Alhamdulillah itu bukan sebatas kata tanpa makna Nak
Mas….” Kata Ki Bijak, demi mendengar Maula sedang mendengarkan CD untuk belajar
mengucapkan Alhamdulillah dalam segala keadaan.
“Maksud Aki….?Tanya Maula.
“Mengucap Alhamdulillah, itu baik dan bahkan sangat
dianjurkan sebagai salah satu ungkapan syukur kita kepada Allah atas segala
limpahan karunia dan nikmatNya yang selalu dan senantiasan kita terima; yang
kita harus ingat, bahwa ungkapan syukur dengan mengucap Alhamdulillah itu akan
harus ‘disempurnakan’…..” Kata Ki Bijak lagi.
“Mengucap Alhamdulillah harus disempurnakan
Ki..?”Tanya Maula lagi.
“Ya Nak Mas…."Alhamdulillah" bukanlah sebuah kata yang sekedar
diucapkan oleh lisan, meskipun diulan-ulang seribu kali...., akan tetapi
"Alhamdulillah" atas kenikmatan-kenikmatan adalah sampainya aliran
kenikmatan tersebut kepada orang yang membutuhkannya.
"Alhamdulillah"
nya si kaya adalah memberi pemberian kepada faqir miskin”,
"alhamdulillah" nya si kuat dengan
membantu kaum lemah”,
"alhamdulillah" nya si sehat dengan
membantu orang-orang sakit,
“Alhamdulillah”nya
penguasa adalah dengan mengayomi dan mensejahterakan rakyat..”
“Alhamdulillah”nya
pimpinan adalah dengan menjadi pemimpin yang adil bagi yang dipimpinnya..”
“Alhamdulillah”nya
orang yang dikarunia ilmu, adalah dengan mengamalkan dan mengajarkan ilmu
tersebut kepada sesamanya..”
“Alhamdulillah...,
adalah sebuah kata yang harus diterjemahkan dalam realitas rasa syukur yang
nyata....”
“Alhamdulillah”nya
seseorang yang dikaruniai keturunan adalah dengan menjaga dan mendidik anak
keturuannya dengan baik......” Kata Ki Bijak lagi.
Maula
manggut-manggut mendengar penuturan gurunya.
“Belum
dikatakan seseorang yang makan, kemudian dia sendawa, dan mengucap
Alhamdulillah,hingga ia mampu memberikan sebagian atau sedikit makanannya
kepada saudaranya yang lapar...”
“Belum
dikatakan orang yang menerima gaji yang besar, kemudian dia mengucap
alhamduillah, hingga ia memberikan sebagian penghasilannya kepada yang berhak
menerimanya....”
“Belum
dikatakan bersyukur, mereka yang diamanahi jabatan,kemudian ia mengucap
Alhamdulillah, hingga ia menggunakan wewenang dan jabatannya untuk kemaslahatan
orang banyak.....”
“Mereka,
yang sekedar komat-kamit mengucap Alhamdulillah, tanpa ada realisasi dari
perkataannya itu, maka ia belum benar-benar menjadi orang yang pandai
bersyukur.....” Kata Ki Bijak.
“Benar
ki..., seperti kemarin, ana kedatangan seorang teman non-muslim, dia fasih
banget mengucapkan kata alhamdulillahnya, pas ana Tanya artinya, dia bilang
ndak tahu, yang penting bilang Alhamdulillah saja kayak orang muslim
katanya.....” Kata Maula.
“Ya
Nak Mas..., jangankan orang non-muslim, seekor burung beo yang dilatih, bisa
mengucapkan kata Alhamdulillah dengan fasih..., dan kita...Aki yakin tidak ada
diantara kita yang mau disamakan dengan burung beo, yang hanya pandai
mengucapkan kata-kata, tapi tidak tahu makna dan aplikasinya dalam kehidupan
kita sehari-hari......” Kata Ki Bijak lagi.
“Iya
Ki, pasti marah seseorang dikatain sama dengan burung beo....” Kata Maula.
“Dan
karena kita bukan burung beo, makanya kita harus membuktikan ucapan
Alhamdulillah kita itu dalam aplikasi yang nyata....” Kata Ki Bijak.
