Monday, January 4, 2010

BERFIKIR SEJENAK, SEBELUM BERTINDAK

“Setidaknya ada beberapa hal yang menurut Aki tidak pada tempatnya yang kerap terjadi disetiap pergantian tahun baru seperti beberapa hari kedepan ini Nak Mas……” Kata Ki Bijak.

“Hal apa saja itu ki….?” Tanya Maula.

“Pertama; bertambahnya bilangan tahun, artinya umur kita juga bertambah, artinya lagi jatah hidup kita berkurang, artinya lagi saat ‘kepulangan’ kita kekampung akhirat semakin dekat….., dan tidaklah pada tempatnya ketika saat seperti ini justru ‘rayakan’ dengan cara yang sangat berlebihan…….”

“Mungkin Aki yang ‘kuno’ kalau Aki mengatakan bahwa pesta kembang api dimalam tahun baru adalah sebuah kemudharatan, pemborosan, dan sama sekali tidak menunjukan kedewasan kita dalam menyikapi hidup….., uang puluhan juta yang dihambur-hamburkan untuk pesta kembang api tersebut akan jauh lebih bermanfaat jika digunakan untuk kepentingan rakyat……”,

“Masih banyak saudara kita yang dimalam tahun baru kedinginan, masih banyak saudara kita yang dimalam tahun baru kelaparan, masih banyak saudara kita yang dimalam tahun baru menahan kesedihan, mereka yang rumahnya terbakar, mereka yang hartanya hanyut karena banjir, mereka yang tidak ‘seberuntung kita’ yang memerlukan bantuan dan uluran tangan kita, tidakkah kita memiliki sedikit empati untuk setidaknya tidak menyakiti perasaan mereka dengan menghamburkan uang untuk hal-hal yang mubazir…..?” Kata Ki Bijak panjang lebar.

“Iya ki, bahkan tak jarang gemerlapnya tahun baru itu dirayakan ditengah penderitaan, seperti ketika tsunami Aceh terjadi tanggal 26 Desember, seminggu kemudian orang-orang bersorak girang, bertepuk tangan, menghamburkan uang untuk foya-foya, sementara saudaranya diAceh sana merintih menahan derita…..sungguh sebuah ironi…….” Tambah Maula.

“Makanya Aki kurang setuju kalau Nak Mas ikut-ikutan merayakan tahun baru seperti kebanyakan orang……” Kata Ki Bijak lagi.

“Alhamdulillah Ki, sampai dengan seusia ini, ana belum pernah merayakan tahun baru, bahkan sekedar membeli terompetpun tidak pernah, lagi pula tahun baru ini kan bukan tahun baru umat Islam ya ki, kenapa justru orang islam yang pada ribet merayakannya….?” Kata Maula lagi.

“Benar Nak Mas, itu hal yang kedua yang menurut Aki tidak pada tempatnya, kenapa orang islam merayakan hari raya umat lain…..?, disini kita harus berhati-hati, karena sangat mungkin hal ini akan menjadi perangkap bagi kita…….” Kata Ki Bijak lagi.

“Perangkap Ki…..?” Tanya Ki Bijak.

“Benar Nak Mas, Nak Mas perhatikan ayat ke 120 dalam surat Al Baqarah ini…..” Kata Ki Bijak sambil memperlihatkan ayat dimaksud;

120. Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu hingga kamu mengikuti agama mereka. Katakanlah: "Sesungguhnya petunjuk Allah Itulah petunjuk (yang benar)". dan Sesungguhnya jika kamu mengikuti kemauan mereka setelah pengetahuan datang kepadamu, Maka Allah tidak lagi menjadi pelindung dan penolong bagimu.


Dengan segera Maula menyimak ayat tersebut dengan seksama;

“Mudah-mudahan Aki tidak berlebihan jika Aki mengatakan bahwa perayaan tahun baru seperti tahun yang sudah-sudah itu, adalah bagian dari scenario besar yang memang telah disiapkan oleh mereka yang berseberangan dengan akidah kita, Nak Mas masih ingat dengan diskusi kita mengenai Ghaswul Fikr….?” Tanya Ki Bijak, tanpa menunggu Maula yang masih mengamati ayat al qur’an

“Iya Ki…..; Ghaswul berasal dari kata Ghuswah yang berarti Serangan, invasi atau serbuan, sementara Fikr adalah Pikiran atau pola pikir, dengan demikian Ghaswul Fikr biasa didefinisikan dengan Penyerangan dengan berbagai cara terhadap pemikiran umat Islam guna merubah apa yang ada didalamnya sehingga tidak bisa lagi dibedakan antara Islam dan selainnya, metode yang mereka gunakan biasanya dikenal dengan Tasykik; yakni Pendangkalan / Peragu-raguan, baik itu pendangkalan akidah, pendangkalan pemahaman hukum dan syariat serta pendangkalan pemahaman terhadap berbagai aktivitas ibadah umat Islam…..” Kata Muala.

“Lalu ….?” Tanya Ki Bijak mengetes daya ingat Maula.

“Lalu yang kedua; Tasywih – Pencemaran/Pelecehan, yang ketiga Tadhlil – penyesatan dan yang Keempat adalah metode Taghrib – Pembaratan…..” Lanjut Maula.

“Sekarang mari kita lihat apa yang terjadi dalam perayaan tahun baru; pertama, tahun baru ini adalah klaim sebuah umat atas kelahiran Nabi Isa yang mereka nisbatkan sebagai Tuhan, sementara Islam dengan tegas menyatakan bahwa Isa As adalah seorang Nabiyullah, bukan Tuhan seperti anggapan mereka, bukankah ini sebuah ‘serangan’ atas akidah umat kita yang diarahkan untuk mengakui Nabi Isa sebagai tuhan, bukankah ini sebuah pendangkalan akidah,bukankan ini salah satu tujuan ghaswul fikri tadi Nak Mas…?” Tanya Maula.

“Astaghfirullah…….benar ki, ada muatan yang tersembunyi untuk menggelincirkan umat ini dari rel akidah yang sebenarnya….” Maula mulai menyadari.

“Sebenarnya ‘muatan itu’ dalam hemat Aki sangat jelas, hanya kita yang tidak mau melihatnya dengan jernih, ini masalah umat yang harus kita luruskan bersama…..” Kata Ki Bijak lagi.
“Iya ki…, belum lagi kalau dilihat dari berbagai kegiatan yang dilakukan, semuanya kebarat-baratan banget, mulai pakaian, makanan dan minuman, bahkan tidak jarang malam pergantian tahun ini dijadikan momen ‘penghalal’ berbagai kegiatan maksiat, mabuk, madon dan lainnya…..” Kata Maula.

“Sekarang jelaslah sudah bahwa disamping dimendatangkan manfaat, perayaan tahun baru sangat-sangat beresiko bagai kesemalatan akidah kita, jadi sekali lagi, Nak Mas jangan ikut-ikutan, pun dengan keluarga Nak Mas, berikan pemahaman mereka bahwa tahun baru ini bukan sesuatu yang harus dirayakan, syukur kalau Nak Mas bisa member pemahaman kepada rekan dan lingkungan terdekat Nak Mas….”Kata Ki Bijak lagi.

“Insya Allah ki…………….” Kata Maula sambil pamitan.

Wassalam

December 30,2009

No comments:

Post a Comment