“Setidaknya ada tiga hal yang akan membuat kita terpuruk dalam kehidupan dan agama kita Nak Mas................” Jawab Ki Bijak, menjawab pertanyaan Maula mengenai hal-hal yang sepatutnya dihindari agar seseorang selamat dan mencapai keberhasilan didunia dan diakhirat kelak.
“Hal apa saja itu ki...........?” Tanya Maula.
“Hal pertama yang dapat menghancurkan kita dalam kehidupan dan keagamaan kita adalah terlalu banyak bicara................” Kata Ki Bijak.
“Kenapa ki..............” tanya Maula.
“Nak Mas masih ingat dengan diskusi kita kemarin, bahwa mulutmu harimaumu...?” Tanya Ki Bijak.
“Ya ki, ana ingat.............”Kata Maula.
“Ya, seperti itu Nak Mas, lidah kita ini tidak bertulang, sehingga karena kelenturannya itulah, kita sering tidak dapat mengontrol lidah kita kalau kita sudah bicara, sehingga tidak jarang pembicaraan kita lebih pada pembicaraan yang mengandung mudharat, bergunJing, bergosip, membicarakan aib orang lain, atau bahkan mengarah pada pembicaraan cabul tanpa makna, dan ini akan sangat-sangat merugikan kita, waktu kita tersita, jatah usia kita berkurang, sementara kita tidak mendapatkan hasil apapun dari pembicaraan semacam itu..................” Kata Ki Bijak.
“Aki sangat prihatin dengan kondisi masyarakat kita dewasa ini, sebagian kita justru lebih senang dengan acara-acara dimedia televisi yang hanya menjual berita-berita murahan seputar kehidupan seorang artis, atau acara-acara guyon yang saling mencela, bahkan mencela kondisi fisik lawan mainnya, mereka sepertinya tidak takut bahwa celaan mereka terhadap keadaan fisik seseorang akan mengikis rasa takjim dan syukur kita terhadap kesempurnaan ciptaan Allah......................” Kata Ki Bijak prihatin.
“Iya ki, sekarang memang banyak acara sejenis itu, acara gosip, acara lawakan atau bahkan acara yang hanya mengumbar syahwat dan birahi disiarkan secara sembarangan diberbagai stasiun TV.................” Kata Maula.
“Seseorang yang terlalu banyak mengkonsumsi acara-acara semacam itu, disadari atau tidak, cenderung meniru apa yang ditonton dan dilihatnya..........,
“Coba Nak Mas perhatikan, anak-anak sekolah dasar sekalipun sekarang ini sudah pandai mencela sesamanya, kata-katanya pun banyak yang tidak patut, belum lagi mereka juga meniru cara orang tuanya yang juga kerap berbicara kasar dan tidak mendidik.............” Kata Ki Bijak.
“Dan Nak Mas harus ingat, dibalik kelenturannya, lidah juga bisa sangat tajam, melebihi pisau atau pedang sekalipun, orang yang tertusuk pisau atau pedang, mungkin sakit, tapi orang yang tersayat tajamnya lidah, jauh-jauh lebih sakit, bahkan saking sakitnya, seringkali rasa sakit itu diwariskan pada anak cucunya...........” kata Ki Bijak,
“Diwariskan ki...........?” Tanya Maula.
“Misalnya ada orang tua yang ketika hendak meninggal, berpesan kepada anaknya agar tidak berhubungan dengan orang yang pernah menyakitinya, dan si anakpun kemudian ikut-ikutan memusuhi orang yang pernah menyakiti orang tuanya, terus begitu, dan ini adalah sebuah isyarat kehancuran bagi dia dan keluarganya...........” kata Ki Bijak.
“Iya ki, ana pernah menemukan kejadian seperti itu...........” Kata Maula.
“Untuk itulah, kita harus pandai-pandai menggunakan dan menjaga lisan kita ini, agar lidah kita tidak menjadi racun yang akan menggerogoti kebaikan kita didunia maupun diakhirat kelak...........” Kata Ki Bijak.
“Disamping itu, terlalu banyak bercakap mengenai hal-hal yang jauh dari agama, akan menggiring kita untuk cenderung pada hal-hal tersebut, misalnya, kalau kita bercakap tentang duniawi saja, maka kita akan lebih cenderung pada urusan dunia pula......”,
“Dan satu yang paling Aki khawatirkan adalah ketika kita terbiasa membicarakan aib orang lain, kita menjadi lupa terhadap aib kita sendiri, sehingga kita lalai untuk memperbaikinya, dan ini sebuah kerugian yang besar sekali...........” Sambung Ki Bijak.