“Iya
ki....., Ki, ana sering dengar orang bilang, boro-boro buat sedekah, buat
sendiri saja susah....., atau boro-boro ngasih makan orang lain, untuk diri
sendiri saja masih senin-kamis, dan seterusnya, itu gimana ki...?”Tanya Maula.
Ki
Bijak tersenyum mendengar penuturan Maula, “Boleh jadi mereka susah, karena
mereka tidak sedekah, atau boleh jadi mereka makan senin-kamis, karena mereka
tidak pernah memberi makan kepada orang lain.....;karena sebenarnya yang
‘diminta’ Allah dari kita itu hanya sedikit saja, dari sekian banyak karunia
Allah yang diberikan kepada kita, Allah tidak mewajibkan kita mengeluarkannya
setengahnya, atau bahkan tidak juga seperempatnya, Allah hanya ‘minta’ kita
untuk mengeluarkan sedikit saja, 2,5% untuk zakat, kalau pendapatan kita satu
juta misalnya, hanya 25 ribu yang harus kita keluarkan, yang kalau
dibelanjakan, tidak lebih dari lima bungkus rokok yang dibuang percuma.....”
Kata Ki Bijak.
“Kalau
misalnya pendapatan kita lebih kecil..., atau apa yang kita miliki sedikit ki?
Tanya Maula.
“Kita
hanya punya tiga potong tempe dirumah misalnya, kalau kita kasih satu potong
kepada orang yang membutuhkannya, tidak akan membuat kita kelaparan, end toh
kita masih punya dua potong yang bisa kita makan...”
“Kalau
pendapatan kita lima ratus ribu misalnya, kita keluarkan 2.5%nya, yaitu 12,500,
toh tidak akan menjadikan kita jatuh miskin,end toh kita masih punya
487,500......;
“Jadi
sebenarnya ketakutan untuk jatuh miskin, ketakutan akan kelaparan, adalah
ketakutan yang sangat-sangat tidak beralasan, apalagi dengan jaminan Allah yang
menyatakan mereka yang bersyukur, mereka yang bersedekah justru akan ditambah
nikmatnya.....” kata Ki Bijak sambil mengutip ayat al qur’an:
7. Dan (ingatlah juga),
tatkala Tuhanmu memaklumkan; "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti kami
akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), Maka
Sesungguhnya azab-Ku sangat pedih".
261. Perumpamaan (nafkah
yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan
Allah[166] adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir,
pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa
yang dia kehendaki. dan Allah Maha luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui.
[166] pengertian menafkahkan harta di jalan Allah
meliputi belanja untuk kepentingan jihad, pembangunan perguruan, rumah sakit,
usaha penyelidikan ilmiah dan lain-lain.
“Iya ki…..; semoga ana bisa
melaksanakan ‘Alhamdulillah’ ini dengan sebenar-benarnya, bukan hanya dimulut,
tapi juga bisa diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari….” Kata Maula.
“Tidaklah Allah memerintahkan kita untuk
bersyukur, untuk bersedekah, untuk berinfaq,untuk menolong sesama, melainkan
disana ada selaksa kebaikan yang Allah janjikan untuk kita, bukan untuk Allah….!”
Kata Ki Bijak lagi.
“Iya ya Ki…;kalaupun seluruh manusia tidak ada
yang bersyukur, Allah tetaplah Allah, sama sekali tidak mengurangi kapasitasNya
sebagai Dzat yang Maha Berkuasa atas segala sesuatu…”Kata Maula.
“Ini buat oleh-oleh Nak Mas, untuk diresapi dan
diamalkan…” Kata Ki Bijak sambil membacakan beberapa hadits mengenai keutamaan
bersedekah.
"Sesungguhnya sedekah
seseorang walau hanya sesuap, akan dikembang biakkan olehNya seperti gunung,
maka bersedekahlah." (HR Bukhari Muslim)
“Insya Allah Ki…..” Kata Maula
sambil bersiap mengambil air wudhu untuk menunaikan shalat ashar.
Wassalam
mohon copas
ReplyDelete