Thursday, December 18, 2008

JANGAN PERNAH BERKATA “ANA KHOIRU MINHA”

“Nak Mas tahu apa yang menyebabkan iblis ‘diusir’ dari syurga....?” Tanya Ki Bijak, menanggapi pertanyaan Maula mengenai beberapa pangkal dosa;

“Karena Iblis takabur ki, Iblis tidak mau sujud (penghormatan) kepada Adam sebagaimana Allah perintahkan......” Jawab Maula sambil mengutip surat Al A’raf ayat 12;


12. Allah berfirman: "Apakah yang menghalangimu untuk bersujud (kepada Adam) di waktu Aku menyuruhmu?" menjawab Iblis "Saya lebih baik daripadanya: Engkau ciptakan saya dari api sedang dia Engkau ciptakan dari tanah".


“Lalu Nak Mas tahu apa yang menyebabkan Nabi Adam dan Siti Hawa diturunkan dari Syurga...?” Tanya Ki Bijak lagi.

“Keserakahan ki, Allah telah memberikan semua fasilitas syurga kepada Nabi Adam dan Siti Hawa, kecuali satu yang tidak boleh diambilnya, yiatu buah khuldi, tapi Nabi Adam dan Siti Hawa terperangkap kedalam bujuk rayu iblis untuk mengambil dan memakan buah khuldi yang dilarang Allah, sehingga kemudian Nabi Adam dan Siti Hawa dikeluarkan dari Syurga......” Jawab Maula, sambil mengutip Surat al Baqarah;

35. Dan kami berfirman: "Hai Adam, diamilah oleh kamu dan isterimu surga ini, dan makanlah makanan-makanannya yang banyak lagi baik dimana saja yang kamu sukai, dan janganlah kamu dekati pohon ini[37], yang menyebabkan kamu termasuk orang-orang yang zalim.
36. Lalu keduanya digelincirkan oleh syaitan dari surga itu[38] dan dikeluarkan dari keadaan semula[39] dan kami berfirman: "Turunlah kamu! sebagian kamu menjadi musuh bagi yang lain, dan bagi kamu ada tempat kediaman di bumi, dan kesenangan hidup sampai waktu yang ditentukan."
37. Kemudian Adam menerima beberapa kalimat[40] dari Tuhannya, Maka Allah menerima taubatnya. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang.

[37] pohon yang dilarang Allah mendekatinya tidak dapat dipastikan, sebab Al Quran dan Hadist tidak menerangkannya. ada yang menamakan pohon khuldi sebagaimana tersebut dalam surat Thaha ayat 120, tapi itu adalah nama yang diberikan syaitan.

[38] Adam dan hawa dengan tipu daya syaitan memakan buah pohon yang dilarang itu, yang mengakibatkan keduanya keluar dari surga, dan Allah menyuruh mereka turun ke dunia. yang dimaksud dengan syaitan di sini ialah Iblis yang disebut dalam surat Al Baqarah ayat 34 di atas.

[39] maksud keadaan semula ialah kenikmatan, kemewahan dan kemuliaan hidup dalam surga.
[40] tentang beberapa kalimat (ajaran-ajaran) dari Tuhan yang diterima oleh Adam sebahagian ahli tafsir mengartikannya dengan kata-kata untuk bertaubat.

“Lalu apa yang menyebabkan Nabi Yunus ‘dihukum’ Allah didalam ikan Nun....?” Tanya Ki Bijak lagi.

“Kemarahan ki...., Nabi Yunus ‘marah’ kepada kaumnya dan meninggalkan mereka, hingga kemudian Nabi Yunus tercebur kelaut dan ditelan ikan Nun, ki.......” Jawab Maula sambil mengutip ayat al qur’an;


140. (Ingatlah) ketika ia lari[1288], ke kapal yang penuh muatan,
141. Kemudian ia ikut berundi[1289] lalu dia termasuk orang-orang yang kalah dalam undian.
142. Maka ia ditelan oleh ikan besar dalam keadaan tercela[1290].

[1288] yang dimaksud dengan lari di sini ialah pergi meninggalkan kewajiban.
[1289] undian itu diadakan Karena muatan kapal itu sangat penuh. kalau tidak dikurangi mungkin akan tenggelam. oleh sebab itu diadakan undian. siapa yang kalah dalam undian itu dilemparkan kelaut. Yunus a.s. termasuk orang-orang yang kalah dalam undian tersebut sehingga ia dilemparkan ke laut.
[1290] sebab Yunus tercela ialah Karena dia lari meninggalkan kaumnya.