“Seperti kata pepatah kuman diseberang lauatan jelas kelihatan, gajah didepan mata tak kelihatan ya ki.........” Kata Maula.
“Ya, seperti itu Nak Mas........” Jawab Ki Bijak.
“Lalu yang kedua apa ki...........?” Tanya Maula.
“Hal kedua yang akan menjadikan kita merugi adalah terlalu banyak makan, obesitas, darah tinggi, jantung, gula darah, adalah sebagian kecil contoh penyakit yang diakibatkan oleh pola makan kita yang kurang baik, selain juga kekenyangan akibta konsumsi makanan yang berlebih akan mengakibatkan orang ‘malas’..............” kata Ki Bijak.
“Coba Nak Mas rasakan, ketika perut kita terlalu kenyang, maka yang sangat logis terjadi adalah rasa kantuk serta berat untuk melakukan aktivitas, mau shalat, nanti dulu masih kenyang, mau bangun malam untuk tahajud, malas karena kenyang, mau mengaji, nanti dulu, masih kenyang, dan masih banyak lagi aktivitas dunia dan ukhrowi kita yang terganjal oleh rasa kenyang yang berlebihan............” Kata Ki Bijak.
“Dan satu hal lagi, kekenyangan akan mengurangi kepekaan kita terhadap sesama, kita jadi tidak peka terhadap mereka yang lapar, kita jadi tidak peka terhadap mereka yang haus, karena kita sendiri tidak pernah merasakan bagaimana rasanya haus dan lapar itu, karena perut kita senantiasa kenyang.............” Kata Ki Bijak.
“Jadi itukah salah satu hikmah shaum ramadhan ki, untuk melatih kepekaan kita terhadap mereka yang lapar dan haus.......?” Tanya Maula,.
“Benar Nak Mas, itu salah satu hikmah shaum ramadhan, disamping shaum juga sangat-sangat baik untuk menjaga kestabilan badan kita dan demi kesehatan kita.....” Kata Ki Bijak.
“Hal ketiga, terlalu banyak tidur, adalah juga hal yang harus kita perhatikan, agar tidak menjadi mudharat bagi kita..............” Kata Ki Bijak.
“Kenapa ki......?” Tanya Maula.
“Nak Mas coba hitung, kalau kita tidur delapan jam per hari saja, itu sama artinya kita tidur sepertiga dari waktu kita yang dua puluh empat jam, nah kalau kita dikaruniai Allah umur 60 tahun, artinya kita hanya numpang tidur didunia ini selama kurang lebih 20 tahun, sementara kita diciptakan Allah untuk mengabdi kepada-Nya, bukan menghabiskan waktu dengan tidur berlebihan................” Kata Ki Bijak.
“Masya Allah, benar ki, betapa ruginya kita, kalau waktu kita hanya untuk tidur...................” Kata Maula.
“Untuk itu, hendaknya kita bijak dalam mengalokasikan waktu kita, tidur memang perlu bagi kita, tapi bukan berarti kita menghabiskan jatah malam kita untuk tidur mendengkur menanti pagi, cobalah kita belajar untuk menghidupkan malam-malam kita dengan tahajjud, bermunajat kepada Allah, berdzikir dan tilawah al qur’an, insha Allah hal itu jauh lebih baik daripada tidur...........................” Kata Ki Bijak.
“Iya ki, lagian tidur terlalu lama juga mengakibatkan badan jadi letih, bukan tambah segar............” Kata Maula.
“Ya, itu salah satunya, coba nanti malam Nak Mas bangun malam untuk tahajjud, dan rasakan bedanya, insha Allah tubuh Nak Mas akan terasa lebih segar dipagi hari, disamping Nak Mas akan mendapatkan ‘kenikmatan’ yang sulit Aki lukiskan kecuali Nak Mas merasakannya sendiri.............” Kata Ki Bijak.
“Bangun malam dan tahajjud nikmat, ki...........?” Tanya Maula.
“Cobalah Nak Mas, bangun dan tahajjud dengan ikhlas, maka Nak Mas akan merasakan kehilangan sesuatu manakala Nak Mas meninggalkan tahajjud barang semalam saja...............” Kata Ki Bijak.
“Bismillah, semoga ana diberikan kekuatan oleh Allah untuk dapat mendirikan tahajjud secara ikhlas dan istiqomah ya ki............” Kata Maula.
