“Ada banyak makna dan hikmah yang bisa kita petik dari kejadian gempa kemarin Nak Mas…” Kata Ki Bijak, menjawab pertanyaan Maula mengenai makna dan hikmah dari gempa yang terjadi kemarin.
“Ada banyak makan dan hikmah ki…?” Tanya Maula.
“Ya Nak Mas, musibah, seperti gempa di Tasikmalaya kemarin, dapat bermakna ‘ujian’ bagi mereka yang beriman….” Kata Ki Bijak.
“Ya ki….?” Maula penasaran.
“Nak Mas masih ingat sebuah ayat disurat At Taghobun yang pernah Nak Mas sampaikan pada Aki dulu, bahwa tidak ada satu musibah atau kejadian apapun, kecuali itu terjadi dengan izin dan kehendak Allah…?” Ki Bijak memancing ingatan Maula.
“Ya Ki…..” Kata Maula dengan segera, karena ia begitu terkesan dengan ayat ke 11 dari surat At _taghobun;
11. Tidak ada suatu musibah pun yang menimpa seseorang kecuali dengan ijin Allah; dan barangsiapa yang beriman kepada Allah niscaya dia akan memberi petunjuk kepada hatinya. dan Allah Maha mengetahui segala sesuatu.
“Ya, itu ayat yang Aki maksud; ‘Tidak ada suatu musibahpun yang menimpa seseorang kecuali dengan izin Allah’, terlepas dari berbagai teori yang menyatakan bahwa gempa terjadi karena satu dan lain hal, sebagai orang beriman, kita wajib meyakini bahwa gempa yang terjadi kemarin adalah merupakan kehendak Allah, kehendak Sang Pencipta Bumi itu sendiri, kalau kemarin Nak Mas katakan bahwa gempa itu secara dhazir disebabkan oleh adanya pergeseran lempeng bumi, Aki dapat tambahkan bahwa lempeng bumi itu hanya akan bergeser dengan izin dan kehendak Allah, tidak mungkin kemudian bumi ‘iseng’ bergeser dengan sendirinya…..” Kata Ki Bijak.
“Iya ya ki….., sehebat apapun teori yang menyatakan penyebab gempa, tidak berarti banyak bagi para korban, end toh gempanya sudah terjadi, dan korbannya sudah berjatuhan…..” Kata Ki Bijak.
“Sebagai bahan berita di media massa, teori penyebab gempa merupakan konsumsi yang sangat layak jual, tapi seperti Nak Mas katakan tadi, itu tak banyak berarti bagi para korban, karena toh gempa sudah terjadi, yang jauh lebih penting menurut Aki adalah bagaimana kita meyakini kejadian ini sebagai sebuah kehendak Allah, agar kemudian Allah memberi petunjuk kepada kita, memberi petunjuk kedalam hati kita, untuk dapat melanjutkan kehidupan ini dengan lebih baik, sebagaimana kelanjutan ayat ini; ‘Dan barang siapa yang beriman kepada Allah, niscaya Dia akan memberi petunjuk kedalam hatinya’……” Kata Ki Bijak lagi.
“Selain ujian keimanan, tentu juga ujian terhadap kesabaran dan sikap tawakal kita, khususnya saudara-saudara kita yang terkena dampak gempa secara langsung, karena barang siapa bersabar atas ujian dari Allah, maka insya Allah ia akan mendapatkan maqam tersendiri disisi Allah, atau paling tidak, kesabaran atas musibah yang menimpa, dapat menjadi kaffarah terhadap dosa-dosa kita…..” Tambah Ki Bijak.
“Ana mengerti ki….” Kata Maula.
“Yang kedua, musibah, seperti gempa kemarin, bisa juga dimaknai sebagai ‘teguran’, bagi mereka yang lalai…..” Kata Ki Bijak.
“Musibah sebagai teguran ki….?” Kata Maula.