“Lalu apa yang menyebabkan kemurkaan Allah kepada Bani Israil Nak Mas....?” Tanya Ki Bijak lagi.

“Kufur nikmat, dengki dan dusta ki....., Bani Israil dikarunia Allah dengan berbagai kelebihan, mereka umat terbaik pada zamannya, kemudian mereka juga di karuniai Mana dan Salwa, serta masih banyak nikmat yang Allah anugerahkan pada mereka, tapi semuanya mereka kufuri, dan mereka juga berdusta tentang ayat-ayat Allah yang telah sampai kepada mereka, karena kedengkian mereka itulah kemudian mereka menyembunyikan ayat-ayat Allah demi kepentigan mereka.......” Jawab Maula, sambil mengutip beberapa nikmat Allah kepada Bani Israil.


49. Dan (Ingatlah) ketika kami selamatkan kamu dari (Fir'aun) dan pengikut-pengikutnya; mereka menimpakan kepadamu siksaan yang seberat-beratnya, mereka menyembelih anak-anakmu yang laki-laki dan membiarkan hidup anak-anakmu yang perempuan. dan pada yang demikian itu terdapat cobaan-cobaan yang besar dari Tuhanmu.

50. Dan (ingatlah), ketika kami belah laut untukmu, lalu kami selamatkan kamu dan kami tenggelamkan (Fir'aun) dan pengikut-pengikutnya sedang kamu sendiri menyaksikan[47].

[47] waktu nabi Musa a.s. membawa Bani Israil ke luar dari negeri Mesir menuju Palestina dan dikejar oleh Fir'aun, mereka harus melalui laut merah sebelah Utara. Maka Tuhan memerintahkan kepada Musa memukul laut itu dengan tongkatnya. perintah itu dilaksanakan oleh Musa hingga belahlah laut itu dan terbentanglah jalan raya ditengah-tengahnya dan Musa melalui jalan itu sampai selamatlah ia dan kaumnya ke seberang. sedang Fir'aun dan pengikut-pengikutnya melalui jalan itu pula, tetapi di waktu mereka berada di tengah-tengah laut, kembalilah laut itu sebagaimana biasa, lalu tenggelamlah mereka.


“Benar Nak Mas, dan al qur’an sudah menjawab pertanyaan Nak Mas tadi, bahwa pangkal dari dosa adalah sifat sombong dan takabur yang menyebabkan iblis terusir dari surga, kemudian sifat ‘serakah’ yang menyebabkan Nabi Adam dan Siti Hawa juga keluar dari Syurga, kemudian ‘kemarahan’ yang menyebabkan Nabi Yunus ditelan ikan, serta sifat kufur nikmat, dengki dan dusta yang menyebabkan Bani Israil menjadi umat yang ‘terhina’ karena tabiat buruknya itu.........” Kata Ki Bijak.

“Iya ki, lalu apa yang menyebabkan sifat sombong dan takabur itu sendiri ki.....?” Tanya Maula.

“Iblis menjadi sombong, karena secara kodrati, ia merasa lebih baik dalam unsur penciptaannya, yaitu dari Api sementara Adam diciptakan dari tanah, dalam konteks kekinian, kesombongan dan sikap takabur bisa lahir dari rupa yang bagus, harta, tahta dan bahkan kesombongan bisa lahir dari ilmu dan ‘ketaqwaan’......” Kata Ki Bijak lagi.

“Ki, kalau orang yang sombong karena kecantikan dan ketampanannya, ana masih mengerti, lalu orang kaya yang sombong juga ana masih bisa menemukan contohnya dengan mudah, begitupun dengan pejabat yang sombong, sekarang ini sangat menjamur, tapi kalau orang yang sombong dengan ilmunya, lalu orang yang sombong dengan ketaqwaanya, seperti apa ya ki......?” Tanya Maula.

