Thursday, September 3, 2009

SELAGI MASIH ADA WAKTU

“Innalillahi wa inna ilaihi roji;un……, Nak Mas merasakan getaran gempa kemarin…?” Tanya Ki Bijak pada Maula, mengenai gempa yang terjadi di Tasikmalaya kemarin.

“Ya Ki, ana lagi dikantor, kami semua berhamburan keluar begitu menyadari terjadinya gempa….” Kata Maula menjawab.

“Aki dan santri-santri disini juga kaget dan segera keluar ruangan, terasa sekali getaran gempa itu…” Tambah Ki Bijak.

“Iya ki, gempanya memang besar sekali; 7.3 skala ritcher; gempa ini menurut BMKG diperkirakan terjadi karena adanya pergeseran lempeng bumi, yang kemudian menyebabkan patahan pada lempeng pada pusat gempa, terletak sekitar 142 KM dari pusat kota Tasikmalaya….., meski pusat gempanya cukup dalam, dengan kekuatan sebesar itu, hampir seluruh pulau jawa dan bahkan Bali juga turut merasakan getaran gempa dahsyat itu….” Kata Maula.

Ki Bijak menarik nafas dalam-dalam; “Aki jadi teringat firman Allah dalam surat al zalzalah Nak Mas……” Kata Ki Bijak sambil mengutip ayat al qur’an;

1. Apabila bumi digoncangkan dengan goncangan (yang dahsyat),
2. Dan bumi Telah mengeluarkan beban-beban berat (yang dikandung)nya,
3. Dan manusia bertanya: "Mengapa bumi (menjadi begini)?",
4. Pada hari itu bumi menceritakan beritanya,
5. Karena Sesungguhnya Tuhanmu Telah memerintahkan (yang sedemikian itu) kepadanya.
6. Pada hari itu manusia ke luar dari kuburnya dalam keadaan bermacam-macam, supaya diperlihatkan kepada mereka (balasan) pekerjaan mereka[1596],
7. Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya.
8. Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan sebesar dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya pula.

[1596] maksudnya ada di antara mereka yang putih mukanya dan ada pula yang hitam dan sebagainya.

“Kalau tadi Nak Mas mengatakan bahwa gempa yang terjadi kemarin disebabkan oleh pergeseran lempeng bumi, dari sisi lain Aki melihat bahwa gempa kemarin sebagai miniatur apa yang Allah gambarkan dalam surat Al Zalzalah ini; ya Allah ampuni dosa-dosa hamba_Mu ini…….” Kata Ki Bijak sambil tengadah.

Maula diam sejenak, ia menunggu kelanjutan penuturan gurunya; “Ana masih belum paham ki…” Katanya sejurus kemudian.

“Dalam sebuah riwayat, Abu Hurairah berkata bahwa Rasulullah Saw mengatakan: Tahukah kamu apa yang disebut dengan akbaroha, atau apa yang dimaksud berita yang dikatakan bumi, para Sahabat menjawab: Allah dan Rasulnya lebih mengetahui; Kemudian Rasul menjelaskan makna itu, bahwa yang dimaksud dengan berita yang akan diceritakan bumi itu, bahwa bumi akan memberikan kesaksian terhadap setiap perbuatan manusia, Manusia akan diberi kesaksian oleh bumi apakah ia laki-laki ataupun perempuan, tentang perbuatannya selama didunia, harinya, jamnya bahkan menit dan detiknya, tidak ada satu pun peristiwa yang terlewatkan dimuka bumi ini kecuali diceritakan oleh bumi, baik itu yang kecil maupun yang besar itu tidak luput dari pencatatan dan rekaman malaikat……” Kata Ki Bijak.

“Lalu ki….” Tanya Maula penasaran.

“Lalu ketika bumi menceritakan semua tentang amal perbuatan kita selama didunia ini, sementara catatan amal kita coreng moreng dan dipenuhi dosa, sementara amal kita lebih banyak maksiatnya, sementara amal kita lebih banyak buruknya, tidakkah kita cemas atau takut manakala mahkamah rabbul izzati meminta pertanggung jawaban dari semua amal-amal kita…?” Kata Ki Bijak lagi.

