“Dari sepakbola, sebenarnya kita bisa belajar banyak Nak Mas, dari sepakbola kita bisa belajar managemen waktu, dari sepakbola kita bisa belajar disiplin, dari sepakbola kita bisa belajar kerja sama team, dari sepakbola kita bisa belajar membuat atau mengkreasi ‘gol’, selain juga kita bisa belajar bagaimana memanfaatkan ruang/lapangan yang ada, kita belajar menghargai dan menerima keputusan, kita pun bisa belajar untuk siap menerima kekalalahan dan tidak menjadi sombong ketika kita memperoleh kemenangan…….”
“Kita pun bisa belajar bagaimana sebuah team mempersiapkan diri untuk menghadapi kompetisi panjang, persiapan teknik, persiapan mental, persiapan fisik, persiapan strategi dan berbagai persiapan-persiapan lainnya…..;
“Kita pun bisa belajar bagaimana sebuah team mempersiapkan diri untuk menghadapi kompetisi panjang, persiapan teknik, persiapan mental, persiapan fisik, persiapan strategi dan berbagai persiapan-persiapan lainnya…..;
"hanya sayangnya masyarakat kita bukan belajar dari sisi positifnya, justru tak jarang sebagian masyarakat kita terjebak kedalam mudharatnya, seperti Nak Mas katakan tadi, nonton bolanya pake taruha…….” Kata Ki Bijak mengomentari cerita Maula mengenai maraknya judi bola sepanjang penyelenggaraan piala dunia kali ini.
“Iya ki, ana juga prihatin,nggak dikampung, nggak dikota, mulai dari yang recehan sampai yang jutaan, ada yang bilang arisan, ada yang mengatakan iseng-isengan, dan masih banyak lagi ‘kemasan kata’ untuk menutupi perjudian yang mereka lakukan……, sedih banget ya ki….” Kata Maula.
Ki Bijak diam agak lama, merasakan keprihatinan yang sangat dengan kondisi masyarakat akhir-akhir ini.
“Ki….., seperti Aki katakan tadi, sebenarnya kita belajar banyak dari sepakbola ya ki…..” kata Maula memecah keheningan.
“Benar Nak Mas, jika kita lebih bijak, ada banyak hal yang bisa kita pelajari dari sepakbola seperti piala dunia ini…., kita ambil contoh dua team yang masuk final sekarang ini…., team mana Nak Mas…..?” Tanya Ki Bijak
“Team Belanda lawan Spanyol ki…..” Jawab Maula.
“Ya…, team Belanda dan Team Spanyol…., jauh sebelum akhirnya kedua tim ini sampai babak final, keduanya harus memiliki semua persyaratan untuk menjadi finalis, mereka mempersiapkan diri secara fisik,teknik, mental dan strategi sejak mereka akan memasuki babak penyisihan, babak demi babak mereka lalui, lawan dan rintangan pun mereka lewati, cape, lelah, menguras tenaga, menguras emosi, menguras fikiran, dan memang itulah harga yang harus dibayar untuk menuju tangga keberhasilan…..”
“Hampir tidak ada tim yang tanpa persiapan memadai,tanpa melalui babak kualifikasi, tanpa bertanding, tanpa lelah, tanpa menguras tenaga, tiba-tiba dinobatkan menjadi juara…, karena perjuangan melewati fase demi fase adalah syari’at yang harus dilalui untuk menjadi juara…..” Kata Ki Bijak.
“Artinya apa ki……?” Tanya Maula, sambil mengagumi pemahaman gurunya mengenai seluk beluk persepakbolaan, padahal gurunya itu jarang sekali menonton pertandingan bola.
“Artinya adalah tidak ada keberhasilan kebetulan, tidak ada juara tiba-tiba, siapapin yang ingin berhasil, siapapun yang ingin juara, mereka harus menyempurnakan syari’at untuk mencapai keberhasilan ti….., pun dengan kita Nak Mas, kalau Nak Mas ingin sukses, jika Nak Mas ingin berhasil, maka Allah mewajibkan kita melakukan dan menyempurnakan syari’at untuk mencapai keberhasilan itu………” Kata Ki Bijak.
“Waah, sebuah pelajaran yang bagus sekali ya ki………” Kata Maula.