“Memang sedikit ‘sulit’ menemukan kesombongan seperti ini Nak Mas, tapi sederhananya begini, ketika dalam sebuah forum diskusi, biasanya masing-masing pihak mengajukan argumen dan dalil berdasarkan ilmu dan pemahaman yang dimilikinya, awalnya diskusi berjalan sehat, tapi tidak jarang ditengah jalan, setan ikut nimbrung dalam diskusi itu, sehingga kemudian konteks diskusi berubah jadi debat, dan dalam debat inilah kemudian muncul ‘keakuan’ dari pihak-pihak yang terlibat, setiap orang mengaku paling benar, setiap pihak mengklaim paling shahih, setiap peserta mengedepankan ‘kelebihannya’, setiap orang mengaku paling ‘mirip’ dengan perilaku Nabi berdasarkan nash dan dalil yang mereka miliki, sehingga sadar atau tidak, mereka seolah-olah ingin mengatakan apa yang membuat iblis terusir, ana khoiru minha.....saya lebih baik darinya....., ini adalah sebuah bentuk kesombongan terselubung yang sangat berpotensi merusak dan menjerumuskan Nak Mas, selain juga berpotensi merusak ukhuwah dan tali silaturahim.......” kata Ki Bijak.

“Ana mengerti sekarang ki, setan memang ‘pintar’ memanfaatkan momentum diskusi seperti itu, sehingga diskusi tidak bermanfaat dan cenderung merusak ya ki....., akan halnya ketaqwaan yang melahirkan kesombongan ki.....? Tanya Maula lagi.

“Orang bijak berkata ‘Dosa dan maksiat yang mengantar pelakunya untuk menyesal dan kemudian mendekat kepada Allah, lebih baik daripada ketaatan yang menjadikan pelakunya ujub dan bangga diri’, dan ini benar adanya Nak Mas, banyak orang yang sudah merasa taat, banyak orang yang sudah merasa shaleh, banyak orang yang sudah merasa taqwa, sehingga lalai dengan bisikan riya yang ditiupkan setan kedalam hatinya, sehingga tak jarang orang yang secara lahiriah sangat rajin kemasjid, sangat rajin sedekah, sangat rajin shaum, menjadi orang yang merugi karena tidak mendapatkan pahala dari amal-amalnya yang tercemari oleh sifat ujub dan sombongnya.....”Kata Ki Bijak lagi.

“Kemudian keserakahan, hal yang membuat Nabi Adam dan Siti Hawa diturunkan dari syurga, juga merupakan hal yang dalam konsep kekinian terbukti dengan sangat nyata, banyaknya pejabat yang harus rela meninggalkan ‘syurga dunia’ kursi empuknya diparlemen atau kabinet, berganti dengan neraka dunia dibalik terali besi penjara, semuanya bermuara dari keserakahan....., ketidakpuasan dan kehausan sebagian kita akan yang namanya dunia, padahal mereka tahu dunia hanya sementara yang pasti akan rusak binasa...............” Kata Ki Bijak lagi.

“Yang ketiga, kemarahan, hal yang menyebabkan Nabi Yunus dihukum Allah....., Nabi pernah diminta berpesan oleh salah seorang sahabat, "Ya Rasulullah, berpesanlah kepadaku." Nabi Saw berpesan, "Jangan suka marah (emosi)." Sahabat itu bertanya berulang-ulang dan Nabi Saw tetap berulang kali berpesan, "Jangan suka marah." (HR. Bukhari), karena memang kemarahan selamanya tidak akan membuat sesuatu menjadi lebih baik, pekerjaan yang dilakukan dengan amarah, hasilnya tidak akan baik, persoalan yang dipecahkan dengan kemarahan, hanya akan menimbulkan kehancuran, dan apapun yang dilandasi dengan kemarahan, akan berujung pada ketidakbaikan…………….” Kata Ki Bijak.

“Dan penyakit lama yang lahir kembali dipenghujung zaman ini adalah kufur, dengki dan dusta, ketiga jenis penyakit ini sudah lama ada dan menjangkiti berbagai umat disepanjang zaman, dan tidak ada satupun umat dalam sejarah yang terjangkiti penyakit ini kemudian memperoleh kemulian, sejarah justru mencatat kehancuran demi kehancuran, kegagalan demi kegagalan, kebinasaan demi kebinasaan menimpa mereka yang mengidap penyakit kufur, dengki dan dusta ini………….” Kata Ki Bijak lagi.

