Monday, June 6, 2011

KENDALIKAN ‘KUDA’MU

“Silahkan Nak Mas…., islam tidak melarang umatnya untuk menjadi orang kaya, islam tidak melarang umatnya untuk berkuasa, islam bahkan menganjurkan kita, umatnya untuk menjadi umat yang kuat, bagi itu dari segi materi, dari segi ilmu pengetahuan, dari segi teknologi, dari segi ekonomi,dan lain sebagainya, bahkan dalam sebuah hadits, baginda Rasul menyatakan bahwa Allah mencintai muslim dan mukmin yang kuat…, tapi…., ada tapinya Nak Mas….” Kata Ki Bijak ketika berbincang mengenai kecenderungan manusia pada harta, pangkat dan jabatan.

“Tapi apa ki….?” Tanya Maula penasaran.

“Tapi kita harus punya kendali yang kuat pula terhadap harta, terhadap pangkat, terhadap jabatan yang dimilikinya…..” Kata Ki Bijak lagi.

“Ana masih belum paham ki…..” Kata Maula lagi.

“Begini Nak Mas….., Harta, pangkat dan jabatan ibarat kuda dalam gambar ini….” Kata Ki Bijak sambil menunjukan sebuah gambar arjuna wihaha yang tengah mengendarai kudanya.

“Harta kita, pangkat kita, jabatan kita, laksana kuda tunggangan kita Nak Mas, harta kita,pangkat kita, jabatan kita, laksana kendaraan yang kita kendarai….., ketika kita memiliki ketrampilan untuk mengendarai kuda kita, maka kuda ini akan sangat membantu kita untuk membawa kita mencapai tujuan kita….”

“Kuda kita bisa mengantar ketempat yang kita mau, kuda kita bisa mengantar kita ketempat yang kita tuju, kuda kita bisa meringankan beban kita dalam mengarungi perjalanan yang panjang dan jauh…..’

“Pun dengan harta kita…, ketika kita memiliki ‘kendali’ yang kuat terhadap harta kita, maka harta kita akan sangat membantu kita dalam menggapai ridha Allah…..”

“Dengan harta kita kita bisa membangun pondok pesantren, yang insya allah merupakan amal tabungan kita untuk kehidupan akhirat kita kelak…”

“dengan harta kita, kita bisa membangun masjid, yang juga insya allah akan menjadi tabungan kita untuk menjalani panjangnya kehidupan dialam mahsyar…”

“Dengan harta, kita bisa menyantuni fakir miskin, bisa menyantuni anak yatim dan para dhuafa…”

“Dengan harta kita bisa bersedekah, dengan harta kita bisa berderma, dengan harta kita bisa menolong saudara dan sesama kita…..,

“dengan harta kita bisa berangkat ketanah suci mekah, dengan harta yang berada dalam kendali secara penuh, maka harta akan banyak membantu kita….” Kata Ki Bijak.

Maula manggut-manggut mendengar penuturan gurunya;

“Pun dengan pangkat dan kedudukan kita Nak Mas….,ketika kita bisa menundukan dan mengendalikan pangkat dan jabatan kita, maka ini adalah sebuah karunia besar yang bisa kita gunakan untuk kemaslahatan dunia dan akhirat kita….”

“Dengan pangkat dan jabatan yang berada dibawah kendali kita, kita bisa membuat kebijakan untuk kemaslahatan umat…”

“Dengan pangkat dan jabatan yang berada dibawah kendali kita, kita bisa memimpin dan mengarahkan umat kejalan yang sesuai dengan ajaran agama kita, dengan kekuasaan yang kita miliki, akan lebih mudah mengarahkan umat disbanding mereka yang tidak memiliki pengaruh sama sekali….”

“Dengan pangkat dan jabatan yang berada dibawah kendali kita, kita bisa beramar ma’ruf dan nahi munkar…, memberantas kedhaliman…dan menegakan kebenaran….”

“Dengan pangkat dan jabatan yang berada dibawah kendali kita, kita bisa berbuat lebih banyak daripada mereka yang tidak memiliki jabatan dan kekuasaan…..” Kata Ki Bijak.

“Ana mengerti ki….., bagaimana jika sebaliknya ki…..?” Tanya Maula.

“Kehancuran Nak Mas, kebinasaan dan kerusakan…..!” kata Ki Bijak.

“Harta yang tidak bisa kita kendalikan…., akan menjadikan pemiliknya seperti Qorun yang merasa bahwa hartanya adalah hasil dari kepintarannya semata….”

“Harta yang tidak bisa kita kendalikan…, akan menjadikan pemiliknya pelit, bakhil karena takut hartanya habis kalau digunakan untuk sedekah atau menolong fakir miskin, anak terlantar, apalagi konon untuk membangun masjid dan pesantren….”

“Harta yang tidak bisa kita kendalikan, akan menjadikan pemiliknya sombong, takabur, besar kepala, karena ia akan merasa lebih berharga daripada orang lain….”

