“Nak
Mas tahu ‘bahaya kolesterol’ terhadap kesehatan tubuh kita…?” Tanya Ki Bijak
dalam suatu kesempatan.
“Iya
ki….,beberapa waktu lalu ana baca mengenai kolesterol ini, pada uraiannya seorang dokter menyatakan
bahwa kolesterol ini terbagi menjadi dua, LDL (Low Density Lipoprotein) yang
biasa dikenal dengan sebutan ‘lemak jahat’, dan HDL (High Density Lipoprotein),
atau uang biasa dikenal dengan ‘lemak baik….” Kata Maula mengutip sebuah
artikel kesehatan.
Ki
Bijak manggut-manggut, “Untuk contoh kita kali ini, mungkin lebih tepat kalau
kita bicarakan sedikit bahaya dari lemak jahat Nak Mas….” Kata Ki Bijak mempersempit
topic pembicaraan.
“Iya
Ki, kata si dokter, kolesterol jenis LDL ini memiliki lebih banyak kandungan
lemak dibanding HDL, sehingga ia akan mengambang didalam darah, yang katanya
lagi, protein pada jenis lemak ini dapat menyebabkan penempelan kolesterol pada
dinding pembuluh darah…., pada proses selanjutnya kolesterol yang menempel ini
akan menyebabkan penyumbatan pada pembuluh darah, yang pada stadium lanjut
dapat menyembabkan berbagai macam masalah kesehatan, seperti hipertensi, stroke
bahkan dapat pula menyebabkan serangan jantung ki…..” Kata Maula.
“Wah…wah
penjelasan Nak Mas seperti dokter sungguhan…..” Kata Ki Bijak sambil tersenyum
“Ana
hanya mengutip artikel yang an abaca saja ki…..” kata Maula menanggapi pujian
gurunya.
“Sekarang….,
mari kita sejenak menganalogikan ‘lemak jahat’ ini sebagai suatu ‘dosa’ yang
diakibatkan oleh maksiat yang kita lakukan, kemudian ‘lemak dosa’ ini menempel
pada dinding qolbu kita, kira-kira apa yang akan terjadi dengan hati kita Nak Mas….? Tanya Ki Bijak memancing.
Maula
terdiam sejenak mendengar pertanyaan gurunya, “Mungkin hati kita akan tertutup
lemak dosa tersebut ki, sehingga hati kita menjadi kotor…..” Kata Maula.
“Benar
Nak Mas….., setiap kemaksiatan yang kita lakukan, baik itu kecil, terlebih yang
besar, akan menimbulkan noktah hitam yang akan menempel dalam dinding hati
kita…., semakin banyak noktah hitam itu menempel pada dinding qolbu kita, maka
hati kita sedikit demi sedikit akan tertutup, sehingga kemudian tidak ada lagi
cahaya yang dapat menembusnya, hati kita akan sakit, hati kita akan menderita,
hati kita akan menjadi buta karena ketiadaan cahaya ilahiyah yang mampu
menembusnya karena lumuran noktah dosa yang menempel di hati kita…..” Kata Ki
Bijak sambil menunjuk dadanya.
Maula
menghela nafas dalam-dalam mendengar penuturan gurunya.
“Kalau
tadi Nak Mas menjelaskan bahwa lemak jahat dapat menimbulkan berbagai jenis
penyakit yang membahayakan bagi kesehatan, maka para ulama juga mencoba
mendeskripsikan berbagai hal buruk yang sangat mungkin terjadi ketika hati kita
dipenuhi noda berupa ‘lemak dosa’ ini…..” Kata Ki Bijak lagi.
“Hal
buruk apa saja yang diakibatkan oleh menumpuknya ‘lemak dosa’ dihati kita
Ki….?” Tanya Maula.
“Pertama,
dalam sebuah riwayat Ahmad, Rasulullah bersabda;”Sesungguhnya seorang hamba
diharamkan daripada rezeki karena maksiat yang ia lakukan…..”, nanti coba Nak
Mas cek lagi kesahihan hadits ini agar lebih yakin…., tapi dari redaksinya, hal
ini adalah kebalikan dari ayat yang menyatakan bahwa siapa yang bertaqwa, ia
akan diberi rezeki oleh Allah dari arah yang tidak diduga-duga, Nak Mas ingat
ayatnya…?” Tanya Ki Bijak.
“Iya
Ki….” Kata Maula sambil mengutip Surah At-thalaq:
2. Apabila mereka Telah
mendekati akhir iddahnya, Maka rujukilah mereka dengan baik atau lepaskanlah
mereka dengan baik dan persaksikanlah dengan dua orang saksi yang adil di
antara kamu dan hendaklah kamu tegakkan kesaksian itu Karena Allah. Demikianlah
diberi pengajaran dengan itu orang yang beriman kepada Allah dan hari akhirat.
barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya dia akan mengadakan baginya jalan
keluar.
3. Dan memberinya rezki dari arah yang tiada
disangka-sangkanya. dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah
akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan yang
(dikehendaki)Nya. Sesungguhnya Allah Telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap
sesuatu.
“Benar….itu salah satu ayatnya..., bahwa
seorang hamba yang bertakwa akan dimudahkan rezekinya oleh Allah, sebaliknya
mereka yang gemar bermaksiat, Allah akan menyempitkan rezekinya…..”Kata Ki
Bijak lagi.
