Thursday, March 13, 2008

JAM DINDING

“Sedang lihat apa Nak Mas.........?” Tanya Ki Bijak yang melihat Maula sedang menatap dinding dengan sangat seksama.

“Oooh, ini ki, ana sedang memperhatikan jam dinding itu.........” Kata Maula sedikit kaget.

“Ada apa dengan jam dinding itu Nak Mas.......?” Tanya Ki Bijak.

“Ana sedang merenungkan bahwa ternyata bilangan umur kita, tidak lebih dari putaran jarum jam dinding itu ya ki......” Kata Maula.

“Maksud Nak Mas.....?” Tanya Ki Bijak lagi.

“Iya ki, sekarang usia ana sudah kepala tiga, tapi sebenarnya bilangan yang sedemikian banyak itu, hanya merupakan akumulasi dari putaran jarum jam itu, detik demi detik, menit demi menit, jam, hari, minggu, tahun dan windu, semuanya hanya terbilang dari angka satu sampai angka dua belas saja ki..........” Kata Maula.

Ki Bijak tersenyum mendengar penjelasan Maula, “Itulah kenapa Allah sangat menekankan betapa waktu itu sangat penting, berkali-kali Allah bersumpah ‘atas nama waktu’, demi masa, demi waktu dhuha, demi waktu malam, demi waktu fajar, yang menurut pendapat banyak kalangan, ini adalah sebuah isyarat dari Allah agar kita tidak melalaikan waktu sebagai modal dasar yang Allah karuniakan kepada kita.......” Kata Ki Bijak.

“Iya ki, ana jadi kefikiran, kalau setiap orang dikarunia waktu yang sama, lalu kenapa ‘jarak tempuh keberhasilan’ setiap orang berbeda-beda yang ki......” Kata Maula

“Nak Mas masih ingat dengan diskusi kita tempo hari – Dari balik kemudi.....?” Tanya Ki Bijak.

“Ya ki, ana ingat................” Kata Maula.

“Salah satu faktor yang membuat seorang pengemudi mampu mencapai jarak tempuh yang lebih jauh dengan waktu yang sama adalah ketrampilan pengemudi itu dalam memanfaatkan waktu serta momentum yang ada.....” Kata Ki Bijak.

“Ana masih belum paham ki...........” Kata Maula.

“Dalam kehidupan seseorang, ketrampilan dan kebijaksanaan kita dalam memanfaatkan waktu dan momentum yang tersedia, akan sangat menentukan sejauh mana seseorang dapat melaju dan menempuh jarak keberhasilan yang diinginkannya...........”

“Orang hebat, orang berhasil, orang sukses, bukanlah mereka yang bisa menambah deretan angka pada jam dinding itu, misalnya dengan menambah angka tiga belas, empat belas dan seterusnya, bukan itu, mereka yang ‘berhasil’ adalah mereka yang bisa memanfaatkan setiap detak putaran jarum jam itu untuk hal-hal yang berharga dan bermanfaat bagi dirinya...........” Sambung Ki Bijak.

“Untuk keberhasilan bathiniahnya, seorang yang hebat, akan mengisi setiap detik jarum jam dan setiap detak jantungnya untuk berdzikir kepada Allah, dengan bertasbih, dengan bertahmid, dengan bertakbir, dan beristighfar memohon ampunan kepada Rabb-nya....

“Sementara untuk keberhasilan lahiriahnya, seorang yang hebat akan memanfaatkan waktunya untuk belajar hal-hal positif, dengan membaca buku-buku yang bermutu, untuk bekerja dijalan yang benar, untuk berjihad dijalan Allah, serta untuk memenuhi tanggung jawab dan kewajibannya sebagai manusia kepada Allah swt, mereka yang ‘berhasil’, memaknai waktu dan hari-harinya untuk sesuatu yang bernilai dan bermakna disisi Allah.................” Kata Ki Bijak.

“Sebaliknya, para pecundang, mereka yang ‘kalah’ adalah mereka yang tidak mampu memaknai waktunya dengan baik, hari-harinya dihabiskan untuk mengkhayalkan kesenangan semu, detik-detiknya dilalui tanpa pernah peduli apapun, hobinya ‘menghabiskan waktu’, dengan berkelakar, dengan bergunjing, dengan debat kusir, dengan hobinya yang kadang tidak berdasar.......”

“Ciri utama golongan ini adalah mereka yang hanya menghitung hari, kapan hari dan tanggal gajian, sementara pekerjaan menumpuk tak pernah dihiraukan, kapan lebaran, sementara shaumnya asal-asalan, kapan cuti panjang, sementara teman harus lembur tak pernah kepikiran, kapan naik gaji, sementara prestasi tak pernah masuk hitungan, kapan promosi, sementara kompetensinya pas-pas-an, umurnya terus bertambah, sementara amalnya tidak pernah meningkat, usianya tambah lanjut, sementara ilmunya tetap jalan ditempat, dan dipenghujung cerita, manusia dari kelompok ini cenderung menjadi orang-orang ‘kalah’............”

“Mereka akan bingung setelah tanggal gajian yang hanya cukup untuk setengah bulan, mereka akan ‘terlihat’ kerepotan manakala ditanya pekerjaan, mereka akan meradang manakala ada orang lain naik jabatan, karena memang hanya itulah yang mereka bisa lakukan, dan mereka itulah orang-orang yang akan merugi..........” Kata Ki Bijak lagi.

1. Demi masa.
2. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian,
3. Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.


“Nak Mas perhatikan jam dinding itu lagi...............” Kata Ki Bijak sambil menunjuk jam dinding yang tadi.

Dengan segera Maula menoleh kearah yang ditunjukan Ki Bijak.

“Nak Mas perhatikan, jarum jam itu terus berputar searah, maju terus, dan pernah berputar mundur kearah sebaliknya..........” Kata Ki Bijak.

“Semua jam memang begitukan ki.......” Kata Maula.

“Dibalik kesederhanaan gerak jarum jam yang kita pahami selama ini, disana ada sebuah pesan bahwa waktu terus bergerak maju, tambah bilangan usia kita, sejatinya berkuranglah sisa jatah hidup kita......”

“Kemudian pesan yang kedua dari arah dan gerak jarum jam itu adalah bahwa hidup kita ini terus bergerak, kita tidak bisa diam menghitung hari dan waktu menggerogoti waktu kita tanpa sesuatu yang berarti buat bekal kita kelak, berhenti kita, maka kita akan tergilas oleh lintasan jaman, mundur kita, jurang kehancuran, mengangga menanti kita.............” kata Ki Bijak.

Maula kembali memperhatikan jam dinding yang terus berdetak, degup jantung terasa semakin keras, demi menyadari bahwa dalam bilangan usianya yang sudah berkelapa tiga, masih banyak sekali detik-detik yang terlalui tanpa menginngat Allah, Maula menjadi sedemikian ‘takut’, demi menyadari waktu yang telah terlewati tidak mungkin terganti.

“Kita tidak mungkin mengganti waktu yang telah lalu Nak Mas, satu-satunya yang mungkin kita lakukan adalah melakukan hal terbaik dalam sisa waktu kita...........” kata Ki Bijak seperti membaca apa yang terlintas dibenak Maula.

“Iya ki, semoga ana diberi kesempatan untuk melakukan hal terbaik disisa umur ana, semoga pula dengan Aki, ya Ki............” kata Maula.

“Amiin..........” Kata Ki Bijak mengakhiri perbincangan sambil menuju tempat wudlu untuk bersiap menyambut tibanya waktu shlat.

Wassalam.

Maret 12, 2008

No comments:

Post a Comment