“Ya Allah, jauhkan hamba_Mu ini dari sifat ujub dan takabur, jauhkan hamba_Mu ini dari sifat serakah, jauhkan hamba_Mu ini dari sifat pemarah, dan jauhkan hamba_Mu ini dari sifat kufur, dengki dan dusta, sebagaimana Engkau jauhkan timur dan barat……”

“Ya Allah, dekatkan hamba_Mu ini dengan sifat tawadlu dan rendah hati, dekatkan hamba_Mu dengan qana’ah, dekatkan hamba_Mu ini dengan sifat sabar, dan dekatkan hamba_Mu ini dengan sifat syukur, pemaaf dan jujur, sebagaimana Engkau dekatkan Rasulullah disisi_Mu……..” Kata Maula.

“Amiiin…………”

Wassalam

December 18, 2008

Friday, December 12, 2008

ASSALAMU’ALAIKA YA RASULULLAH......

“Ada apa Nak Mas, kok tampak tegang sekali......” Tanya Ki Bijak demi melihat wajah muridnya yang tampak tegang, seperti orang yang sedang menahan marah.

“Ini ki, tadi ana dapat e-mail kartun penghinaan terhadap Nabi, jahat dan picik sekali ki.............” Kata Maula masih dengan nada kesal.

Ki Bijak tersenyum, “Aki bangga pada Nak Mas, Aki berharap ‘kemarahan’ Nak Mas semata karena Allah dan demi membela kehormatan Rasul_Nya, tapi menurut hemat Aki, kemarahan tidak akan banyak membantu kita Nak Mas untuk menemukan titik jernih dari apa yang sekarang terjadi, kita boleh marah, kita boleh geram, tapi kita pun harus tetap tenang dan bijak untuk menyikapi hal ini.......” Kata Ki Bijak.

“Bagaimana bisa tenang ki, sementara pengecut itu dengan sangat tidak etis menodai kehormatan Nabi......” Kata Maula nampak masih berapi-api.

Ki Bijak tersenyum, dengan wajah teduh dan kata-kata santun, ia kemudian membaca ayat 120 dari surat Al Baqarah;

120. Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu hingga kamu mengikuti agama mereka. Katakanlah: "Sesungguhnya petunjuk Allah Itulah petunjuk (yang benar)". dan Sesungguhnya jika kamu mengikuti kemauan mereka setelah pengetahuan datang kepadamu, Maka Allah tidak lagi menjadi pelindung dan penolong bagimu.

“Nak Mas masih ingat ayat itu..?” Tanya Ki Bijak sejurus kemudian;

“Ingat Ki………..” Jawab Maula pendek.

“Apa yang Nak Mas dapat tadi, sebagai salah satu bukti & pembenaran terhadap ayat ini, golongan diluar kita, akan selalu berusaha untuk ‘menyibukan’ kita dengan berbagai hal, yang tujuannya tidak lain untuk membelokan kita kearah yang salah….., Nak Mas masih ingat dengan propaganda mereka yang dikenal dengan Ghaswul fikri….?” Kata

“Iya ki..., Ghaswul berasal dari kata Ghuswah yang berarti Serangan, invasi atau serbuan, sementara Fikr adalah Pikiran atau pola pikir, dengan demikian Ghaswul Fikr biasa didefinisikan dengan Penyerangan dengan berbagai cara terhadap pemikiran umat Islam guna merubah apa yang ada didalamnya sehingga tidak bisa lagi dibedakan antara Islam dan selainnya, mereka melakukan upaya-upaya Tasykik – Pendangkalan / Peragu-raguan, baik itu pendangkalan akidah, pendangkalan pemahaman hukum dan syariat serta pendangkalan pemahaman terhadap berbagai aktivitas ibadah umat Islam,Tasywih – Pencemaran/Pelecehan,Tadhlil – penyesatan,Taghrib – Pembaratan......” kata Maula singkat.

“Sekarang menjadi jelas, bahwa pelecehan dan pencemaran adalah salah satu program sistematis mereka untuk menggangu konsentrasi umat islam, karena itu Aki menghimbau kepada Nak Mas khusunya, dan kepada saudara-saudara kita yang lain umumnya, untuk dapat berlaku bijak dalam menyikapi hal ini, dengan cara yang pertama hendaknya kita jangan terprovokasi dengan propaganda mereka, tetap tenang, anggap saja hal itu sebagai sampah yang tidak berguna, dan kita tidak perlu mengorbankan energy dan konsentrasi kita untuk hal yang jelas-jelas salah sasaran, kita jauh lebih tahu siapa baginda Rasul dan bagaimana budi pekerti beliau, karenanya apa yang digambarkan itu hanya sekedar coretan orang kurang akal yang tidak perlu kita tanggapi secara berlebihan................” Kata Ki Bijak.