“Yang kedua, seorang hamba, yang gemar
bermaksiat, maka ia merasakan keterasingan dirinya dari sisi Allah….; cahaya
ilahiyah tidak akan menembus dinding hati yang pekat, petunjuk Allah tidak akan
terbaca oleh hati yang buta, ketenangan jiwa tidak akan dapat dirasakan oleh
hati yang senantiasa bergemuruh oleh nafsu…, sehingga pada gilirannya, hati
yang dipenuhi dosa akan merasa terasing, sehingga pada gilirannya hati yang
penuh dengan dosa akan merasa terkucil dan kesepian……” Kata Ki Bijak lagi.
Lagi-lagi Maula menghela nafas dalam-dalam,
menyadari betapa hati yang tertutup oleh dosa, jauh lebih berbahaya daripada pembuluh
darah yang tersumbat oleh lemak jahat.
“Nak Mas masih belum ngantuk…?” Tanya Ki Bijak.
“Belum Ki….” Jawab Maula.
“Ketiga, ketika seseorang sudah terbiasa
melakukan maksiat, ia pun akan merasa terasing ditengah-tengah manusia…..,
seorang yang suka maksiat, akan merasa terasing ditengah-tengah jamaah majelis
taklim, seorang yang suka maksiat, akan merasa terasig, manakala orang lain
ramai tadarus qur’an, seorang yang suka maksiat, akan merasa terasing
ditengah-tengah manusia lain yang berlomba-lomba berbuat kebajikan….., teman
dan lingkungannya tidak lebih dari sesame ahli maksiat…..,sangat sempit sekali
ruang lingkup seorang yang suka maksiat…..” Kata Ki Bijak lagi.
“Benar Ki….” Jawab Maula pendek.
“Selain itu, seorang yang sering berbuat
maksiat, ia akan merasakan kesempitan yang sangat dalam menjalani hari-hari
dalam kehidupannya, hal ini karena Allah akan menutup semua jalan keluar bagi
mereka yang terbiasa dengan kemaksiatan…
“Seorang yang sering berbuat maksiat, akan
kehilangan cahaya hatinya, sehingga hatinya hitam kelam, bahkan lebih pekat
dari gelapnya malam gulita…”
“Seorang yang sering berbuat maksiat, maka ia akan
merasakan hatinya lemah, keyakinanya lemah, kekuatan hatinya akan memudar dan
bahkan hilang….”
“Seorang yang sering berbuat maksiat juga akan
kehilangan gairah untuk beribadah kepada Allah, kehilangan kenikmatan ibadah
kepada Allah, akan kehilangan kerinduan untuk bercengkrama dengan Allah, iapun
akan kehilangan waktu-waktu berharganya untuk bisa mengadu kepada Allah dengan
doa dan permohonan ampunnya…”
“Dan yang juga sangat mungkin terjadi pada
seorang yang terbiasa melakukan maksiat adalah ia menjadi gemar melakukan dosa,
seperti orang yang terbiasa berkurang dengan bau busuk, maka lama kelamaan ia
tidak akan lagi merasa jijik atau merasa bau busuk yang bagi orang lain bisa
membuatnya muntah….; dan masih banyak lagi ‘penyakit dan bahaya yang dapat ditimbulkan
dari menumpuknya dosa akibat kemaksiatan……” Pungkas Ki Bijak.
Maula kembali menghela nafas dalam-dalam, “Apa
yang harus kita lakukan agar kita selamat dan terhindar dari bahaya kemaksiatan
ini Ki…?” Tanya Maula beberapa saat kemudian.
“Sebagaimana pendapat umum yang sering kita
dengar Nak Mas, mencegah, jauh lebih baik daripada mengobati…,pun halnya dengan
kemaksiatan, sedapat mungkin kita menghindari perbuatan-perbuatan maksiat,
sekecil apapun itu….”
“Selanjutnya kalau memang sudah terlanjur, segera
kikis ‘lemak kemaksiatan’ yang menempel dihati kita dengan taubat dan
istighfar…,mohon ampun pada Allah, mohon petunjuk padaNya, mohon bimbinganNya
agar kita dihindarkan dari kemaksiatan, agar kita diberikan kekuatan untuk
menjauhinya…..”
“Dan terakhir,jangan lupa senantiasa
mengkonsumsi ‘vitamin hati’, senantiasa datangi majelis-majelis ilmu, segera
datangi ulama dan kyai,segera bergaul dengan para sholihin agar system imun
hati kita bertambah kuat, agar kita memiliki filter yang dapat menangkal radikal
bebas dari kemaksiatan yang sekarang ini bergentayangan dimana-mana…..” kata Ki
Bijak lagi.
“Iya Ki….,ana mengerti…,ana pun merasakan
ketika ana tidak berkunjung kesini, hati ana merasakan sesuatu yang kurang, ana
merasakan dahaga dan lapar yang membuat hati ana tidak nyaman Ki….” Kata Maula.
“Ya Nak Mas, Aki maklum dengan kesibukan Nak
Mas,tapi kalau boleh Aki nasehatkan, sesibuk apapun pekerjaan Nak Mas,
sempatkan waktu Nak Mas untuk berkunjung kesini, selain untuk silaturahim, Aki
juga suka kangen kalau Nak Mas lama tidak berkunjung kesini….” Kata Ki Bijak.
“Insya Allah Ki……” Pungkas Maula mengakhiri
perbincangan malam itu.
Wassalam
September 24, 2012