Friday, November 21, 2008

API TAKKAN PADAM DENGAN API

“Nak Mas pernah lihat orang memadamkan kobaran api dengan api lagi..............?” Tanya Ki Bijak, menjawab pertanyaan Maula mengenai bagaimana menghadapi orang yang sedang marah.

“Belum pernah ki............” Jawab Maula pendek, ia sengaja tidak melanjutkan jawabannya, karena tahu bahwa apa yang dikatakan gurunya adalah sebuah tamsil.

“Dan mungkin Nak Mas tidak akan pernah melihat orang memadamkan kobaran api dengan api lagi, karena kobaran api hanya akan padam ketika kita siram dengan air, selain dengan cara melokalisir kobaran api itu dari hembusan yang kencang................” Kata Ki Bijak.

“Artinya apa ki..............?’ Tanya Maula.

“Kemarahan, ibarat kobaran api yang menjalar panas Nak Mas, dan ketika kita menghadapi orang yang sedang marah, baik itu istri kita, teman kita, anak kita atau siapapun, kita tidak bisa menghadapinya dengan kemarahan juga, karena hal itu hanya akan memperparah keadaan.............., misalnya karena sesuatu hal, istri kita marah, cemberut atau mendiamkan kita, jangan sekali-kali kita kemudian berbuat hal yang sama, karena hal itu tidak akan pernah menyelesaikan masalah, justru sebaliknya, Nak Mas harus datang dan menghadapi istri yang sedang marah itu dengan sifat air yang teduh untuk mendinginkan suasana..............” Kata Ki Bijak.

“Tapi ki, kadang suka kesel juga kalau pulang kerja, disambut dengan sikap yang kurang ramah dari istri, kayaknya pengin marah juga ki...........” Kata Maula.

Ki Bijak tersenyum; “Apakah dengan kita marah kemudian istri kita jadi tersenyum Nak Mas............?” Tanya Ki Bijak.

“Ya tidak sih ki, tapi kalau kita diampun, nanti dikirannya nanti kita lemah ki............” tanya Maula masih penasaran.

Ki Bijak kembali tersenyum; “Nak Mas, yang berpendapat bahwa dengan diam itu berarti kita lemah, itukan ego kita Nak Mas, tapi tidak demikian dengan pendapat Rasul; beliau bersabda bahwa "Orang yang kuat bukanlah yang jago gulat, tetapi (orang yang kuat itu) orang yang mampu menahan diri-nya ketika marah", jadi sekali lagi, diam kita, bukan berarti kita lemah dihadapan istri kita, justru dengan kita menahan diri, diharapkan akan timbul kesadaran dari istri kita, bahwa mendiamkan seorang suami, adalah sebuah dosa besar yang dilaknat Allah swt..............” Kata Ki Bijak lagi.

Maula diam sejenak, berusaha memahami pitutur gurunya.

“Nak Mas, kita tidak perlu takut untuk dikatakan lemah hanya karena kita menahan diri untuk tidak terlibat pertengkaran yang lebih besar dengan istri kita, karena secara fitrah, seorang lelaki memang diciptakan Allah lebih ‘kuat’ dari perempuan, selain kaum laki-laki juga diamanahi sebagai pemimpin bagi kaum perempuan, dan dalam hemat Aki, seorang pemimpin yang baik, bukanlah mereka yang dengan mudah meledak dan kemudian marah-marah dalam menghadapi berbagai persoalan yang menghadangnya..............” Kata Ki Bijak sambil mengutip sebuah ayat dalam surat An-Nissa;

34. Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh Karena Allah Telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain (wanita), dan Karena mereka (laki-laki) Telah menafkahkan sebagian dari harta mereka. sebab itu Maka wanita yang saleh, ialah yang taat kepada Allah lagi memelihara diri[289] ketika suaminya tidak ada, oleh Karena Allah Telah memelihara (mereka)[290]. wanita-wanita yang kamu khawatirkan nusyuznya[291], Maka nasehatilah mereka dan pisahkanlah mereka di tempat tidur mereka, dan pukullah mereka. Kemudian jika mereka mentaatimu, Maka janganlah kamu mencari-cari jalan untuk menyusahkannya[292]. Sesungguhnya Allah Maha Tinggi lagi Maha besar.

[289] Maksudnya: tidak berlaku curang serta memelihara rahasia dan harta suaminya.

[290] Maksudnya: Allah Telah mewajibkan kepada suami untuk mempergauli isterinya dengan baik.

[291] Nusyuz: yaitu meninggalkan kewajiban bersuami isteri. nusyuz dari pihak isteri seperti meninggalkan rumah tanpa izin suaminya.

[292] Maksudnya: untuk memberi pelajaran kepada isteri yang dikhawatirkan pembangkangannya haruslah mula-mula diberi nasehat, bila nasehat tidak bermanfaat barulah dipisahkan dari tempat tidur mereka, bila tidak bermanfaat juga barulah dibolehkan memukul mereka dengan pukulan yang tidak meninggalkan bekas. bila cara pertama Telah ada manfaatnya janganlah dijalankan cara yang lain dan seterusnya.