Degghh…mimic muka Maula berubah, ia tampak tegang demi mendengar penuturan gurunya barusan; ‘tidakkah kita cemas atau takut manakala mahkamah rabbul izzati meminta pertanggung jawaban dari semua amal-amal kita…?’ kata-kata itu sedemikian menghujam didasar sanubarinya;

“Tahun 2004 lalu tsunami meluluhlantakan tanah Aceh, kemudian gempa jogja, dan kemarin Tasikmalaya; besok lusa entah dimana dan kepada siapa peringatan Allah akan dialamatkan, pertanyaannya bagi kita sekarang, haruskah kita ‘menunggu’ hingga Allah benar-benar mengingatkan kita dengan tanda-tanda kekuasaanya secara langsung, baru kemudian kita mau bersujud kepada_Nya…?” Tanya Ki Bijak.

“Tidak ada seorang pun tahu pasti; kapan dan dimana peringatan Allah akan terjadi, bahkan BMKG dengan teknologi secanggih apapun, jika dengan tsunami kita masih lalai, jika dengan gempa jogja kita masih enggan, dan sekarang dengan gempa tasik pun kita masih keberatan untuk bersujud kepada Allah, lalu mau kapan…? Harus dengan teguran macam apa lagi…? Saat yang kita anggap tepat itu sudah terlambat…..” Kata Ki Bijak lagi.

Maula masih diam; dadanya sesak, kata-kata gurunya seperti dialamatkan langsung kepadanya, meski sang guru sendiri mengatakan hal itu untuk tujuan umum, termasuk dirinya sendiri, Maula merasa sedemikian ‘takut’ kalau benar-benar teguran Allah itu terjadi secara langsung dihadapannya, ia membayangkan kandungan surat al zaljalah itu, bumi berguncang, menumpahkan semua isinya, umat manusia kebingungan, berlarian kesana kemarin, bingung, panic, dan tidak tahu harus berbuat apa….

“Ki, ana jadi takut sekali ki……….” Kata Maula pendek.

“Setiap kita memang harus ‘merasa takut’ Nak Mas, dan ketakutan itu tidak boleh hanya berhenti sekedar takut, ketakutan itu harus diikuti dengan amaliah nyata untuk mengabdi semata kepada Allah, jangan menunda-nunda atau melalaikannya, selagi kita masih diberi kesempatan untuk bisa mengabdi kepada Allah, selagi masih ada waktu, segeralah bersujud kepada_Nya, tanggalkan kesombongan kita yang merasa diri masih muda, tanggalkan keangkuhan kita karena merasa diri masih sehat, tanggalkan kepongahan kita bahwa kita masih punya banyak kesempatan esok hari untuk mengabdi, karena semuanya hanya akan melalaikan kita, karena kita tidak tahu sampai kapan kesempatan itu Allah peruntukan kepada kita….., gempa kemarin dengan gamblang menceritakan kepada kita mereka yang sehari sebelemnya atau bahkan mungkin semenit sebelumnya masih gagah, masih sehat, masih berada dirumah bagus, masih muda, tiba-tiba semuanya terenggut dengan gempa yang hanya sekian detik…., itu harus menjadi pelajaran berharga bagi kita, bahwa Allah yang mengatur waktu dan kehidupan kita, kita tidak punya kuasa atau pilihan kapan dan dimana kehidupan kita akan berakhir, jadi sekali lagi bersegeralah untuk bersujud kepada_Nya mulai detik ini juga………….” Kata Ki Bijak.

Maula lebih dalam merenungi semua perkataan demi perkataan gurunya, ia tidak banyak bertanya lagi, karena dadanya sesak oleh berbagai perasaan yang menyelimutinya……

Wassalam

September 03,2009

No comments:

Post a Comment