“Dengan Rahman dan Rahim_Nya, Allah menghendaki kita menjadi hamba yang baik, hamba yang taat dan semata mengabadi kepada_Nya, namum kadang sifat kemanusiaan kita menyebabkan kita lupa dan lalai dengan kewajiban kita sebagai hamba, dan Allah memiliki cara yang tiada terhingga untuk mengingatkan kita agar kita segera sadar dan kembali meretas jalan lurus yang direntangkannya; dan salah satunya adalah dengan gempa itu Nak Mas…..” kata Ki Bijak.
“Ana mengerti ki…, tapi….apakah teguran Allah itu langsung ‘agak keras’ seperti gempa itu ki…?” Tanya Maula setengah ragu.
“Allah tidak pernah mendzalimi mahluk_Nya Nak Mas, jauh sebelum ‘teguran’ itu dialamatkan kepada kita, sebelumnya mungkin ada banyak isyarat dan peringatan yang Allah berikan kepada kita, hanya kita tidak mampu menangkap dan membacanya, sehingga kita lebih sering mengabaikan peringatan itu daripada mengindahkannya…, dan ketika peringatan demi peringatan selalu kita abaikan, ‘teguran’ yang lebih keras dijadikan Allah untuk menyadarkan kita, bukan untuk mendzalimi kita….” Kata Ki Bijak lagi.
“Ya Aki, Ana paham…..” Kata Maula.
“Yang ketiga, makna yang ketiga ini yang Aki takutkan Nak Mas…., jika musibah yang terjadi sudah merupakan ‘hukuman’ dari Allah kepada kita, Naudzubillah……….” Kata Ki Bijak.
“Hukuman dari Allah kepada kita…hmmmh, tapi mungkin juga ya kita, kalau sebagian besar penduduk bumi ini lebih mempercayai teori-teori dzahir penyebab musibah dan mengabaikan dan samasekali tidak melihat qudrat dan iradah Allah, kemudian peringatan diabaikan, teguran tidak diperhatikan, satu-satunya cara untuk mengingatkan manusia adalah dengan hukuman, masuk akal kan ki…” Kata Maula.
“Benar Nak Mas, hal itu sangat mungkin, tapi sekali lagi, kalaupun Allah memberi peringatan, kalaupun Allah memberikan teguran, atau bahkan ketika Allah memberikan hukuman pun bukan karena Allah dzalim, tapi semata agar kita sadar dan segera kembali kepada_Nya dengan pengabdian yang tulus ikhlas sebagai hamba…..” Kata Ki Bijak sambil mengutip ayat ke 41 surat Ar-rum;
41. Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan Karena perbuatan tangan manusi, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).
“Indah sekali bukan…? Meski diawal kalimatnya Allah menyatakan bahwa kerusakan dibumi dan dilautan diakibatkan oleh perbuatan tangan manusia, tapi diakhir kalimat, Allah dengan keAgungan_Nya menyatakan ‘supaya Allah merasakan sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (kejalan yang benar)’ subhanallah, betapa Rahman dan Rahim_Nya Allah, sehingga ‘kenakalan’ kita sebagai manusia tidak lantas menjadikan Allah menjatuhkan hukuman dengan hukuman yang keras, tapi hanya ‘sebagian saja’ kenakalan itu dikembalikan kepada kita…..” Kata Ki Bijak.
“Ya ki, betapa Maha Bijaksananya Allah…, lalu adakah hukuman Allah yang benar-benar keras didunia ki..?” Tanya Maula.
“Ada Nak Mas, hukuman itu dialamatkan kepada mereka yang telah melampaui batas, artinya mereka sudah tidak beriman kepada Allah, bahkan mereka mengingkari Allah sebagai Rabb_nya, Al Qur’an banyak menceritakan bagaimana Allah menghancurkan dan membinasakan kaum-kaum yang melampuai batas itu……” Kata Ki Bijak sambil membuka al qur’an;
“Ini Nak Mas…., coba Nak Mas baca kisah-kisah ini..” Kata Ki Bijak memberikan beberapa contoh kaum yang dibinasakan Allah karena perbuatannya;
Dengan segera Maula mengamati apa yang ditunjukan oleh gurunya; Maula menemukan beberapa kaum yang dibinasakan Allah;
Pertama,Kaum Nabi Nuh; yang telah diseru oleh Nabi Nuh selama 950 tahun, untuk beriman kepada Allah, tapi mereka justru memperolok ajakan dan dakwah Nabi Nuh, kemudian Allah membinasakannya dengan menenggelamkan mereka yang ingkar dengan banjir besar;
14. Dan Sesungguhnya kami Telah mengutus Nuh kepada kaumnya, Maka ia tinggal di antara mereka seribu tahun kurang lima puluh tahun. Maka mereka ditimpa banjir besar, dan mereka adalah orang-orang yang zalim.