“Harta yang tidak bisa kita kendalikan, akan menjadikan pemiliknya lupa diri dan lupa daratan, kemudian membelanjakan hartanya dengan semenan-mena, bahkan tidak jarang harta yang tidak terkendali justru akan menjerumuskan pemiliknya kepada jurang kenistaan….”

“Banyak orang berharta, hancur karena ia membelanjakan untuk membeli minuman keras, banyak orang berharta, yang hancur karena ia gemar berjudi, banyak orang yang berharta hancur karena ia gemar befoya-foya…, dan yang lebih mengerikan banyak orang yang berharta, yang tidak lagi mengenal siapa yang telah menciptakan dan memberinya harta, ia tidak lagi mengenal Allah…, ia lebih sibuk mengurus dan menghitung hartanya daripada mengabdi kepada Allah…, ia lebih mementingkan mobil dan motornya yang kehujanan daripada memenuhi panggilan adzan….., ia lebih takut kehilangan hartanya, ia lebih takut kehilangan mobilnya, ia lebih takut kehilangan depositonya, daripada takut kehilangan iman didadanya…, naudzubilah…….” Kata Ki Bijak panjang lebar.

Maula tercenung mendengar betapa harta yang tak terkendali, akan menyeret pemiliknya kejurang kebinasaan yang sedemikian dalam….

“Masya Allah….., benar ki…., fenomena yang Aki sebutkan tadi memang sekarang ini sudah sedemikian nyata….., betapa banyak orang yang lebih menyayangi mobilnya, lebih mementingkan motornya, lebih memikirkan kebun dan sawahnya, lebih memikirkan harta dan kekayaannya daripada memikirkan siapa yang telah memberinya harta, siapa yang telah memberinya mobil, siapa yang telah memberinya motor, siapa yang telah menjadikannya orang berharta, banyak diantara mereka yang berharta tidak ingat lagi kepada Allah yang telah memberinya banyak kelapangan dan rezeki…..” kata Maula menambahkan.

“Demikian halnya dengan pangkat, jabatan dan kekuasaan yang tidak terkendali Nak Mas….., mereka yang diamanahi jabatan, mereka yang dititipi kekuasaan, tapi ia tidak pandai mengendalikannya, maka ia akan menjadi fir’aun..!

“Jabatan dan kekuasan yang tidak terkendali, akan melahirkan dictator…..”

“Jabatan dan kekuasaan yang tidak terkendali, akan melahirkan koruptor….”

“Jabatan dan kekuasan yang tidak terkendali, akan melahirkan hitler….”

“Jabatan dan kekuasaan yang tidak terkendali, akan melahirkan benito musolini…”

“Jabatan dan kekuasaan yang tidak terkendali, akan melahirkan pemimpin yang haus darah, melahirkan pemimpin yang tidak akan segan memeras keringat rakyat untuk kepentingannya, pemimimpin yang tidak akan ragu untuk menumpahkan darah rakyat untuk melanggengkan kekuasaannya…., pemimpin yang dikendalikan oleh jabatan dan kekuasaan, layaknya serigala yang setiap saat siap menerkam domba yang digembalakannya……” kata Ki Bijak lagi.

Lagi-lagi Maula menghirup nafas dalam-dalam, ia kembali memperhatikan gambar kereta kuda dan penunggangnya…..

“Jadi sebelum kita mengendarai kuda, kita harus belajar mengendalikannya terlebih dahulu ya ki….” Kata Maula.

“Ya Nak Mas…., sebelum kita memiliki harta yang banyak, kita harus tahu dari mana harta kita, untuk apa harta kita, dan siapa yang telah menitipkannya pada kita…, agar kita senantiasa sadar dan mawas diri, agar kita tetap bisa mengendalikan harta kita, agar kita selamat dari fitnah harta yang setiap saat bisa mengancam kita….”

“Demikianpun dengan jabatan dan kekuasaan, kita harus menyadari sepenuhnya bahwa Allah-lah yang member kita kekuasaan, Allah lah yang member kita kemuliaan…., dan Allah pulalah yang akan mencabut kekuasaan dari mereka yang dikendakinya, Allah_lah yang akan menghinakan mereka yang dihendakinya….., semoga dengan kesadaran ini, apapun jabatan yang akan kita pegang, apapun pangkat yang kita miliki, seluas dan setinggi apapun kekuasaan yang kita miliki, kita tetap bisa mengendalikan sesuai dengan keinginan kita, untuk tetap berjalan dijalan lurus yang Allah bentangkan…….” Kata Ki Bijak lagi.

“Iya ki…., ana mengerti……” kata Maula mengakhiri perbincangan sore itu.

Wassalam

June 04, 2011

1 comment:

  1. ooo dikira saya kuda disini diasumsikan "Hawa Nafsu" yang mesti dikendalikan kita sebagai mahluk berakal

    ReplyDelete