“Nak Mas tahu apa yang akan terjadi ketika buah yang sudah masak tidak segera dipetik dari pohonnya…?” Tanya Ki Bijak menjawab pertanyaan Maula kenapa shalat harus tepat waktu.
“Kemungkinan buah itu dimakan kelelawar, busuk didahannya, atau jatuh dan rusak ki…” Jawab Maula.
“Nak Mas benar, lalu pernahkah Nak Mas memasak mie kuah, kemudian Nak Mas menunda memakannya…?” Tanya Ki Bijak lagi.
“Pernah ki, waktu ana sudah buat mie baso, tapi ada tamu, jadi ana menunda makannya…..” Jawab Maula lagi.
“Apa yang terjadi kemudian…?” Tanya Ki Bijak.
“Mie-nya jadi melar dan nggak enak lagi dimakan ki…” Jawab Maula.
Ki Bijak mengangguk…”Kemudian, ketika kita membiarkan adukan terlalu lama, apa yang akan terjadi….?” Tanya Ki Bijak lagi.
“Adukan itu akan mongering ki, dan tidak bisa digunakan lagi….” Jawab Maula.
“Lalu akan halnya masakan atau nasi yang ditanak, tapi tidak segera diangkat ketika sudah matang Nak Mas…?” Tanya Ki Bijak lagi.
“Masakan dan nasi itu bisa gosong ki, dan sangat mungkin tidak bisa dimakan….” Jawab Maula.
“Dalam hal pekerjaan, misalnya Nak Mas diminta buat suatu laporan yang telah ditentukan waktunya, tapi Nak Mas tidak segera menyerahkan laporan itu, menurut Nak Mas bagaimana…?” Tanya Ki Bijak lagi.
“Meski laporan itu benar dan bagus, tapi sangat mungkin tidak bisa dipakai karena deadline sudah lewat ki…..” Kata Maula lagi.
“Nak Mas benar, buah yang sudah matang dan dibiarkan terlalu lama, akan busuk, dimakan kelelawar atau jatuh dan rusak, tidak bermanfaat, kemudian mie intant yang dibiarkan terlalu lama akan menjadi melar dan rasanya menjadi tidak enak, kemudian lagi adukan semen menjadi kering dan tidak bisa dipakai karena tidak digunakan pada waktunya, kemudian masakan dan nasi menjadi gosong ketika tidak diangkat pada waktunya, kemudian laporan yang baik dan benar pun menjadi kurang berfaedah ketika disajikan tidak pada waktunya….dari semua itu adakah Nak Mas bisa menarik kesimpulan kenapa kita disyari;atkan untuk shalat tepat waktu….?” Tanya Ki Bijak.
Maula terdiam sejenak, berusaha untuk meresapi makna kata-demi kata yang diucapkan gurunya, “Kalau kita shalat tidak tepat waktunya….., mungkin secara syari’at shalat kita sah, tapi mungkin juga kita akan kehilangan makna dan hikmah dari watu shalat itu sendiri ya ki….?” Katanya kemudian.
“Tepat sekali, shalat yang laksanakan menurut ukuran waktu kita, mungkin saja sah secara syari’at, tapi sangat mungkin kita kehilangan makna dan hikmah dari waktu shalat itu sendiri…….” Timpal Ki Bijak.
“Dan Nak Mas perhatikan ayat ini……” Kata Ki Bijak sambil menunjukan ayat 103 dari surat An-Nissa;
103. Maka apabila kamu Telah menyelesaikan shalat(mu), ingatlah Allah di waktu berdiri, di waktu duduk dan di waktu berbaring. Kemudian apabila kamu Telah merasa aman, Maka Dirikanlah shalat itu (sebagaimana biasa). Sesungguhnya shalat itu adalah fardhu yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman.
Dengan segera Maula mengamati ayat dimaksud dengan seksama;
“Nak Mas perhatikan baris terakhir ini; ‘Sesungguhnya shalat itu adalah fardhu yang ditentukan waktu atas orang-orang yang beriman…’; ini sangat menarik menurut Aki, karena secara harfiah artinya adalah hanya mereka yang beriman dan benar imannya sajalah yang bisa melaksanakan shalat fardhu sesuai dengan waktu yang ditentukan Allah swt….” Kata Ki Bijak
‘Sesungguhnya shalat itu adalah fardhu yang ditentukan waktu atas orang-orang yang beriman….’ Iya ya ki….redaksi ayat ini sangat menarik, kenapa bukan ‘ditentukan waktunya atas orang islam misalnya…, tapi lebih spesifik shalat tepat waktu untuk orang beriman……” Kata Maula.
