru menyadari bahwa dibalik haus dan lapar orang shuam, ada sebuah hikmah besar bagi manusia itu sendiri, yaitu menjaga akalnya agar tidak terkalahkan oleh nafsu dan kemarahan…..
“Mutiara manusia yang kedua adalah bahwa manusia dikarunia Allah dengan syari’at, dengan agama, dan ini pun tidak Allah berikan kepada mahluk lain selain manusia, hanya kepada manusialah Allah memberikan tuntunan bagaimana mendirikan shalat, bagaimana melaksanakan shaum, bagaimana menunaikan zakat dan sedekah, bagaiman menunaikan ibadah haji, bagaimana berbuat baik kepada sesame, bagaimana membangun hubungan yang harmonis dengan Allah, dengan sesama manusia dan bahkan dengan lingkungannya.., dengan syari’at agama inilah manusia kemudian ditempatkan diposisi yang lebih tinggi dibanding dengan mahluk lainnya…..
“Maka ketika ada manusia, khususnya yang mengaku muslim, tapi kemudian dia tidak shalat, ia mengaku muslim tapi kemudian dia tidak shaum, ia mengaku muslim tapi kemudian dia tidak zakat, ia mengaku muslim tapi tidak menutup uarat, ia mengaku muslim tapi tetap senang maksiat, gemar makan uang riba, gemar minum khamr, gemar korupsi, gemar maling, gemar menerima suap dengan tidak mengindahkan syar’iat agamanya, maka ketika ketika itu orang atau manusia tersebut juga akan kehilangan ¼ bagian lagi dari fitrah kemuliaannya sebagai manusia….”
“Iya ya ki…, kalau mengaku muslim tapi tidak shalat, apa bedanya dengan mahluk lainnya…?, kalau mengaku muslim tapi tidak mengenal halal-haram, apa yang patut dibanggakannya, kalau mengaku muslim, pakai nama islami, tapi kelakuan gemar korupsi, apa hebatnya….?’ Kata Maula.
“Ya Nak Mas.., kemulian seorang muslim bukan pada harta,pangkat dan jabatan apa yang dimilikinya, kemulian seorang muslim terletak pada bagaimana ia menempatkan diri pada jalur ketaqwaan yang telah Allah amanahkan kepadanya, kemuliaan seorang muslim terletak pada bagaimana ia memandang dan menjalani dan menghidupakan syari’at agama dalam kehidupannya, bukan sekedar hapal, bukan sekedar pandai berteori, karena syar’iat bukan hanya hapalan dan teori, melaksanakan syar’iat agama adalah salah bentuk pengabdian kita kepada Allah swt…., sekaligus juga merupakan manifestasi dari pelaksanaan salah satu bentuk ujian bagi manusia….” Kata Ki Bijak.
Maula menghela nafas panjang mendengar penuturan gurunya, “Iya ki……,apa kaita shaum dengan mutiara yang kedua ini ki….” Kata Maula pendek.
“Nak Mas masih ingat bahwa Allah menguji kita dengan perintah, Allah juga akan menguji kita dengan larangan, Allah akan menguji kita dengan keburukan dan kebaikan….?” Tanya Ki Bijak.
“Ya ki…..” kata Maula.
“Shaum adalah sebuah bentuk dari semua jenis ujian-ujian tadi Nak Mas…., dalam shaum, ada ujian berupa perintah, yakni perintah untuk menjalankan shaum selama ramadhan ini…, kemudian dalam shaum juga kita diuji dengan ‘larangan’, kita dilarang untuk makan minum selama shaum, kita dilarang ‘mendekati’ pasangan kita selama kita shaum…., kemudian dalam shaum juga kita diuji dengan rasa haus dan lapar, yang merupakan miniatur dari ujian yang berat sebagaimana halnya sakit, dalam shaum juga kita diuji dengan kelapangan..., yakni ketika waktu berbuka tiba…, ketika semuanya boleh dimakan, ketika semuanya boleh diminum, kita tetap dituntut untuk bisa mengendalikan diri agar tidak berlebihan, agar tidak asal makan, tidak asal minum, ketika dalam keadaan ‘serba boleh’ sekalipun kita tetap dituntut untuk tetap bisa memilah dan memilih mana yang baik dan mana yang boleh…., bukan sikap membabi buta dan melampaui batas……’ Kata Ki Bijak.
“Ana mengerti ki…, jadi mutiara manusia yang empat tadi, akal, syar’at, rasa malu dan amal shaleh…., bisa terjaga dengan melaksanakan shaum dengan baik ya ki…., karena dengan shaum, kemarahan yang akan merusak akal akan teredam.., dengan melaksanakan shaum juga berarti kita melaksanakan perintah Allah, dan dengan shaum juga kita melatih diri untuk menjaga rasa malu kepada Allah,karena shaum adalah ibadah rahasia antara kita dengan Allah, dan dengan shaum pula kita mendapatkan amal shaleh sebagai bekal kita diakhirat kelak ya ki….” Kata Maula.
“Ya Nak Mas….,insya Allah dengan shaum ini fitrah kemulian manusia kita akan tetap terjaga, atau dengan kata lain shaum akan memanusiakan manusia, agar tetap selaras dengan fitrahnya sebagai mahluk mulia…..” kata Ki Bijak lagi.
“Iya Ki…terima kasih, semoga ini menambah motivasi ibadah ramadhan ana dan santri lainnya….” Kata Maula sambil pamitan.
Wassalam
August 17,2011