“Ada banyak makan dan hikmah ki…?” Tanya Maula.
“Ya Nak Mas, musibah, seperti gempa di Tasikmalaya kemarin, dapat bermakna ‘ujian’ bagi mereka yang beriman….” Kata Ki Bijak.
“Ya ki….?” Maula penasaran.
“Nak Mas masih ingat sebuah ayat disurat At Taghobun yang pernah Nak Mas sampaikan pada Aki dulu, bahwa tidak ada satu musibah atau kejadian apapun, kecuali itu terjadi dengan izin dan kehendak Allah…?” Ki Bijak memancing ingatan Maula.
“Ya Ki…..” Kata Maula dengan segera, karena ia begitu terkesan dengan ayat ke 11 dari surat At _taghobun;
11. Tidak ada suatu musibah pun yang menimpa seseorang kecuali dengan ijin Allah; dan barangsiapa yang beriman kepada Allah niscaya dia akan memberi petunjuk kepada hatinya. dan Allah Maha mengetahui segala sesuatu.
“Ya, itu ayat yang Aki maksud; ‘Tidak ada suatu musibahpun yang menimpa seseorang kecuali dengan izin Allah’, terlepas dari berbagai teori yang menyatakan bahwa gempa terjadi karena satu dan lain hal, sebagai orang beriman, kita wajib meyakini bahwa gempa yang terjadi kemarin adalah merupakan kehendak Allah, kehendak Sang Pencipta Bumi itu sendiri, kalau kemarin Nak Mas katakan bahwa gempa itu secara dhazir disebabkan oleh adanya pergeseran lempeng bumi, Aki dapat tambahkan bahwa lempeng bumi itu hanya akan bergeser dengan izin dan kehendak Allah, tidak mungkin kemudian bumi ‘iseng’ bergeser dengan sendirinya…..” Kata Ki Bijak.
“Iya ya ki….., sehebat apapun teori yang menyatakan penyebab gempa, tidak berarti banyak bagi para korban, end toh gempanya sudah terjadi, dan korbannya sudah berjatuhan…..” Kata Ki Bijak.
“Sebagai bahan berita di media massa, teori penyebab gempa merupakan konsumsi yang sangat layak jual, tapi seperti Nak Mas katakan tadi, itu tak banyak berarti bagi para korban, karena toh gempa sudah terjadi, yang jauh lebih penting menurut Aki adalah bagaimana kita meyakini kejadian ini sebagai sebuah kehendak Allah, agar kemudian Allah memberi petunjuk kepada kita, memberi petunjuk kedalam hati kita, untuk dapat melanjutkan kehidupan ini dengan lebih baik, sebagaimana kelanjutan ayat ini; ‘Dan barang siapa yang beriman kepada Allah, niscaya Dia akan memberi petunjuk kedalam hatinya’……” Kata Ki Bijak lagi.
“Selain ujian keimanan, tentu juga ujian terhadap kesabaran dan sikap tawakal kita, khususnya saudara-saudara kita yang terkena dampak gempa secara langsung, karena barang siapa bersabar atas ujian dari Allah, maka insya Allah ia akan mendapatkan maqam tersendiri disisi Allah, atau paling tidak, kesabaran atas musibah yang menimpa, dapat menjadi kaffarah terhadap dosa-dosa kita…..” Tambah Ki Bijak.
“Ana mengerti ki….” Kata Maula.