“Coba nanti Nak Mas buka-buka lagi kitab tafsir atau kitab-kitab lainnya mengenai ayat ini, agar Nak Mas lebih memahami makna ayat tersebut…..” Ki Bijak sengaja meminta Maula untuk mencari sendiri tafsir ayat tadi agar Maula lebik paham.
“Iya ki, ana akan coba baca-baca lagi tafsirnya….” Kata Maula.
“Lalu Nak Mas masih ingat hadits mengenai keutamaan shalat tepat waktu…?” Tanya Ki Bijak.
‘ Dari Abdullah bin Mas’ud Rhadiallahu Anha, dia berkata, "saya pernah bertanya kepada Rosululloh Sholallahu’Alaihi Wa sallam, "Apakah perbuatan yang paling utama?" Beliau menjawab, "Shalat tepat pada waktunya." Dia berkata, "Saya bertanya lagi, kemudian apa?" Beliau menjawab, "Berbuat baik kepada kedua orang tua." Dia berkata, "Saya bertanya lagi, lalu apa?" Beliau menjawab, "Jihad di jalan Alloh." Maka saya tidak menambah pertanyaan melainkan untuk melaksanakan dan menjaga hal tersebut.
“Lagi, Nak Mas perhatikan redaksi hadits ini, shalat tepat waktu disebut terlebih dahulu, baru kemudian disusul dengan berbuat baik kepada kedua orang tua dan jihad fisabilillah, yang dalam pandangan Aki yang sangat terbatas ini, redaksi ini menyimpan sebuah hikmah yang luar biasa besar sehingga Rasulullah sedemikian rupa menempatkan shalat tepat waktu diurutan teratas dan dua kebajikan lainnya…..” Kata Ki Bijak.
Maula terdiam, merenung sejenak, ia mulai merasakan sesuatu didalam hatinya, jiwanya tiba-tiba menjerit menyadari betapa selama ini ia masih sering ‘menelantarkan’ shalat karena satu dan lain hal.
“Kenapa Nak Mas…..?” Tanya Ki Bijak melihat perubahan pada mimik muka muridnya.
“Ini ki…, ana takut sekali ki, selama ini ana masih sering menunda shalat, terutama ketika waktu shalat itu berbenturan dengan pekerjaan atau meeting dengan atasan, ana masih suka terbawa dan tidak bisa melaksanakan shalat tepat pada waktunya…..” Kata Maula kemudian.
Ki Bijak tersenyum; “Nak Mas, memang kadangkala kita dihadapkan kondisi-kondisi yang mungkin diluar kendali kita, tapi justru disanalah seni dan tantangannya, sedapat mungkin Nak Mas harus tetap melaksanakan shalat dulu,tapi kalau memang sangat tidak mungkin, Aki hanya pesan bahwa jangan sekali-kali menunda shalat itu menjadi habit, menjadi kebiasaan kita, karena ketika menunda shalat itu sudah menjadi kebiasaan, dalam hemat Aki, itu sudah menjadi sebuah penyakit…..” Kata Ki Bijak.
“Iya ki, memang ana sering melihat dibeberapa kantor yang mayoritas karyawannya shalat dhuhur pukul 2, padahal seharusnya mereka bisa memakai waktu istirahat untuk shalat….” Kata Maula.
“Itu yang tidak boleh ditiru Nak Mas, itu kurang terpuji….” Kata Ki Bijak.
“Iya ki, lagian apa ruginya shalat tepat waktu ya ki,paling lama sepuluh menit selesai, ngapain juga harus ditunda-tunda…..” Kata Maula, seperti sedang menasehati dirinya sendiri.
“Itu sikap dan cara berfikir yang benar Nak Mas, jangan menunda hanya karena sesuatu hal sepele…..” Kata Ki Bijak lagi.
“Iya ki, insya Allah, mulai sekarang, ana akan selalu berusaha mendirikan shalat tepat waktu….” Kata Maula.
“Alhamdulillah………….” Kata Ki Bijak, sambil menyambut uluran tangan Maula yang hendak pamitan.
Wassalam
No comments:
Post a Comment