“Kenapa Nak Mas…?” Tanya Ki Bijak melihat Maula tersenyum-senyum sendiri.
“Oooh ini ki…, ana teringat cerita kancil dan singa yang ana bacakan untuk Ade semalam…..” Kata Maula.
“Memangnya kenapa dengan cerita kancil dan singa tersebut Nak Mas…?” Tanya Ki Bijak lagi.
“Iya ki, dalam cerita itu dikisahkan seekor singa yang tertipu oleh kancil…., kancil memperdaya singa dengan mengatakan bahwa ada lawan yang sepadan yang menantangnya untuk bertarung.., sang singa, yang merasa bahwa dirinyalah yang paling hebat dan paling berkuasa diseantero rimba, langsung marah dan menanyakan dimana sang penantang tersebut…., si kancil mengatakan bahwa sang penantang berada disebuah sungai bening dipinggiran hutan…., dan tanpa berfikir panjang, segera saja singa berlari menuju sungai dimaksud, sang singa menyebrangi sebuah jembatan kayu dan mencari-cari sang penantang didalam sungai seperti yang dikatakan sikancil….;
“Dan ketika singa melihat kedalam air, ia melihat bayangan yang menyerupi dirinya, singa itu mengaum keras, menunjukan bahwa ia tidak takut dengan bayangan tersebut.., tapi alangkah terkejutnya singa, ketika bayangan itupun membuka mulutnya dan menampakan taringnya yang tajam…, singa yang merasa ditantang sedemikian rupa, segera menyerang bayangan tersebut, singa itu terjun kesungai……, byuuur, sang singa basah kuyup terkena air sungai, sementara bayangan yang menantangnya menghilang entah kemana, tinggallah kini singa yang kedinginan dan bingung kemana perginya sang penantang tadi…….” Kata Maula menceritakan dongeng anak-anak yang biasa ia ceritakan untuk menidurkan anaknya.
“Waah…, Nak Mas pandai sekali membawakan ceritanya…, isinya pun menurut Aki sangat bagus, selain menghibur, juga mengandung nilai-nilai edukasi yang juga bagus, tidak saja bagi Ade dan anak-anak, tapi juga bagi kita orang tua, bisa memetik pelajaran dari cerita-cerita seperti ini….” Kata Ki Bijak.
“Iya ki, Ade seneng banget kalau dibacain cerita seperti ini…, Ki…, tadi Aki bilang cerita kancil dan singa ini juga mengandung nilai edukasi bagi orang dewasa ki…?” Tanya Maula penasaran.
Ki Bijak mengangguk, “ Benar Nak Mas, cerita ini sangat bagus dan inspiratif, Aki salut kepada penulisnya…, coba sekarang Nak Mas fikir, kenapa singa itu sampai tercebur kesungai setelah melihat bayangan didalam air…..?” Tanya Ki Bijak.
Maula yang tidak menyangka akan mendapat pertanyaan seperti itu menjawab dengan agak gagap, “Mungkin..karena singa tidak pernah bercermin Ki, sehingga dia tidak tahu bayangan sendiri dan bahkan menganggapnya sebagai musuh yang harus diperanginya…..” Kata Maula sedapatnya.
Namun tanpa diduga, Ki Bijak justru membenarkan jawaban Maula; “Benar Nak Mas, singa harus basah kuyup dan kedinginan karena dia tidak pernah ‘bercermin’, singa tidak pernah mengenal siapa dirinya……” Kata Ki Bijak.
Maula menunggu kelanjutan pitutur Ki Bijak, karena sekali lagi ia tidak menyangka bahwa jawabannya yang asal-asalan tadi, justru dibenarkan gurunya;
“Singa itu tidak pernah bercermin, sehingga ia tidak tahu seperti apa rupanya, singa itu tidak pernah tahu, siapa dirinya, singa itu tidak pernah tahu sekuat apa ia, singa pun tidak pernah tahu dimana kelemahannya, dan karena ketidaktahuannya ini, singa dengan sangat mudah diperdaya sikancil, karena ketidak tahuannya inilah kemudian singa harus basah kuyup, harus kedinginan dan harus menahan lapar karena gagal memangsa kancil yang memperdayanya…., dan inti dari muatan cerita ini dalam hemat Aki adalah betapa pentingnya kita mengenal diri kita sendiri, dengan cara ‘bercermin’ salah satunya Nak Mas…..” Kata Ki Bijak lagi.
Maula baru mengerti kearah mana penuturan Ki Bijak mengarah, yakni pentingnya mengenal diri dengan baik.