“Yang kedua, musibah, seperti gempa kemarin, bisa juga dimaknai sebagai ‘teguran’, bagi mereka yang lalai…..” Kata Ki Bijak.
“Musibah sebagai teguran ki….?” Kata Maula.
“Dengan Rahman dan Rahim_Nya, Allah menghendaki kita menjadi hamba yang baik, hamba yang taat dan semata mengabadi kepada_Nya, namum kadang sifat kemanusiaan kita menyebabkan kita lupa dan lalai dengan kewajiban kita sebagai hamba, dan Allah memiliki cara yang tiada terhingga untuk mengingatkan kita agar kita segera sadar dan kembali meretas jalan lurus yang direntangkannya; dan salah satunya adalah dengan gempa itu Nak Mas…..” kata Ki Bijak.
“Ana mengerti ki…, tapi….apakah teguran Allah itu langsung ‘agak keras’ seperti gempa itu ki…?” Tanya Maula setengah ragu.
“Allah tidak pernah mendzalimi mahluk_Nya Nak Mas, jauh sebelum ‘teguran’ itu dialamatkan kepada kita, sebelumnya mungkin ada banyak isyarat dan peringatan yang Allah berikan kepada kita, hanya kita tidak mampu menangkap dan membacanya, sehingga kita lebih sering mengabaikan peringatan itu daripada mengindahkannya…, dan ketika peringatan demi peringatan selalu kita abaikan, ‘teguran’ yang lebih keras dijadikan Allah untuk menyadarkan kita, bukan untuk mendzalimi kita….” Kata Ki Bijak lagi.
“Ya Aki, Ana paham…..” Kata Maula.
“Yang ketiga, makna yang ketiga ini yang Aki takutkan Nak Mas…., jika musibah yang terjadi sudah merupakan ‘hukuman’ dari Allah kepada kita, Naudzubillah……….” Kata Ki Bijak.
“Hukuman dari Allah kepada kita…hmmmh, tapi mungkin juga ya kita, kalau sebagian besar penduduk bumi ini lebih mempercayai teori-teori dzahir penyebab musibah dan mengabaikan dan samasekali tidak melihat qudrat dan iradah Allah, kemudian peringatan diabaikan, teguran tidak diperhatikan, satu-satunya cara untuk mengingatkan manusia adalah dengan hukuman, masuk akal kan ki…” Kata Maula.
“Benar Nak Mas, hal itu sangat mungkin, tapi sekali lagi, kalaupun Allah memberi peringatan, kalaupun Allah memberikan teguran, atau bahkan ketika Allah memberikan hukuman pun bukan karena Allah dzalim, tapi semata agar kita sadar dan segera kembali kepada_Nya dengan pengabdian yang tulus ikhlas sebagai hamba…..” Kata Ki Bijak sambil mengutip ayat ke 41 surat Ar-rum;
41. Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan Karena perbuatan tangan manusi, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).
“Indah sekali bukan…? Meski diawal kalimatnya Allah menyatakan bahwa kerusakan dibumi dan dilautan diakibatkan oleh perbuatan tangan manusia, tapi diakhir kalimat, Allah dengan keAgungan_Nya menyatakan ‘supaya Allah merasakan sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (kejalan yang benar)’ subhanallah, betapa Rahman dan Rahim_Nya Allah, sehingga ‘kenakalan’ kita sebagai manusia tidak lantas menjadikan Allah menjatuhkan hukuman dengan hukuman yang keras, tapi hanya ‘sebagian saja’ kenakalan itu dikembalikan kepada kita…..” Kata Ki Bijak.
“Ya ki, betapa Maha Bijaksananya Allah…, lalu adakah hukuman Allah yang benar-benar keras didunia ki..?” Tanya Maula.