“Semoga Nak Mas.........” Kata Ki Bijak, sambil beranjak menuju tempat wudlu, diiringi Maula, untuk menunaikan shalat.
Wassalam
Nopember 27, 2007
“Hal apa saja itu ki...........?” Tanya Maula.
“Hal pertama yang dapat menghancurkan kita dalam kehidupan dan keagamaan kita adalah terlalu banyak bicara................” Kata Ki Bijak.
“Kenapa ki..............” tanya Maula.
“Nak Mas masih ingat dengan diskusi kita kemarin, bahwa mulutmu harimaumu...?” Tanya Ki Bijak.
“Ya ki, ana ingat.............”Kata Maula.
“Ya, seperti itu Nak Mas, lidah kita ini tidak bertulang, sehingga karena kelenturannya itulah, kita sering tidak dapat mengontrol lidah kita kalau kita sudah bicara, sehingga tidak jarang pembicaraan kita lebih pada pembicaraan yang mengandung mudharat, bergunJing, bergosip, membicarakan aib orang lain, atau bahkan mengarah pada pembicaraan cabul tanpa makna, dan ini akan sangat-sangat merugikan kita, waktu kita tersita, jatah usia kita berkurang, sementara kita tidak mendapatkan hasil apapun dari pembicaraan semacam itu..................” Kata Ki Bijak.
“Aki sangat prihatin dengan kondisi masyarakat kita dewasa ini, sebagian kita justru lebih senang dengan acara-acara dimedia televisi yang hanya menjual berita-berita murahan seputar kehidupan seorang artis, atau acara-acara guyon yang saling mencela, bahkan mencela kondisi fisik lawan mainnya, mereka sepertinya tidak takut bahwa celaan mereka terhadap keadaan fisik seseorang akan mengikis rasa takjim dan syukur kita terhadap kesempurnaan ciptaan Allah......................” Kata Ki Bijak prihatin.
“Iya ki, sekarang memang banyak acara sejenis itu, acara gosip, acara lawakan atau bahkan acara yang hanya mengumbar syahwat dan birahi disiarkan secara sembarangan diberbagai stasiun TV.................” Kata Maula.
“Seseorang yang terlalu banyak mengkonsumsi acara-acara semacam itu, disadari atau tidak, cenderung meniru apa yang ditonton dan dilihatnya..........,
“Coba Nak Mas perhatikan, anak-anak sekolah dasar sekalipun sekarang ini sudah pandai mencela sesamanya, kata-katanya pun banyak yang tidak patut, belum lagi mereka juga meniru cara orang tuanya yang juga kerap berbicara kasar dan tidak mendidik.............” Kata Ki Bijak.
“Dan Nak Mas harus ingat, dibalik kelenturannya, lidah juga bisa sangat tajam, melebihi pisau atau pedang sekalipun, orang yang tertusuk pisau atau pedang, mungkin sakit, tapi orang yang tersayat tajamnya lidah, jauh-jauh lebih sakit, bahkan saking sakitnya, seringkali rasa sakit itu diwariskan pada anak cucunya...........” kata Ki Bijak,
“Diwariskan ki...........?” Tanya Maula.
“Misalnya ada orang tua yang ketika hendak meninggal, berpesan kepada anaknya agar tidak berhubungan dengan orang yang pernah menyakitinya, dan si anakpun kemudian ikut-ikutan memusuhi orang yang pernah menyakiti orang tuanya, terus begitu, dan ini adalah sebuah isyarat kehancuran bagi dia dan keluarganya...........” kata Ki Bijak.
“Iya ki, ana pernah menemukan kejadian seperti itu...........” Kata Maula.
“Untuk itulah, kita harus pandai-pandai menggunakan dan menjaga lisan kita ini, agar lidah kita tidak menjadi racun yang akan menggerogoti kebaikan kita didunia maupun diakhirat kelak...........” Kata Ki Bijak.
“Disamping itu, terlalu banyak bercakap mengenai hal-hal yang jauh dari agama, akan menggiring kita untuk cenderung pada hal-hal tersebut, misalnya, kalau kita bercakap tentang duniawi saja, maka kita akan lebih cenderung pada urusan dunia pula......”,
“Dan satu yang paling Aki khawatirkan adalah ketika kita terbiasa membicarakan aib orang lain, kita menjadi lupa terhadap aib kita sendiri, sehingga kita lalai untuk memperbaikinya, dan ini sebuah kerugian yang besar sekali...........” Sambung Ki Bijak.