Setelah hening beberapa saat, Ki Bijak melanjutkan pituturnya, “Nak Mas, bukan hanya singa didalam cerita tadi yang tidak pernah bercermin dan tidak mengenal dirinya dengan baik yang berakibat pada kerugian baginya, tapi juga kita…, masih banyak diantara kita yang tidak ‘tahu diri’, tidak mengenal dirinya dengan baik….,
“Orang sombong…, adalah salah satu ciri orang yang tidak mengenal dirinya, seandainya dia tahu dari apa diciptakan, seandainya dia tahu betapa manusia adalah mahluk yang lemah, seandainya dia tahu bahwa dia tidak akan bisa hidup tanpa orang lain, seandainya dia tahu bahwa hidupnya singkat, bahwa dia akan mati, bahwa dia akan menjadi sesosok bangkai, bahwa ia akan menjadi santapan cacing tanah, maka siapapun dia, tidak mungkin dia akan berani menyombongkan dirinya…., sayangnya sekali lagi sedikit sekali orang yang mau mentafakuri siapa dirinya, sehingga ia menjadi sombong karena hartanya, ia menjadi sombong karena kecantikan dan ketampanannya, ia menjadi sombong karena kedudukan dan jabatannya, pada semua itu hanya sementara, persis seperti singa yang merasa paling hebat dan paling berkuasa yang akhirnya tertipu oelh sikancil……..” Kata Ki Bijak mencontohkan.
Maula menghela nafas panjang mendengar percontohan yang diutarakan Ki Bijak;
“Benar Ki….., banyak orang menyombongkan kelebihan yang dimilikinya, padahal semuanya itu hanyanya titipan yang pada akhirnya akan diambil kembali oleh pemiliknya yang hakiki…..” Kata Maula.
“Dan Nak Mas tahu akibat kesombongan..? seperti singa tadi, karena kesombongannya, ia tidak bisa berfikir jernih, tidak bisa membedakan mana yang baik dan mana yang buruk, tidak bisa menerima kebenaran, mudah marah, mudah tersinggung, mudah sakit hati, mudah ngambek, mudah menyalahkan orang lain, suka cara kambing hitam untuk menutupi kebodohannya……, pun dengan kita, sekali kita dihinggapi kesombongan karena ketidak tahuan kita pada diri sendiri, maka kecelakaanlah yang menanti kita, seperti singa yang basah kuyup tercebur sungai karena mengira bayangannya adalah musuhnya…., seperti kita yang sering ‘salah’ dalam menilai seseorang, orang yang berniat baik pada kita dimusuhi, sementara orang yang berniat tidak baik malah dijadikan teman……” Kata Ki Bijak lagi.
“Benar ki…., seperti orang islam yang takut pada orang islam lainnya, karena yang satu berjenggot lebat, pakai gamis dan kopiah, sementara orang kafir, yang jelas-jelas memiliki misi untuk golongan mereka, dijadikan teman……” Kata Maula.
“Ya Nak Mas, seperti itu…..” Kata Ki Bijak.
“Lalu bagaimana caranya kita mengenali diri kita dengan baik ki…..?” Tanya Maula.
“Seperti Nak Mas tadi katakan, kita harus ‘bercermin’ agar kita bisa tahu seperti apa rupa kita, dan kita memiliki dua cermin sebagai sarana kita untuk mengenal diri dengan baik, cermin yang pertama, disini, dan cermin yang kedua ada disekitar kita….; Kata Ki Bijak sambil menunjuk dadanya.
“Cermin kita disini dan disekitar kita Ki…?” Tanya Maula sambil menirukan gerakan telunjuk Ki Bijak menunjuk dadanya.
“Benar Nak Mas, hati kita adalah cermin kita, hati kita adalah tempat kita bertanya mana yang baik dan mana yang buruk, hati kita adalah tempat kita berkaca manusia jenis apa kita ini….., adakah kita orang sombong, adakah kita orang rakus…., atau adakah kita orang yang patuh dan taat terhadap perintah Allah…?, teruslah berkaca dan bercermin pada hati kita, tanyakan pada hati kita, darimana kita berasal, dimana kita sekarang berada, dan akan kemana kita kembali kelak……, insya Allah ketika kita tahu bahwa kita adalah mahluk Allah yang diciptakan untuk semata mengabdi kepadaNya dengan sepenuh keikhlasan, niscaya kita tidak akan terjebak pada ‘kebodohan-kebodohan’ yang tidak perlu seperti singa dalam cerita yang Nak Mas katakan tadi….” Kata Ki Bijak.
