Wednesday, April 27, 2011

DARI ULAT BULU

“Sampai sekarang, ana masih belum mengerti dengan maraknya ‘serangan’ ulat bulu dibeberapa daerah ki….” Kata Maula, ketika berbincang mengenai fenomena merebaknya ulat bulu akhir-akhir ini.

Ki Bijak menghela nafas panjang mendengar pernyataan Maula, “Aki juga belum mengerti benar dengan apa yang terjadi akhir-akhir ini Nak Mas, yang Aki mengerti hanyalah sebatas bahwa kita harus berfikir dan tafakur dengan apa yang sekarang terjadi….” Kata Ki Bijak.

“Iya ki…, kalau dengar komentar orang-orang dimedia sih, katanya karena adanya anomali cuaca, kemudian ada lagi yang mengatakan karena berkurangnya pemangsa alami dari ulat-ulat itu, dan masih banyak lagi komentar mengenai fenomena ini ki……” Kata Maula.

“Boleh jadi pendapat dan komentar mereka benar Nak Mas, bahwa perubahan cuaca yang ekstrim membuat fenomena ini terjadi, atau berkurangnya pemangsa alami dan terputusnya rantai makanan, membuat populasi ulat ini tidak terkendali…, tapi mari coba kita fikir lagi mengenai pendapat-pendapat itu, bukan untuk mendebat, tapi hanya untuk mempelajari lebih dalam, sehingga kemudian kita bisa menemukan sesuatu yang mungkin bisa kita ambil hikmahnya Nak Mas…..”

“Kalau orang berpendapat bahwa fenomena ulat ini karena anomali cuaca, bukankah anomali cuaca ini terjadi hampir diseluruh Indonesia, dan bahkan juga terjadi dibelahan dunia lain…?, lalu kenapa fenomena ulat ini hanya terjadi dibeberapa daerah, dan bukan diseluruh Indonesia misalnya….?” Ki Bijak berpendapat dengan setengah bertanya.

“Iya ya ki, perubahan cuaca juga terjadi di luar jawa, disumatra, disulawesi, dikalimantan, di Irian jaya, tapi kenapa di jawa pun tidak semua daerah diserang ulat bulu…?” Kata Mauala memperkuat argument Ki Bijak.

“Jadi menurut pendapat Aki, ada hal lain yang menyebabkan fenomena ini terjadi, selain adanya anomaly cuaca, ada rahasia yang kita belum tahu, hikmah apa yang ada dibaliknya……” Kata Ki Bijak lagi.

Maula mengangguk-angguk mendengarkan penuturan gurunya;

“Kemudian lagi, ada pendapat yang mengatakan fenomena ini karena terputusnya rantai makanan, sehingga terjadi ketidak seimbangan alam, boleh jadi itu benar, tapi sama seperti pertanyaan pertama, bukankah hilang atau berkurangnya pemangsa alami ulat ini bukan hanya terjadi didaerah tertentu, tapi terjadi hampir diseluruh pelosok negeri…, Nak Mas lihat, disekitar kitapun sekarang ini jarang sekali ditemui burung-burung yang dulu banyak hinggap dan pergi dipepohonan itu, pun dengan tempat-tempat lain, burung atau pemangsa alami ulat lainnya sudah jauh berkurang, tapi kenapa hanya ditempat tertentu saja terjadi ‘serangan’ ulat bulu itu…?” Tanya Ki Bijak lagi.

“Benar ki…., lalu bukan hanya ulat yang pemangsa alaminya berkurang, ular, sebagai pemangsa alami tikus juga hampir punah, tapi tidak atau belum terjadi fenomena serangan tikus, dan masih banyak hama yang sudah kehilangan pemangsa alaminya, tapi sekarang ini hanya ulat bulu yang merebak…..” Kata Maula.

“Mudah-mudahan jangan ada serangan tikus atau hama lainnya Nak Mas, mudah-mudahan juga fenomena ulat bulu ini ‘sekedar’ teguran dari Allah, dan bukan adzab Allah seperti yang pernah Allah timpakan kepada kaum fir’aun yang membangkang perintah_Nya….” Kata Ki Bijak sambil mengutip ayat al qur’an;

130. Dan Sesungguhnya kami Telah menghukum (Fir'aun dan) kaumnya dengan (mendatangkan) musim kemarau yang panjang dan kekurangan buah-buahan, supaya mereka mengambil pelajaran.

131. Kemudian apabila datang kepada mereka kemakmuran, mereka berkata: "Itu adalah Karena (usaha) kami". dan jika mereka ditimpa kesusahan, mereka lemparkan sebab kesialan itu kepada Musa dan orang-orang yang besertanya. Ketahuilah, Sesungguhnya kesialan mereka itu adalah ketetapan dari Allah, akan tetapi kebanyakan mereka tidak Mengetahui.

132. Mereka berkata: "Bagaimanapun kamu mendatangkan keterangan kepada kami untuk menyihir kami dengan keterangan itu, Maka kami sekali-kali tidak akan beriman kepadamu".

133. Maka kami kirimkan kepada mereka taufan, belalang, kutu, katak dan darah[558] sebagai bukti yang jelas, tetapi mereka tetap menyombongkan diri dan mereka adalah kaum yang berdosa.

134. Dan ketika mereka ditimpa azab (yang Telah diterangkan itu) merekapun berkata: "Hai Musa, mohonkanlah untuk kami kepada Tuhamnu dengan (perantaraan) kenabian yang diketahui Allah ada pada sisimu[559]. Sesungguhnya jika kamu dapat menghilangkan azab itu dan pada kami, pasti kami akan beriman kepadamu dan akan kami biarkan Bani Israil pergi bersamamu".