“Yang kedua, kalau Nak Mas mendapat kiriman komik sampah itu, jangan sekali-kali Nak Mas meneruskan dan menyebarkannya, hapus saja, karena semakin banyak kita memforward email yang tidak bertanggung jawab ini, akan semakin banyak orang yang terprovokasi, dan ini tidak baik bagi perkembangan umat kita, kita putus saja mata rantai penyebaran propaganda murahan ini, karena kalau tidak mereka akan merasa menang............” Sambung Ki Bijak.

“Ketiga, maknai dan sikapi hal ini sebagai ujian bagi kita, ujian sejauh mana keimanan kita meyakini kebenaran nubuwah dan risalah yang dibawa Rasul, ujian sejauh mana kita mengenal baginda rasul, kalau kemarin dulu kita tidak atau belum paham betul sifat, karakter dan akhlawa Rasul, maka sudah saatnyalah sekarang ini kita mempelajari, memahami dan meneledani pekerti luhur panutan kita ini, ini juga merupakan batu asah bagi kita Nak Mas, orang lain diluar kita demikian konsen dengan kemuliaan beliau, sehingga mereka merasa perlu untuk mengotorinya, sementara kita sendiri kadang masih belum benar-benar menempatkan beliau pada proporsi yang semestinya......” Kata Ki Bijak.

“Iya ya ki, hanya orang mulia saja yang mendapat cobaan untuk dihinakan, karena orang yang biasa saja tidak perlu dikomentari apapun......” kata Maula.

“Meski mereka tidak mengakuinya secara jantan, mereka sebenarnya mengakui kebenaran dan keluhuran islam beserta nabinya, sehingga merasa perlu untuk menjatuhkannya..., hanya sekali lagi mereka tidak memiliki keberanian untuk mengakuinya.....” Kata Ki Bijak.

“Yang keempat, hal terpenting yang harus kita lakukan untuk menjaga kehormatan dan kewibawaan nabi adalah dengan menjalan risalah dan sunnahnya secara benar dan total, dengan cara menghidupkan budi pekerti luhur rasul dalam keseharian kita, sehingga mereka yang ‘masih buta ’ dengan kemulian rasulullah, akan melek dan bisa melihat kebesaran dan keluhuran akhlaq rasul lewat kita umatnya, insya Allah, jika kita yang mengaku umat rasul ini shalatnya tepat waktu, berjamaah nya istiqomah, tadabur dan tadarus al qur’annya jalan, jujur, amanah, tabligh dan cendekia, mereka yang akan menistakan nabi berpikir seribu kali untuk menemukan celah yang dapat mengotori keluhuran nabi kita..........” kata Ki Bijak lagi.

“Jadi sebenarnya kita yang belum menjalankan dan mengamalkan risalah dan sunnah rasul juga ‘ikut berperan’ mendorong munculnya kasus semacam ini ya ki.......” Kata Maula.

“Setidaknya kita belum memberikan gambaran yang jelas tentang sosok Rasul agung itu, sehingga mereka yang memang sudah membencinya, semakin bernafsu untuk menistakannya..., kalau saja umat islam ini mampu menampilkan akhlaq dan keteladanan nabi dalam kesehariannya, niscaya mereka akan malu pada kita, kalau umatnya saja sudah sedemikian baik, apalagi rasulnya......., dan untuk ini kita masih harus berusaha lebih keras lagi, sehingga kelak dikemudian hari, figur-figur teladan yang menghidupkan akhlaqul karimah ala rasul lahir dan tumbuh subur dikalangan umat kita................” kata Ki Bijak lagi.

“Bagi kita, cukup jaminan dari Allah bahwa baginda rasul adalah sosok pilihan yang berbudi pekerti agung, yang tidak mungkin melakukan hal-hal hina yang mereka tuduhkan....” Kata Ki Bijak sambil membaca surat Al Qalam;


1. Nun[1489], demi kalam dan apa yang mereka tulis,
2. Berkat nikmat Tuhanmu kamu (Muhammad) sekali-kali bukan orang gila.
3. Dan Sesungguhnya bagi kamu benar-benar pahala yang besar yang tidak putus-putusnya.
4. Dan Sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung.