“Ya Nak Mas, bagus sekali…., belum lagi kita bisa belajar dari sebuah pertandingan sepakbola itu sendiri, disana ada lapangan bola, waktunya sudah ditentukan, ada wasit sebagai pengadil, ada lawan akan menghalangi, ada gawang yang dijaga keeper, ada aturan yang tidak boleh dilanggar……, kesemuanya merupakan miniatur dari kehidupan kita……” Kata Ki Bijak.
“Sebuah pertanding sepakbola merupakan miniatur kehidupan ki…..?” Tanya Maula.
Ki Bijak mengangguk, “ Hamparan bumi yang luas ini adalah ‘lapangan’ kita untuk berkompetisi meraih yang terbaik Nak Mas, sementara jika dalam sepakbola keinginan sebuah tim untuk memenangkan pertandingan dibatasi oleh 90 menit waktu pertandingan, keinginan kita untuk mencapai keberhasilan dunia akhiratpun dibatasi oleh usia, kita tidak boleh kemudian berfoya-foya menghabiskan waktu kita untuk sesuatu yang tidak bermanfaat, karena waktu kita akan terus berkurang setiap detiknya, sebagaimana sebuah tim tidak boleh hanya bermain passion ball saja, mengulur-ngulur waktu saja, karena waktu sangat berharga, karena waktu sangat terbatas……” Kata Ki Bijak.
“Iya ki, ana sering lihat kalau ada pemain yang mengulur-ngulur waktu pertandingan, biasanya akan dihukum dengan kartu kuning oleh wasit……” kata Maula.
“Pun dalam kehidupan kita Nak Mas, kalau kita banyak menyia-nyiakan waktu, maka kita akan ‘dihukum’ dengan rasa sesal yang sangat, karena sedetikpun waktu tidak akan bertambah, waktu pasti berkurang, sedetik saja kita melewatkannya, maka kita tidak akan bisa kembali pada waktu yang sama……” Tambah Ki Bijak.
Maula manggut-manggut, “Iya ki, seberapapun ingin kita kembali kewaktu lalu,pasti tidak akan bisa ya ki…..” Kata Maula lagi.
“Dan Nak Mas pernah melihat tim uggulan, dengan sekumpulan pemain bintang yang mumpuni, tapi kemudian kalah oleh tim medioker…?” Tanya Ki Bijak.
“Iya ki, Prancis, Italia, Portugal, Argentina, dan Brazil adalah tim-tim unggulan yang dihuni oleh bintang kelas dunia, tapi toh akhirnya mereka kalah sebelum mencapai babak final…..; apalagi Prancis, sudah keok duluan…..” Kata Maula lagi.
“Nak Mas tahu maknanya apa…..?” Tanya Ki Bijak.
“Eehhh.., apa ya ki, mungkin maknanya adalah bahwa kemenangan tidak semata karena kualitas teknik dan mental atau sekeda fisik semata, tapi ada factor lain yang menentukan hasil akhir dari perjuangan setiap tim…..” Kata Maula.
“Nak Mas benar, kita hanya diwajibkan melakukan syari’at, kalau dalam sepakbola tadi, kewajiban syari’at itu bisa persiapan fisik, persiapan mental, persiapan teknik dan lainnya, sementara kalau dalam kehidupan kita, kewajiban syari’at itu bisa berupa mencari ilmu, berusaha dengan cerdas, bersemangat dan bersungguh dan lainnya, sementara kemenangan atau keberhasilan bukan lagi kewajiban kita..",
“Iya ki, ana juga prihatin,nggak dikampung, nggak dikota, mulai dari yang recehan sampai yang jutaan, ada yang bilang arisan, ada yang mengatakan iseng-isengan, dan masih banyak lagi ‘kemasan kata’ untuk menutupi perjudian yang mereka lakukan……, sedih banget ya ki….” Kata Maula.
Ki Bijak diam agak lama, merasakan keprihatinan yang sangat dengan kondisi masyarakat akhir-akhir ini.
“Ki….., seperti Aki katakan tadi, sebenarnya kita belajar banyak dari sepakbola ya ki…..” kata Maula memecah keheningan.
“Benar Nak Mas, jika kita lebih bijak, ada banyak hal yang bisa kita pelajari dari sepakbola seperti piala dunia ini…., kita ambil contoh dua team yang masuk final sekarang ini…., team mana Nak Mas…..?” Tanya Ki Bijak
“Team Belanda lawan Spanyol ki…..” Jawab Maula.