“Ada Nak Mas, hukuman itu dialamatkan kepada mereka yang telah melampaui batas, artinya mereka sudah tidak beriman kepada Allah, bahkan mereka mengingkari Allah sebagai Rabb_nya, Al Qur’an banyak menceritakan bagaimana Allah menghancurkan dan membinasakan kaum-kaum yang melampuai batas itu……” Kata Ki Bijak sambil membuka al qur’an;
“Ini Nak Mas…., coba Nak Mas baca kisah-kisah ini..” Kata Ki Bijak memberikan beberapa contoh kaum yang dibinasakan Allah karena perbuatannya;
Dengan segera Maula mengamati apa yang ditunjukan oleh gurunya; Maula menemukan beberapa kaum yang dibinasakan Allah;
Pertama,Kaum Nabi Nuh; yang telah diseru oleh Nabi Nuh selama 950 tahun, untuk beriman kepada Allah, tapi mereka justru memperolok ajakan dan dakwah Nabi Nuh, kemudian Allah membinasakannya dengan menenggelamkan mereka yang ingkar dengan banjir besar;
14. Dan Sesungguhnya kami Telah mengutus Nuh kepada kaumnya, Maka ia tinggal di antara mereka seribu tahun kurang lima puluh tahun. Maka mereka ditimpa banjir besar, dan mereka adalah orang-orang yang zalim.
“ Kemudian Kaum Nabi Hud; yaitu kaum ‘Ad, mereka mendustakan kenabian Hud as, kemudian Allah mendatangkan angin dahsyat disertai bunyi guruh yang menggelegar hingga mereka tertimbun pasir dan binasa;( QS. At Taubah : 70, Al Qamar : 18, Fushshilat : 13, An Najm : 50, Qaaf : 13)
“Lalu Kaum Nabi Shaleh, kaum Tsamud; Nabi Shaleh diberi sebuah mukjizat seekor unta betina yang keluar dari celah batu. Namun mereka membunuh unta betina tersebut sehingga Alloh menimpakan azab kepada mereka (QS. Al Hijr : 80, Huud : 68, Qaf : 12)
“Kaum Nabi Luth; Umat Nabi Luth terkenal dengan perbuatan menyimpang, yaitu hanya mau menikah dengan pasangan sesama jenis / liwath (homoseksual dan lesbian). Kendati sudah diberi peringatan, mereka tak mau bertobat. Alloh akhirnya memberikan azab kepada mereka berupa gempa bumi yang dahsyat disertai angin kencang dan hujan batu sehingga hancurlah rumah-rumah mereka. Dan, kaum Nabi Luth ini akhirnya tertimnbun dibawah reruntuhan rumah mereka sendiri. (QS. As Syu'ara :160, An Naml : 54, Al Hijr : 67, Al Furqan : 38, Qaaf : 12)
“ Kaum Nabi Syuaib; Nabi Syuaib diutuskan kepada kamu Madyan. Kaum Madyan ini dihancurkan oleh Alloh karena mereka suka melakukan penipuan dan kecurangan dalam perdagangan. Bila membeli, mereka minta dilebihkan dan bila menjual selalu dikurangi. Alloh pun mengazab mereka dengan hawa panas yang teramat sangat. Kendati mereka berlindung ditempat yang teduh, hal itu tak mampu melepaskan rasa panas. Akhirnya merekapun binasa. (QS. At Taubah : 70, Al Hijr : 78, Thaaha : 40, dan Al Hajj : 44)”
“Selain kepada kaum Madyan, Nabi Syuaib juga diutus oleh Alloh kepada penduduk Aikah. Mereka menyembah sebidang lahan tanah yang pepohonannya sangat rimbun. Kaum ini menurut ahli tafsir disebut pula sebagai penyembah hutan lebat (Aikah). (Qs. Al Hijr : 78, Asy Syua'ara : 176, Shaad : 13, Qaaf : 14)
“Firaun; Allah mengutus Nabi Musa dan Nabi Harun untuk memperingatkan Firaun akan azab Allah. Namun, Firaun malah mengaku dirinya sebagai tuhan. Ia akhirnya tewas di Laut Merah dan ratusan tahun kemudian jasadnya ditemukan sebagai ibrah atau pelajaran kepada umat manusia akan keburukan sifat Firaun ini, bahkan Alloh pun mengabadikannya dalam Al Quran. Hingga kini Firaun masih bisa disaksikan di museum mumi di Mesir. (Qs. Al Baqarah : 50, Yunus : 92)”
