“STKHI….?, apa itu STKHI Nak Mas…..? Tanya Ki Bijak
“STKHI itu Sekolah Tinggi Kambing Hitam Indonesia ki…., istilah ini untuk menggambarkan mereka yang bisanya hanya menyalahkan orang lain ketika terjadi sesuatu….., seperti kekalahan timnas kemarin ki…, pasti ‘kambing hitam’ laku keras, ada yang menyalahkan pelatih, ada yang menyalahkan pemain, ada yang menyalahkan pengurus, ada yang menyalahkan wasit dan lain sebagainya…., hampir tidak ada orang yang mencoba mengambil pelajaran dari setiap kekalahan atau bagaimana meningkatkan kualitas permainan kita sendiri, yang muncul selalu pengkambing hitaman suatu pihak, sepertinya orang-orang kita memang kebanyakan alumnus dari STKHI ini…….”Kata Maula
“Beda dengan dinegara lain, biasanya penanggung jawab atau pejabat terkait akan mengambil alih masalah dan dengan gentle mereka mengakui bahwa dia yang bertanggung jawab…….” Kata Maula.
Ki Bijak menghela nafas panjang demi mengetahui STKHI yang dimaksud Maula, “STKHI ataupun IBI bukanlah cerminan pemimpin yang baik Nak Mas….” Kata Ki Bijak.
“IBI…., apa itu IBI ki…?” Tanya Maula heran.
“Institut Berkelit Indonesia Nak Mas……” Jawab Ki Bijak sambil tersenyum
“Waah Aki bisa juga membuat istilah gaul…..” Kata Maula sambil tersenyum pula.
“Aki hanya ikutan Nak Mas saja…, terlepas dari istilah apapun yang digunakan, seorang pemimpin mestinya bisa belajar dari genting itu Nak Mas….” Kata Ki Bijak sambil menunjuk genting pondok yang berada tepat didepan mereka.
Dengan segera Maula menengok dan memperhatikan genting yang ditunjuk gurunya, “Seorang pemimpin harus belajar dari genting itu ki…?” Tanya Maula.
Ki Bijak mengangguk…” Nak Mas perhatikan bagaimana genting-genting itu bisa berada diatas…, genting-genting itu tidak akan bisa ‘ongkang-ongkang’ atas kalau dibawahnya tida ada pondasi yang kuat, kalau dibawahnya tidak ditopang tembok dan kusen yang kokoh, kalau dibawahnya dilandasi oleh kayu dang reng tempatnya berpijak sekarang ini…….” Kata Ki Bijak
Maula diam sejenak, “Genting berada diatas karena ada pondasi yang kuat, karena ada tembok dan kusen yang kokoh dan karena ada reng dan kayu tempatnya berpijak..hmmmh, lalu apa hubungannya dengan pemimpin ki….?” Tanya Maula.
“Seorang pemimpin, seorang manager, seorang ketua umum atau bahkan seorang presiden sekalipun, tidak akan bisa diposisinya sekarang, jika mereka tidak disokong oleh bawahan, oleh anak buah atau oleh rakyatnya….”
“Seorang manager misalnya, ia bisa menduduki posisinya sekarang, karena ia didukung oleh staff, karena ia didukung oleh supervisor, karena ia didukung oleh assistan yang membantunya melaksanakan pekerjaan…., hingga kemudian ia bisa mendapatkan nilai dari atasannya, baik kerja bawahan, baik pula nilai manager dimata atasan, jelek kerja bawaha, jelek pula nilai manager dimata atasannya, karenanya seorang manager tidak boleh enak-enakan, tidak boleh berlepas tangan, tidak boleh berlepas tanggung jawab, tidak boleh pura-pura tidak tahu, tidak boleh hanya bisa menyalahkan bawahan, karena jika bawahan atau anak buah selalu dikambing hitamkan atas semua kesalahan, yang terjadi adalah bukan hanya anak buah itu yang akan stress dan tertekan, tapi sang manager juga akan menanggung akibat dari kerja anak buahnya…”
“Persis seperti genting-genting itu Nak Mas…., manakala genting-genting yang diatas itu tidak mau menerima panas dan teriknya matahari, ketika genting-genting yang diatas itu tidak mau menerima siraman air hujan, dan membiarkan panas dan air itu membasahi reng, menyimari kusen, membasai tembok, maka pada gilirannya para penopang genting itu akan rapuh….., dan ketika para penopangnya rapuh…, maka dengan sendirinya gentingpun akan itu jatuh dan hancur karenanya….” Papar Ki Bijak.
Maula diam sejenak, sebelum kemudian mengangguk tanda mengerti, “ Ana mengerti ki….”
“Seorang pelatih atau pengurus sepakbola yang hanya mengkambing hitamkan pemainnya manakala timnya kalah.., maka pelatih dan pengurus itu akan hancur….”
“Seorang menteri, yang tidak mau tahu apa dan bagaimana pekerjaan anak buahnya, dan tidak mau bertanggung jawab terhadap kesalahan yang dibuat anak buahnya, maka menteri itu akan hancur…”
“Seorang department head, yang hanya mencari kambing hitam, ketika departmennya mengalami kerugian, maka orang itu akan hancur ya ki….” Kata Maula.
“Ya Nak Mas…., siapapun dia, apapun yang dipimpinnya, manakala dia hanya pandai mencari kambing hitam atas masalah ditempat ia memimpin, maka tanggal kehancurannya hanya tinggal menghitung hari…..” Kata Ki Bijak lagi.
“Seorang pemimpin harus solutif ya ki…, bukannya intimidatif….” Kata Maula.
“Ya Nak Mas, seperti genting yang rela kepanasan dan kehujanan untuk melindungi bagian-bagian dibawahnya, agar ia tetap bisa berada diatas….” Kata Ki Bijak mengakhiri perbincangan.
No comments:
Post a Comment