135. Maka setelah kami hilangkan azab itu dari mereka hingga batas waktu yang mereka sampai kepadanya, tiba-tiba mereka mengingkarinya.

136. Kemudian kami menghukum mereka, Maka kami tenggelamkan mereka di laut disebabkan mereka mendustakan ayat-ayat kami dan mereka adalah orang-orang yang melalaikan ayat-ayat kami itu.

[558] Maksudnya: air minum mereka beubah menjadi darah.
[559] Maksudnya: Karena Musa a.s. Telah dianugerahi kenabian oleh Allah, sebab itu mereka meminta dengan perantaraan kenabian itu agar Musa a.s.memohon kepada Allah.

Maula dengan seksama memperhatikan ayat-ayat dalam surat al A’raf tersbut;

“Naudzubillah…., jadi kaum fir’aun juga pernah ditimpa adzab berupa hama juga ya ki…..” Kata Maula.

“Aki khawatir bahwa ulat bulu ini adalah bentuk lain dari adzab Allah yang dulu pernah Allah timpakan kepada kaum fir’aun, meski bentuknya beda, namun pemicunya sangat mirip sekali Nak Mas…., Fir’aun dan kaumnya dihukum Allah karena mereka mengingkari nikmat Allah, ketika kemakmuran datang, mereka lupa pada Allah, mereka menyombongkan diri bahwa keberhasilan dan kemakmurannya adalah semata hasil jerih payah mereka, kemudian mereka juga tidak mau mendengar atau mengindahkan perintah Allah dan melanggar apa yang dilarangnya, singkatnya mereka telah melampau batas, sehingga Allah menghukumnya dengan hukuman yang teramat pedih seperti itu…..” Kata Ki Bijak.

“Ki…., adakah sikap kita dizaman ini sudah seperti sikap kaum fir’aun….?” Tanya Maula dengan berhati-hati.

“Naudzubillah…., mudah-mudahan tidak Nak Mas, meski kita juga tidak bisa memungkiri bahwa ‘gejala’ semacam itu telah nampak disekitar kita…..”

“Nak Mas lihat berapa banyak peringatan Allah yang dengan mudah kita abaikan, bencana demi bencana, letusan gunung merapi, gempa bumi yang susul menyusul, angin puting beliung yang melanda, bahkan tsunami-pun pernah kita alami dan rasakan, tapi semua itu, semua bencana dan teguran itu, sepertinya sama sekali tidak membekas dihati kita……”

“Masih dengan mudah kita melanggar perintah Allah, masih dengan mudah kita melakukan apa yang dilarang_Nya, masih dengan mudah kita berkata lantang bahwa kemakmuran dan keberhasilan kita adalah karya kita, hasil jerih payah kita, hasil keringat kita, kita sama sekali tidak pernah menyebut-nyebut nama Allah yang sesungguhnya telah memberikan kita kemakmuran dan keberhasilan kepada kita, demi Allah, tidak akan ada kemakmuran atau keberhasilan tanpa izin dan kehendak_Nya…..;

“Belum lagi kalau kita melihat berbagai macam kemaksiatan terpampang dengan gamblang didepan mata kita, berita korupsi hampir tiap hari, berita orang bunuh diri, menjadi konsumsi sehari-hari, berita pembunuhan seperti sebuah kelaziman, berita kerusuhan, berita bentrokan, berita pertikaian, seperti sesuatu yang lumrah terjadi sekarang ini……; Kata Ki Bijak.

“Belum lagi berita ketidak adilan pemimpin, belum lagi kesemena-menaan pejabat, belum lagi cerita wakil rakyat yang bermoral bejat, digaji, diberi fasilitas, diberi wewenang dan jabatan, tapi kerjanya hanya nonton video porno ya ki….” Tambah Maula

“Ya Nak Mas, apapun penyebabnya, fenomena ulat bulu ini mesti kita pelajaran, kita harus lebih dalam lagi tafakur dan instrospeksi kedalam diri kita masing-masing, karena meski kejadian ini tidak menimpa kita secara langsung, tidak lantas kita boleh merasa bahwa bukan kita yang dimaksud, bukan kita yang hendak diberi peringatan oleh Allah, karena apapun, dimanapun, kapanpun, apa yang kita lihat, apa yang kita dengar, apa yang kita rasakan merupakan ‘isyarat’ dari Allah agar kita berfikir……” Kata Ki Bijak.

“Iya ki…, kalau kita mau tafakur sejenak, tidak mungkin ulat-ulat itu datang dengan sendirinya secara bersamaan, dengan ukuran dan jenis yang sama, datang kedaerah yang sama, ulat-ulat itu hanya mungkin ‘melakukan’ semuanya hanya dengan perintah dan kehendak Allah…..” Kata Maula.

“Ya Nak Mas, tidak ada partikel sekecil apapun yang bisa bergerak tanpa izin dan kehendak_Nya, dari sini saja, seharusnya mampu menambah keimanan kita bahwa Allah_lah Dzat yang Maha segala-galanya…..” Kata Ki Bijak.

“Iya ki, semoga fenomena ulat ini segera berakhir,dan semoga pula hal ini menyadarkan kita, menambah keimanan kita pada Allah swt…” Tambah Maula.

“Amiin…..” Ki Bijak mengamini.

Wassalam

April 25,2011

No comments:

Post a Comment