“Ya…, team Belanda dan Team Spanyol…., jauh sebelum akhirnya kedua tim ini sampai babak final, keduanya harus memiliki semua persyaratan untuk menjadi finalis, mereka mempersiapkan diri secara fisik,teknik, mental dan strategi sejak mereka akan memasuki babak penyisihan, babak demi babak mereka lalui, lawan dan rintangan pun mereka lewati, cape, lelah, menguras tenaga, menguras emosi, menguras fikiran, dan memang itulah harga yang harus dibayar untuk menuju tangga keberhasilan…..”
“Hampir tidak ada tim yang tanpa persiapan memadai,tanpa melalui babak kualifikasi, tanpa bertanding, tanpa lelah, tanpa menguras tenaga, tiba-tiba dinobatkan menjadi juara…, karena perjuangan melewati fase demi fase adalah syari’at yang harus dilalui untuk menjadi juara…..” Kata Ki Bijak.
“Artinya apa ki……?” Tanya Maula, sambil mengagumi pemahaman gurunya mengenai seluk beluk persepakbolaan, padahal gurunya itu jarang sekali menonton pertandingan bola.
“Artinya adalah tidak ada keberhasilan kebetulan, tidak ada juara tiba-tiba, siapapin yang ingin berhasil, siapapun yang ingin juara, mereka harus menyempurnakan syari’at untuk mencapai keberhasilan ti….., pun dengan kita Nak Mas, kalau Nak Mas ingin sukses, jika Nak Mas ingin berhasil, maka Allah mewajibkan kita melakukan dan menyempurnakan syari’at untuk mencapai keberhasilan itu………” Kata Ki Bijak.
“Waah, sebuah pelajaran yang bagus sekali ya ki………” Kata Maula.
“Ya Nak Mas, bagus sekali…., belum lagi kita bisa belajar dari sebuah pertandingan sepakbola itu sendiri, disana ada lapangan bola, waktunya sudah ditentukan, ada wasit sebagai pengadil, ada lawan akan menghalangi, ada gawang yang dijaga keeper, ada aturan yang tidak boleh dilanggar……, kesemuanya merupakan miniatur dari kehidupan kita……” Kata Ki Bijak.
“Sebuah pertanding sepakbola merupakan miniatur kehidupan ki…..?” Tanya Maula.
Ki Bijak mengangguk, “ Hamparan bumi yang luas ini adalah ‘lapangan’ kita untuk berkompetisi meraih yang terbaik Nak Mas, sementara jika dalam sepakbola keinginan sebuah tim untuk memenangkan pertandingan dibatasi oleh 90 menit waktu pertandingan, keinginan kita untuk mencapai keberhasilan dunia akhiratpun dibatasi oleh usia, kita tidak boleh kemudian berfoya-foya menghabiskan waktu kita untuk sesuatu yang tidak bermanfaat, karena waktu kita akan terus berkurang setiap detiknya, sebagaimana sebuah tim tidak boleh hanya bermain passion ball saja, mengulur-ngulur waktu saja, karena waktu sangat berharga, karena waktu sangat terbatas……” Kata Ki Bijak.
“Iya ki, ana sering lihat kalau ada pemain yang mengulur-ngulur waktu pertandingan, biasanya akan dihukum dengan kartu kuning oleh wasit……” kata Maula.
“Pun dalam kehidupan kita Nak Mas, kalau kita banyak menyia-nyiakan waktu, maka kita akan ‘dihukum’ dengan rasa sesal yang sangat, karena sedetikpun waktu tidak akan bertambah, waktu pasti berkurang, sedetik saja kita melewatkannya, maka kita tidak akan bisa kembali pada waktu yang sama……” Tambah Ki Bijak.
Maula manggut-manggut, “Iya ki, seberapapun ingin kita kembali kewaktu lalu,pasti tidak akan bisa ya ki…..” Kata Maula lagi.
“Dan Nak Mas pernah melihat tim uggulan, dengan sekumpulan pemain bintang yang mumpuni, tapi kemudian kalah oleh tim medioker…?” Tanya Ki Bijak.
“Iya ki, Prancis, Italia, Portugal, Argentina, dan Brazil adalah tim-tim unggulan yang dihuni oleh bintang kelas dunia, tapi toh akhirnya mereka kalah sebelum mencapai babak final…..; apalagi Prancis, sudah keok duluan…..” Kata Maula lagi.