Maula menelaah kembali ayat yang baru saja dibacakan gurunya; mimiknya nampak serius sekali;

“Wanita memang sosok mahluk unik Nak Mas, al qur’an menggambarkan wanita sebagai ujian bagi laki-laki, sebagai pakaian, dan bahkan sebagai ‘musuh’ bagi kaum Adam....”Kata Ki Bijak sambil mengutip beberapa ayat al qur’an;

187. Dihalalkan bagi kamu pada malam hari bulan puasa bercampur dengan isteri-isteri kamu; mereka adalah Pakaian bagimu, dan kamupun adalah Pakaian bagi mereka. Allah mengetahui bahwasanya kamu tidak dapat menahan nafsumu, Karena itu Allah mengampuni kamu dan memberi ma'af kepadamu. Maka sekarang campurilah mereka dan ikutilah apa yang Telah ditetapkan Allah untukmu, dan makan minumlah hingga terang bagimu benang putih dari benang hitam, yaitu fajar. Kemudian sempurnakanlah puasa itu sampai (datang) malam, (tetapi) janganlah kamu campuri mereka itu, sedang kamu beri'tikaf[115] dalam mesjid. Itulah larangan Allah, Maka janganlah kamu mendekatinya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepada manusia, supaya mereka bertakwa.

[115] I'tikaf ialah berada dalam mesjid dengan niat mendekatkan diri kepada Allah.



14. Hai orang-orang mukmin, Sesungguhnya di antara Isteri-isterimu dan anak-anakmu ada yang menjadi musuh bagimu[1479] Maka berhati-hatilah kamu terhadap mereka dan jika kamu memaafkan dan tidak memarahi serta mengampuni (mereka) Maka Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.(At_taghabun)

[1479] Maksudnya: kadang-kadang isteri atau anak dapat menjerumuskan suami atau ayahnya untuk melakukan perbuatan-perbuatan yang tidak dibenarkan agama.


“Lalu bagaimana kita harus bersikap....?” Tanya Maula.

“Nak Mas pernah dengar orang yang mengatakan wanita diciptakan dari tulang rusuk lelaki....? atau tepatnya al qur’an membahasakan “Dia menciptakan kamu dari seorang diri Kemudian dia jadikan daripadanya isterinya, kata ‘daripadanya’ inilah yang kemudian ditakwilkan sebagai tulang rusuk.........” kata Ki Bijak.

6. Dia menciptakan kamu dari seorang diri Kemudian dia jadikan daripadanya isterinya dan dia menurunkan untuk kamu delapan ekor yang berpasangan dari binatang ternak. dia menjadikan kamu dalam perut ibumu kejadian demi kejadian dalam tiga kegelapan[1306]. yang (berbuat) demikian itu adalah Allah, Tuhan kamu, Tuhan yang mempunyai kerajaan. tidak ada Tuhan selain Dia; Maka bagaimana kamu dapat dipalingkan? (Az-zumar)

[1306] tiga kegelapan itu ialah kegelapan dalam perut, kegelapan dalam rahim, dan kegelapan dalam selaput yang menutup anak dalam rahim.

“Pernah ki..............” Kata Maula.

“Dari sinilah kemudian banyak orang menggambarkan keunikan sosok wanita, Nak Mas pernah berpikir kenapa wanita tidak diciptakan dari tulang kepada, atau tulang kaki atau tulang-tulang lainnya....?” Tanya Ki Bijak.

“Tidak ki...........” Kata Maula.

“Kenapa wanita tidak diciptakan dari tulang kepala, karena memang wanita tidak dilahirkan sebagai pemimpin, seperti ayat 34 dalam surah An-nissa tadi, bahwa lelaki_lah yang secara kodrati dilahirkan sebagai pemimpin......”

“Kemudian kenapa wanita tidak diciptakan dari tulang kaki, karena wanita tidak dilahirkan untuk diinjak-injak, tapi untuk dihormati....”

“Lalu juga kenapa wanita diciptakan dari tulang rusuk yang terletak dekat dengan tangan, itu sebagai simbol bahwa wanita adalah sosok yang harus dilindungi.........”

“Dan karena wanita tercipta dari tulang rusuk yang bengkok itulah kemudian kita harus berhati-hati menanganinya, ketika kita terlalu lemah, maka ia akan bengkok selamanya, tapi ketika kita terlalu keras untuk meluruskannya, maka ia akan patah....”

“Tapi dibalik semua itu,tulung rusuk ini, memiliki fungsi vital untuk melindungi hati dari berbagai hal, seperti layaknya kelembutan sosok perempuan yang mampu membuat ketenangan dan ketentraman hati seorang suami/laki-laki.........” Kata Ki Bijak.

“Subhanallah, demikian besar makna penciptaan wanita ini ya ki..........” Kata Maula.

“Ya, sangat besar Nak Mas, karenanya sebagai seorang laki-laki, sebagai seorang pemimpin, kita bertanggung jawab dunia akhirat untuk membimbing istri-istri kita untuk bersama-sama menggapai ridho_Nya, dengan cara yang patut, dengan cara yang bijak, dengan cara yang tidak bersinggungan dengan karakteristik sosok wanita itu sendiri, sehingga kita bisa seiring-sejalan menapaki rumah tangga yang mawadah wa rahmah hingga akhir hayat kelak.............” kata Ki Bijak lagi.

Maula menggangguk, ia bersyukur senantiasa mendapat nasehat bijak dari gurunya untuk berbagai hal yang ia temui dalam perjalanan hidupnya.

Wassalam

November 21,2008

No comments:

Post a Comment