”Hhhhh, ana sedikit tenang sekarang ki.....................” kata Maula sambil menarik nafas dalam dalam, ia mengulang-ulang kalimat gurunya, bahwa untuk menjaga kehormatan dan kewibawan Rasul tidak hanya dengan marah dan memaki balik orang-orang yang tidak bertanggung jawab itu, tapi dengan berupaya menunjukan akhlaq mulia rasul, dengan shalat tepat waktu, dengan tadabur al qur’an, dengan sikap jujur, sikap amanah, tabligh dan fathonah, dengan mengedepankan kasih sayang, dengan mengedepankan keluhuran budi pekerti yang agung......

Tiba-tiba air bening mengalir dipipi Maula, membayangkan bagaimana manusia agung itu menghadapi hujatan, cacian dan bahkan lemparan batu kearahnya, beliau tetap sabar, teguh dan berlaku bijak…,

“Seperti ketika beliau dilempari batu di thaif, beliau justru mendoakan orang yang melemparinya agar memperoleh hidayah dari Allah….”

“Seperti ketika beliau dicaci maki oleh yahudi buta, beliau justru memberi makan dan menyuapi orang yang mencacinya…….”

“Ya Rasul, keagunganmu abadi, takkan lekang oleh cacian, kemulianmu takkan luntur oleh hinaan, engkau tetap rasul mulia, manusia pilihan sepanjang zaman, assalamu’alaika ya rasul…………….” Panjatnya kemudian.

Wassalam

December 12, 2008

Thursday, December 11, 2008

JUJUR, SEBUAH MUTIARA ZAMAN


“Nak Mas masih ingat dengan kisah seorang arab badui yang menghadap Nabi untuk masuk Islam, tapi ia mengajukan syarat..? Tanya Ki Bijak, menyikapi pertanyaan Maula, apa yang harus ‘ada’ pada setiap diri mereka yang mendambakan kebaikan.

“Iya ki, kisah itu syarat dengan muatan dan penuh hikmah, dimana ketika seorang arab badui hendak masuk Islam, ia menghadap Rasulullah SAW, dan meyatakan diri ingin masuk agama Islam. Namun si arab badui ini mengajukan syarat, ia mau masuk Islam tapi tidak mau meninggalkan kebiasaan (buruk) lamanya seperti berzina, minum-minuman keras dan mencuri……..”Kata Maula.

“Lalu…………?” Tanya Ki Bijak memancing

“Rasulullah SAW dengan ramah dan bijaksana ‘memperbolehkan’ orang tersebut masuk Islam, tapi dengan syarat juga yaitu ia harus "jujur" serta bersedia sholat berjamaah di masjid, Si Arab Badui setuju dan menerima syarat yang ia anggap sangat mudah dari Rasulullah, hanya ‘jujur’ dan ‘shalat berjamaah’ dimasjid, sesuatu yang sangat mudah pikirnya, kemudian ia terima dengan gembira, dan sejak itu resmilah ia menjadi seorang muslim……”

“Setiap usai sholat berjamaah dan pemberian pelajaran tentang Islam si arab badui tersebut selalu ditanya aktivitas kesehariannya, maka ia pun dengan jujur menjawab bahwa ia masih melakukan kebiasaan lamanya, ia tidak bisa berbohong sebab ia telah berjanji untuk jujur, dan singkat cerita, dengan konsisten (istiqomah) mengamalkan "jujur", seorang arab badui akhirnya berhasil meninggalkan kebiasaan (buruk) lamanya sehingga ia sukses menjadi muslim sejati………" Tambah Maula.

“Yang harus Nak Mas garis bawahi adalah; seseorang yang istiqomah mengamalkan sikap ‘jujur’, pada akhirnya berhasil meninggalkan kebiasan buruknya’……, yang dalam hemat Aki, sikap jujur dan shalat berjamaah dimasjid, merupakan syariat yang dapat mengarahkan seseorang pada jalan yang lurus dan benar…….” Kata Ki Bijak.