“Ana mengerti Ki…, lalu apa cermin yang ada disekitar kita Ki….?” Tanya Maula lagi.
“Kita bisa bercermin pada orang-orang disekitar kita Nak Mas….., bisa istri, bisa anak, bisa teman, bisa atasan, bisa bawahan…., bagaimana sikap mereka terhadap kita adalah ‘pantulan’ dari bagaimana kita sikap kita pada mereka…..” Kata Ki Bijak.
“Ana masih belum paham Ki….” Kata Maula.
“Begini Nak Mas, kalau kita berlaku santun pada orang-orang disekitar kita, insya Allah merekapun akan memantulkan kesantunan yang sama pada kita….”
“Kalau kita menyayangi orang-orang sekitar kita, insya Allah merekapun akan menampilkan kasih sayang yang sama pada kita…,
“Kalau kita lemah lembut, kalau kita penyabar, kalau kita suka membantu, kalau kita ramah, insya Allah itu pulalah yang akan mereka tampilkan pada kita…,
“Sebaliknya, kalau kita mudah marah, cepat tersinggung, tidak respek pada orang lain, acuh tak acuh, sombong, angkuh, suka iri dan dengki, itu pulalah yang akan orang lain tampilkan pada kita…., singkatnya apa yang kita lakukan, itu pulalah yang akan terlihat dari sikap orang pada kita…., bagaimana sikap kita pada orang lain, seperti iu pulalah sikap orang pada kita…..” Kata Ki Bijak lagi.
“Jadi intinya pengenalan dan penguasaan diri itu sangat penting Nak Mas, karena dengan mengenal diri, kita akan memiliki control internal yang baik, yang insya Allah akan menyelamatkan kita dari kerugian yang tidak perlu….”Tambah Ki Bijak.
“Iya ki….., ana tidak menyangka bahwa cerita untuk Ade ternyata juga merupakan sebuah pelajaran bagi ana Ki……” Kata Maula.
“Ya Nak Mas…., sekali lagi kita bisa belajar dari mana pun, kapanpun dan dari siapapun, hanya diperlukan kepekaan kita untuk menangkap pesan yang kadang tidak tersurat secara jelas, melainkan tersirat dari rangkaian kata atau kejadian yang kita temukan….” Kata Ki Bijak.
“Iya ki……” Jawab Maula mengakhiri perbincangan.
Wassalam
January 10,2011
“Oooh ini ki…, ana teringat cerita kancil dan singa yang ana bacakan untuk Ade semalam…..” Kata Maula.
“Memangnya kenapa dengan cerita kancil dan singa tersebut Nak Mas…?” Tanya Ki Bijak lagi.
“Iya ki, dalam cerita itu dikisahkan seekor singa yang tertipu oleh kancil…., kancil memperdaya singa dengan mengatakan bahwa ada lawan yang sepadan yang menantangnya untuk bertarung.., sang singa, yang merasa bahwa dirinyalah yang paling hebat dan paling berkuasa diseantero rimba, langsung marah dan menanyakan dimana sang penantang tersebut…., si kancil mengatakan bahwa sang penantang berada disebuah sungai bening dipinggiran hutan…., dan tanpa berfikir panjang, segera saja singa berlari menuju sungai dimaksud, sang singa menyebrangi sebuah jembatan kayu dan mencari-cari sang penantang didalam sungai seperti yang dikatakan sikancil….;
“Dan ketika singa melihat kedalam air, ia melihat bayangan yang menyerupi dirinya, singa itu mengaum keras, menunjukan bahwa ia tidak takut dengan bayangan tersebut.., tapi alangkah terkejutnya singa, ketika bayangan itupun membuka mulutnya dan menampakan taringnya yang tajam…, singa yang merasa ditantang sedemikian rupa, segera menyerang bayangan tersebut, singa itu terjun kesungai……, byuuur, sang singa basah kuyup terkena air sungai, sementara bayangan yang menantangnya menghilang entah kemana, tinggallah kini singa yang kedinginan dan bingung kemana perginya sang penantang tadi…….” Kata Maula menceritakan dongeng anak-anak yang biasa ia ceritakan untuk menidurkan anaknya.
“Waah…, Nak Mas pandai sekali membawakan ceritanya…, isinya pun menurut Aki sangat bagus, selain menghibur, juga mengandung nilai-nilai edukasi yang juga bagus, tidak saja bagi Ade dan anak-anak, tapi juga bagi kita orang tua, bisa memetik pelajaran dari cerita-cerita seperti ini….” Kata Ki Bijak.