“ Kemudian Ashab Al-Sabt,Mereka adalah segolongan orang fasik (orang yang tahu ilmu agama, namun mengabaikannya atau pura-pura tidak tahu) yang tinggal di kota Eliah di Palestina. Mereka melanggar perintah Alloh untuk beribadah pada hari Sabtu. Alloh menguji mereka dengan memberikan ikan yang banyak pada hari Sabtu dan tidak ada ikan pada hari lainnya. Mereka meminta rasul Alloh untuk mengalihkan ibadah pada hari lain, selain Sabtu. Mereka akhirnya dibinasakan dengan dijadikan kera yang hina oleh Alloh Jala Wa 'Ala. (QS. Al A'raaf :163)
“Ashab Al-Rass - Rass adalah nama sebuah telaga yang kering airnya. Nama Al-Rass ditujukan pada suatu kaum. Konon, Nabi yang diutus kepada mereka adalah Nabi Shaleh, namun ada pula yang menyebutkan Nabi Syuaib. Sementara itu yang lain hanya menyebutkan, utusan itu bernama Handzalah bin Shinwan (adapula yang menyebutkan bin Shofwan). Mereka menyembah patung, ada pula yang menyebutkan bahwa pelanggaran yang mereka lakukan karena mencampakkan utusan yang dikirim kepada mereka ke dalam sumur sehingga mereka dibinasakan oleh Alloh Subhanahu Wa Ta'ala. (Qs. Al Furqan : 38, Qaaf : 12)
“Ashab Al-Ukhdudd - Ashab Al-Ukhdudd adalah sebuah kaum yang menggali parit dan menolak beriman kepada Alloh Jala Wa 'Ala, termasuk raja-rajanya. Sementara itu, sekelompok orang yang beriman diceburkan ke dalam parit yang telah dibakar, termasuk seorang wanita yang telah menggendong seorang bayi. Mereka dikutuk oleh Alloh Subhanu Wa Ta'ala. (Qs. Al Buruuj : 4-9)
“Ada pula Ashab Al-Qaryah;Menurut sebagian ahli tafsir, Ashab Al-Qaryah (suatu negeri) adalah penduduk Anthakiyah. Mereka mendustakan rasul-rasul yang diutus kepada mereka. Allah membinasakan mereka dengan sebuah suara yang sangat keras. (Qs. Yaasiin : 13)
"Kaum Tubba'; Tubba' adalah nama seorang raja bangsa Himyar yang beriman. Namun kaumnya ingkar kepada Alloh hingga melampaui batas. Maka, Alloh menimpakan azab kepada mereka hingga binasa. Peradaban mereka sangat maju, salah satunya adalah bendungan air. (Qs. Ad Dukhan : 37)
“ Kaum Saba,Mereka diberi berbagai kenikmatan berupa kebun-kebun yang ditumbuhi pepohonan untuk kemakmuran rakyat Saba. Karena mereka enggan beribadah kepada Alloh walau sudah diperingatkan oleh Nabi Sulaiman Alaihi Salam, akhirnya atas izin Alloh-lah akhirnya terjadi banjir bandang yang luar biasa besar (Al-Arim) akibat hancurnya bendungan Ma'rib. (Qs. Saba : 15-19)
“Ki, kalau ana cermati dari kisah-kisah ini; sebagian penyebab kebinasaan mereka; seperti perilaku homoseksual; kemudian perbuatan curang dalam perdagangan; juga ada dizaman kita ini ya ki……” Kata Maula sejurus kemudian.
“Ya Nak Mas, sebagian penyebab kehancuran umat terdahulu memang sudah nampak dizaman kita ini, Aki berdoa semoga Allah tidak menghukum kelalaian manusia dizaman ini dengan kebinasaan seperti umat-umat terdahulu yang telah dibinasakan karena kedzalimannya…” Kata Ki Bijak.
“Amiiin...., Semoga ya ki………….” Kata Maula sambil minta izin untuk pamitan.
Wassalam
September 06,2009
No comments:
Post a Comment