“Sayangnya, ‘kejujuran’ akhir-akhir ini menjadi ‘barang langka’ dan sulit kita temukan disekitar kita, kalau dalam cerita tadi, orang yang belum bisa shalat, tapi ia jujur, maka ia bisa menjadi orang baik, sekarang ini yang terjadi justru sebaliknya, banyak orang yang secara lahiriah sudah bisa shalat, tapi mereka belum bisa ‘jujur’, sehingga shalatnya belum mampu mencegahnya dari perbuatan keji dan munkar…….” Kata Ki Bijak lagi.

“Ki, seperti apa orang yang shalat, tapi belum jujur itu ki….?” Tanya Maula

“Ketika kita berdiri shalat, kemudian kita mengangkat tangan sambil mengucap ‘Allahu Akbar’, sebagai pengakuan lisan kita atas ke Maha Besaran Allah, tapi ternyata tidak semua kita berlaku sama dengan pengakuan lisan kita tersebut, kita masih sering lebih mementingkan hal lain selain Allah, kita lebih mementingkan atasan, kita lebih mementingkan pekerjaan, dan bahkan kita lebih mementingkan panggilan handphone dari pada panggilan Allah lewat kumandang adzan…, Aki sering lihat bagaimana seorang pengendara sepeda motor berhenti seketika manakala handphonenya berdering, tapi Aki lebih sering lagi melihat para pengendara motor tetap melajukan kendaraannya meski kumandang adzan mengiang dari masjid yang tepat berada disisinya, ini sebuah indikasi ketidak jujuran kita terhadap apa yang kita ucapkan, ini adalah sebuah dusta…………”

“Kemudian, setiap kali kita membaca do’a iftitah, kita berikrar ‘inna shalati wa nusuki wama yahya wamamati lillahi rabbil’alamin’….., tapi ternyata masih banyak diantara kita yang shalatnya hanya sekedar pamer dan riya, masih banyak diantara kita yang hidupnya diabdikan untuk kepentingan nafsu dan dunianya, masih banyak diantara kita yang rela mati bukan untuk Allah, ini juga sebuah indikasi kita belum bisa jujur, ini adalah sebuah dusta……”

“Selanjutnya, kita membaca Iyyakana’ budu wa iyya kanatsta’in…..’ tapi ternyata masih banyak diantara kita yang kemudian menyembah dan meminta pertolongan pada orang pintar, pada dukun, pada paranormal, bahkan ada yang terang-terangan bersekutu dengan jin dan setan demi kepentingan nafsunya, ini adalah indikasi ketidak jujuran, ini adalah sebuah dusta…..’

‘Dan ketika kepada Allah saja kita berani tidak jujur, ketika shalat saja tidak jujur, ketika pada diri kita saja sudah tidak jujur, bagaimana kita bisa berharap dari orang semacam ini untuk bisa jujur dalam pekerjaan, bagaimana kita bisa berharap pada orang semacam ini untuk jujur dalam mengelola jabatan, bagaimana kita bisa berharap pada orang semacam ini untuk bisa mengemban amanah dan tidak korup diberbagai bidangnya…………’ kata Ki Bijak panjang lebar.

Maula diam, menyimak apa yang barusan dikatakan gurunya, “Mungkinkah sekarang ini telah terjadi krisis kejujuran ki…..?” Guman Maula sejurus kemudian.

“Aki tidak terlalu paham ada tidaknya krisis kejujuran terjadi saat ini, tapi dari fenomena yang terpampang didepan mata kita, rasanya kita harus legowo untuk mengakui bahwa memang adanya sebuah ‘kemunduran’ pada sebagian kita untuk mengamalkan sikap jujur, dan kemerosotan sikap jujur inilah yang kemudian menjadi salah satu penyebab penting menjamurnya berbagai persoalan yang sedang berkembang saat ini, ada demo karyawan kepada perusahaan, karena karyawan menilai perusahaan telah berlaku tidak jujur dalam laporan keuntungan perusahaan misalnya….,

“Sebaliknya, banyak kantor yang harus memasang kamera CCTV disetiap ruangannya, karena mensinyalir ada karyawan yang tidak jujur, baik itu dalam pekerjaan atau tidak amanah dalam mengelola asset perusahaan…;

“Pun ada banyak istri yang tidak percaya lagi argument suaminya, karena mungkin sudah sering kali suaminya tidak jujur, sebaliknya sang suami menjadi orang yang mudah curiga terhadap istrinya, semuanya diakibatkan oleh adanya ketidak jujuran, baik itu secara langsung atau tidak….’ Kata Ki Bijak.