“Iya ki, Ade seneng banget kalau dibacain cerita seperti ini…, Ki…, tadi Aki bilang cerita kancil dan singa ini juga mengandung nilai edukasi bagi orang dewasa ki…?” Tanya Maula penasaran.
Ki Bijak mengangguk, “ Benar Nak Mas, cerita ini sangat bagus dan inspiratif, Aki salut kepada penulisnya…, coba sekarang Nak Mas fikir, kenapa singa itu sampai tercebur kesungai setelah melihat bayangan didalam air…..?” Tanya Ki Bijak.
Maula yang tidak menyangka akan mendapat pertanyaan seperti itu menjawab dengan agak gagap, “Mungkin..karena singa tidak pernah bercermin Ki, sehingga dia tidak tahu bayangan sendiri dan bahkan menganggapnya sebagai musuh yang harus diperanginya…..” Kata Maula sedapatnya.
Namun tanpa diduga, Ki Bijak justru membenarkan jawaban Maula; “Benar Nak Mas, singa harus basah kuyup dan kedinginan karena dia tidak pernah ‘bercermin’, singa tidak pernah mengenal siapa dirinya……” Kata Ki Bijak.
Maula menunggu kelanjutan pitutur Ki Bijak, karena sekali lagi ia tidak menyangka bahwa jawabannya yang asal-asalan tadi, justru dibenarkan gurunya;
“Singa itu tidak pernah bercermin, sehingga ia tidak tahu seperti apa rupanya, singa itu tidak pernah tahu, siapa dirinya, singa itu tidak pernah tahu sekuat apa ia, singa pun tidak pernah tahu dimana kelemahannya, dan karena ketidaktahuannya ini, singa dengan sangat mudah diperdaya sikancil, karena ketidak tahuannya inilah kemudian singa harus basah kuyup, harus kedinginan dan harus menahan lapar karena gagal memangsa kancil yang memperdayanya…., dan inti dari muatan cerita ini dalam hemat Aki adalah betapa pentingnya kita mengenal diri kita sendiri, dengan cara ‘bercermin’ salah satunya Nak Mas…..” Kata Ki Bijak lagi.
Maula baru mengerti kearah mana penuturan Ki Bijak mengarah, yakni pentingnya mengenal diri dengan baik.
Setelah hening beberapa saat, Ki Bijak melanjutkan pituturnya, “Nak Mas, bukan hanya singa didalam cerita tadi yang tidak pernah bercermin dan tidak mengenal dirinya dengan baik yang berakibat pada kerugian baginya, tapi juga kita…, masih banyak diantara kita yang tidak ‘tahu diri’, tidak mengenal dirinya dengan baik….,
“Orang sombong…, adalah salah satu ciri orang yang tidak mengenal dirinya, seandainya dia tahu dari apa diciptakan, seandainya dia tahu betapa manusia adalah mahluk yang lemah, seandainya dia tahu bahwa dia tidak akan bisa hidup tanpa orang lain, seandainya dia tahu bahwa hidupnya singkat, bahwa dia akan mati, bahwa dia akan menjadi sesosok bangkai, bahwa ia akan menjadi santapan cacing tanah, maka siapapun dia, tidak mungkin dia akan berani menyombongkan dirinya…., sayangnya sekali lagi sedikit sekali orang yang mau mentafakuri siapa dirinya, sehingga ia menjadi sombong karena hartanya, ia menjadi sombong karena kecantikan dan ketampanannya, ia menjadi sombong karena kedudukan dan jabatannya, pada semua itu hanya sementara, persis seperti singa yang merasa paling hebat dan paling berkuasa yang akhirnya tertipu oelh sikancil……..” Kata Ki Bijak mencontohkan.
Maula menghela nafas panjang mendengar percontohan yang diutarakan Ki Bijak;
“Benar Ki….., banyak orang menyombongkan kelebihan yang dimilikinya, padahal semuanya itu hanyanya titipan yang pada akhirnya akan diambil kembali oleh pemiliknya yang hakiki…..” Kata Maula.
“Dan Nak Mas tahu akibat kesombongan..? seperti singa tadi, karena kesombongannya, ia tidak bisa berfikir jernih, tidak bisa membedakan mana yang baik dan mana yang buruk, tidak bisa menerima kebenaran, mudah marah, mudah tersinggung, mudah sakit hati, mudah ngambek, mudah menyalahkan orang lain, suka cara kambing hitam untuk menutupi kebodohannya……, pun dengan kita, sekali kita dihinggapi kesombongan karena ketidak tahuan kita pada diri sendiri, maka kecelakaanlah yang menanti kita, seperti singa yang basah kuyup tercebur sungai karena mengira bayangannya adalah musuhnya…., seperti kita yang sering ‘salah’ dalam menilai seseorang, orang yang berniat baik pada kita dimusuhi, sementara orang yang berniat tidak baik malah dijadikan teman……” Kata Ki Bijak lagi.