“Seperti kata pepatah kuman diseberang lauatan jelas kelihatan, gajah didepan mata tak kelihatan ya ki.........” Kata Maula.
“Ya, seperti itu Nak Mas........” Jawab Ki Bijak.
“Lalu yang kedua apa ki...........?” Tanya Maula.
“Hal kedua yang akan menjadikan kita merugi adalah terlalu banyak makan, obesitas, darah tinggi, jantung, gula darah, adalah sebagian kecil contoh penyakit yang diakibatkan oleh pola makan kita yang kurang baik, selain juga kekenyangan akibta konsumsi makanan yang berlebih akan mengakibatkan orang ‘malas’..............” kata Ki Bijak.
“Coba Nak Mas rasakan, ketika perut kita terlalu kenyang, maka yang sangat logis terjadi adalah rasa kantuk serta berat untuk melakukan aktivitas, mau shalat, nanti dulu masih kenyang, mau bangun malam untuk tahajud, malas karena kenyang, mau mengaji, nanti dulu, masih kenyang, dan masih banyak lagi aktivitas dunia dan ukhrowi kita yang terganjal oleh rasa kenyang yang berlebihan............” Kata Ki Bijak.
“Dan satu hal lagi, kekenyangan akan mengurangi kepekaan kita terhadap sesama, kita jadi tidak peka terhadap mereka yang lapar, kita jadi tidak peka terhadap mereka yang haus, karena kita sendiri tidak pernah merasakan bagaimana rasanya haus dan lapar itu, karena perut kita senantiasa kenyang.............” Kata Ki Bijak.
“Jadi itukah salah satu hikmah shaum ramadhan ki, untuk melatih kepekaan kita terhadap mereka yang lapar dan haus.......?” Tanya Maula,.
“Benar Nak Mas, itu salah satu hikmah shaum ramadhan, disamping shaum juga sangat-sangat baik untuk menjaga kestabilan badan kita dan demi kesehatan kita.....” Kata Ki Bijak.
“Hal ketiga, terlalu banyak tidur, adalah juga hal yang harus kita perhatikan, agar tidak menjadi mudharat bagi kita..............” Kata Ki Bijak.
“Kenapa ki......?” Tanya Maula.
“Nak Mas coba hitung, kalau kita tidur delapan jam per hari saja, itu sama artinya kita tidur sepertiga dari waktu kita yang dua puluh empat jam, nah kalau kita dikaruniai Allah umur 60 tahun, artinya kita hanya numpang tidur didunia ini selama kurang lebih 20 tahun, sementara kita diciptakan Allah untuk mengabdi kepada-Nya, bukan menghabiskan waktu dengan tidur berlebihan................” Kata Ki Bijak.
“Masya Allah, benar ki, betapa ruginya kita, kalau waktu kita hanya untuk tidur...................” Kata Maula.
“Untuk itu, hendaknya kita bijak dalam mengalokasikan waktu kita, tidur memang perlu bagi kita, tapi bukan berarti kita menghabiskan jatah malam kita untuk tidur mendengkur menanti pagi, cobalah kita belajar untuk menghidupkan malam-malam kita dengan tahajjud, bermunajat kepada Allah, berdzikir dan tilawah al qur’an, insha Allah hal itu jauh lebih baik daripada tidur...........................” Kata Ki Bijak.
“Iya ki, lagian tidur terlalu lama juga mengakibatkan badan jadi letih, bukan tambah segar............” Kata Maula.
“Ya, itu salah satunya, coba nanti malam Nak Mas bangun malam untuk tahajjud, dan rasakan bedanya, insha Allah tubuh Nak Mas akan terasa lebih segar dipagi hari, disamping Nak Mas akan mendapatkan ‘kenikmatan’ yang sulit Aki lukiskan kecuali Nak Mas merasakannya sendiri.............” Kata Ki Bijak.
“Bangun malam dan tahajjud nikmat, ki...........?” Tanya Maula.
“Cobalah Nak Mas, bangun dan tahajjud dengan ikhlas, maka Nak Mas akan merasakan kehilangan sesuatu manakala Nak Mas meninggalkan tahajjud barang semalam saja...............” Kata Ki Bijak.
“Bismillah, semoga ana diberikan kekuatan oleh Allah untuk dapat mendirikan tahajjud secara ikhlas dan istiqomah ya ki............” Kata Maula.
“Semoga Nak Mas.........” Kata Ki Bijak, sambil beranjak menuju tempat wudlu, diiringi Maula, untuk menunaikan shalat.
Wassalam
Nopember 27, 2007