“Iya ki, banyak sekali fenomena seperti itu, bahkan dalam keseharian, ada banyak orang yang tidak mampu bersikap jujur pada dirinya sendiri, seperti misalnya memaksakan diri untuk ikut trend dan mode, padahal kemampuannya tidak menunjang untuk itu, ada juga orang yang memaksakan harus bawa handphone bermerk, kendaraan bagus, meski untuk itu ia harus menipu dirinya sendiri, denga berhutang, dengan pinjam kiri kanan, bahkan ada yang rela menggadaikan kehormatan dan harga dirinya hanya untuk dapat tampil oke dimata orang lain……..” kata Maula.

“Dan bahaya terbesar dari dusta ini adalah akan lahirnya dusta-dusta susulan, misalnya sekali waktu kita berkata tidak jujur pada istri, kita cenderung akan melakukan dusta berikutnya untuk menutupi dusta kita yang dulu, begitu seterusnya, dusta selamanya akan mengantar seseorang pada jurang kehancuran, karena itu pelihara mutiara kejujuran kita senantiasa, karena dengan kejujuran itulah seorang Abu Bakar demikian istimewa dimata para sahabat, bahkan Baginda Rasul pun dikenal karena perilakunya yang jujur lagi terpercaya, sehingga beliau mendapat gelar Al Amin, jauh sebelum beliau diangkat jadi rasul…..” Kata Ki Bijak lagi.

“Jadi salah satu keteladanan dari rasul adalah sikap jujur dan terpercaya ya ki…..” Kata Maula.
“Benar Nak Mas, sifat utama Rasul adalah Shidiq, Amanah, Tabligh dan Fathonah, maka barang siapa mengaku umatnya, dan mengaku ahli sunnahnya, maka bersikap Jujur adalah sesuatu yang mutlak harus ada pada dirinya, bohong besar orang mengaku ahli sunnah tapi masih gemar berdusta, bohong besar orang yang mengaku ahli hadits, tapi mengingkari sifat utama rasul, yaitu jujur, terpercaya, terbuka dan cendekia……” Kata Ki Bijak.

“Kejujuran…..ibarat mutiara zaman ya ki…..” Kata Maula.

“Benar Nak Mas, kejujuran, dari dulu hingga sekarang dan sampai kapanpun tetap akan menjadi pelita penerang disetiap zaman, kejujuran akan tetap berkilau ditengah tumpukan kebohongan, kejujuran akan tetap benderang ditengah gulita kemunkaran, karena kejujuran memang mutiara disetiap zaman, dan dizaman kita sekarang ini, kita kekurangan banyak sekali orang-orang jujur…….” Kata Ki Bijak seperti berpuisi.

“Iya ya ki, kalau sarjana, setiap tahun diwisuda, kalau orang pintar, banyak sekali sekolah keahlian, tapi sekolah kejujuran, sepertinya belum ada ya ki…….” Kata Maula.

“Mungkin baru ada Kantin Kejujuran Nak Mas, yang beberapa waktu lalu diujicobakan diberbagai sekolah untuk melatih kejujuran sejak dini, sebuah niatan positif, dan semoga ini tidak hanya kamuflase untuk menutupi ketidak jujuran yang lebih besar……..” kata Ki Bijak lagi.

“Kantin Kejujuran, hmmmh, kenapa kita tidak mencoba membuat kampong kejujuran, atau organisasi kejujuran atau group kejujuran ya ki…….?” Kata Maula seperti dapat inspirasi.

“Bisa juga, Nak Mas bisa membentuk dan memprakarsai kelompok kejujuran, misalnya dengan teman-teman Nak Mas satu kantor, atau teman-teman Nak Mas satu mobil ketika berangkat dan pulang kerja, bisa mulai dengan berbicara dan mengatakan sesuatu hanya yang benar saja, terus lakukan secara istiqomah, insya Allah akan banyak bermanfaat untuk Nak Mas dan teman-teman semuanya….” Saran Ki Bijak.

“Insya Allah ki, semoga ana bisa memulai jujur kepada Allah dan kepada diri sendiri sejak sekarang ya ki…..” Kata Maula.

“Amiin…..”

Wassalam
December 11, 2008