“Benar ki…., seperti orang islam yang takut pada orang islam lainnya, karena yang satu berjenggot lebat, pakai gamis dan kopiah, sementara orang kafir, yang jelas-jelas memiliki misi untuk golongan mereka, dijadikan teman……” Kata Maula.
“Ya Nak Mas, seperti itu…..” Kata Ki Bijak.
“Lalu bagaimana caranya kita mengenali diri kita dengan baik ki…..?” Tanya Maula.
“Seperti Nak Mas tadi katakan, kita harus ‘bercermin’ agar kita bisa tahu seperti apa rupa kita, dan kita memiliki dua cermin sebagai sarana kita untuk mengenal diri dengan baik, cermin yang pertama, disini, dan cermin yang kedua ada disekitar kita….; Kata Ki Bijak sambil menunjuk dadanya.
“Cermin kita disini dan disekitar kita Ki…?” Tanya Maula sambil menirukan gerakan telunjuk Ki Bijak menunjuk dadanya.
“Benar Nak Mas, hati kita adalah cermin kita, hati kita adalah tempat kita bertanya mana yang baik dan mana yang buruk, hati kita adalah tempat kita berkaca manusia jenis apa kita ini….., adakah kita orang sombong, adakah kita orang rakus…., atau adakah kita orang yang patuh dan taat terhadap perintah Allah…?, teruslah berkaca dan bercermin pada hati kita, tanyakan pada hati kita, darimana kita berasal, dimana kita sekarang berada, dan akan kemana kita kembali kelak……, insya Allah ketika kita tahu bahwa kita adalah mahluk Allah yang diciptakan untuk semata mengabdi kepadaNya dengan sepenuh keikhlasan, niscaya kita tidak akan terjebak pada ‘kebodohan-kebodohan’ yang tidak perlu seperti singa dalam cerita yang Nak Mas katakan tadi….” Kata Ki Bijak.
“Ana mengerti Ki…, lalu apa cermin yang ada disekitar kita Ki….?” Tanya Maula lagi.
“Kita bisa bercermin pada orang-orang disekitar kita Nak Mas….., bisa istri, bisa anak, bisa teman, bisa atasan, bisa bawahan…., bagaimana sikap mereka terhadap kita adalah ‘pantulan’ dari bagaimana kita sikap kita pada mereka…..” Kata Ki Bijak.
“Ana masih belum paham Ki….” Kata Maula.
“Begini Nak Mas, kalau kita berlaku santun pada orang-orang disekitar kita, insya Allah merekapun akan memantulkan kesantunan yang sama pada kita….”
“Kalau kita menyayangi orang-orang sekitar kita, insya Allah merekapun akan menampilkan kasih sayang yang sama pada kita…,
“Kalau kita lemah lembut, kalau kita penyabar, kalau kita suka membantu, kalau kita ramah, insya Allah itu pulalah yang akan mereka tampilkan pada kita…,
“Sebaliknya, kalau kita mudah marah, cepat tersinggung, tidak respek pada orang lain, acuh tak acuh, sombong, angkuh, suka iri dan dengki, itu pulalah yang akan orang lain tampilkan pada kita…., singkatnya apa yang kita lakukan, itu pulalah yang akan terlihat dari sikap orang pada kita…., bagaimana sikap kita pada orang lain, seperti iu pulalah sikap orang pada kita…..” Kata Ki Bijak lagi.
“Jadi intinya pengenalan dan penguasaan diri itu sangat penting Nak Mas, karena dengan mengenal diri, kita akan memiliki control internal yang baik, yang insya Allah akan menyelamatkan kita dari kerugian yang tidak perlu….”Tambah Ki Bijak.
“Iya ki….., ana tidak menyangka bahwa cerita untuk Ade ternyata juga merupakan sebuah pelajaran bagi ana Ki……” Kata Maula.
“Ya Nak Mas…., sekali lagi kita bisa belajar dari mana pun, kapanpun dan dari siapapun, hanya diperlukan kepekaan kita untuk menangkap pesan yang kadang tidak tersurat secara jelas, melainkan tersirat dari rangkaian kata atau kejadian yang kita temukan….” Kata Ki Bijak.
“Iya ki……” Jawab Maula mengakhiri perbincangan.
Wassalam
January 10,2011
No comments:
Post a Comment