“Nak Mas tahu maknanya apa…..?” Tanya Ki Bijak.
“Eehhh.., apa ya ki, mungkin maknanya adalah bahwa kemenangan tidak semata karena kualitas teknik dan mental atau sekeda fisik semata, tapi ada factor lain yang menentukan hasil akhir dari perjuangan setiap tim…..” Kata Maula.
“Nak Mas benar, kita hanya diwajibkan melakukan syari’at, kalau dalam sepakbola tadi, kewajiban syari’at itu bisa persiapan fisik, persiapan mental, persiapan teknik dan lainnya, sementara kalau dalam kehidupan kita, kewajiban syari’at itu bisa berupa mencari ilmu, berusaha dengan cerdas, bersemangat dan bersungguh dan lainnya, sementara kemenangan atau keberhasilan bukan lagi kewajiban kita..",
"Sebagai orang beriman, kita wajib meyakini bahwa keberhasilan atau kemenangan adalah hak prerogative Allah untuk memberikan kepada siapapun yang dikehendaki_Nya, seperti Nak Mas contohkan tadi, tim-tim unggulan bisa kalah, sebaliknya tim-tim yang biasa saja mungkin bisa menjadi juara, tapi tetap tidak menggugurkan kewajiban berikhtiar bagi mereka yang menghendaki keberhasilan dan kemenangan……” Kata Ki Bijak lagi.
Maula semakin tertarik dengan pandangan Ki Bijak mengenai sebuah pertandingan sepakbola, yang kata gurunya merupakan miniature kehidupan.
“Waah…, ana benar-benar tidak menyangka kalau Aki paham mengenai pertandingan sepakbola……” Kata Maula.
Ki Bijak hanya tersenyum mendengar pujian Maula, “Dan satu lagi yang kita bisa pelajari dari sepakbola Nak Mas, seberapapun kita ingin menang, jangan pernah main curang, junjung tinggi fair play, karena kemenangan yang diraih dengan cara-cara tidak sportif, hanya akan melahirkan gunjingan dan cibiran dari banyak orang…….;
Maula semakin tertarik dengan pandangan Ki Bijak mengenai sebuah pertandingan sepakbola, yang kata gurunya merupakan miniature kehidupan.
“Waah…, ana benar-benar tidak menyangka kalau Aki paham mengenai pertandingan sepakbola……” Kata Maula.
Ki Bijak hanya tersenyum mendengar pujian Maula, “Dan satu lagi yang kita bisa pelajari dari sepakbola Nak Mas, seberapapun kita ingin menang, jangan pernah main curang, junjung tinggi fair play, karena kemenangan yang diraih dengan cara-cara tidak sportif, hanya akan melahirkan gunjingan dan cibiran dari banyak orang…….;
"Pun dengan kehidupan kita, betapapun kita ingin berhasil, betapapun kita ingin sukses, betapapun kita ingin menjadi orang besar, kita tetap tidak boleh melanggar tata nilai dan hukum yang berlaku, baik itu hukum normative , terlebih hukum agama…….” Kata Ki Bijak.
“Kalau dalam sepakbola, kemengan Prancis yang berawal dari kecurangan pemainnya atas Irlandia, yang kemudian melahirkan cibiran terhadap Prancis, kalau dalam kehidupan, Mr. G, orang yang ‘berhasil’ karena suap dan korupsi, pun demikian ya ki, mereka tetap tidak bisa menikmati keberhasilannya dengan tenang……” Kata Maula.
“Iya Nak Mas, seperti itu, kemenangan haruslah diraih dengan cara terhormat dan bermartabat, bukan dengan menghalalkan segala cara untuk mendapatkannya……” kata Ki Bijak lagi.
“Ana mengerti ki….” Kata Maula.
“Kapan partai finalnya Nak Mas…..?” Tanya Ki Bijak.
“Senin dini hari nanti ki…, Aki mau ikut nonton…?” Tanya Maula.
Ki Bijak tersenyum, “Nak Mas saja, Aki lebih senang mendengar ceritanya saja dari Nak Mas…..” Kata KI Bijak berseleroh.
Maula tersenyum, kini ia menatap partai final Belanda vs Spanyol dengan penuh harapan akan mendapatkan pelajaran tambahan dari sepakbola, selain dari apa yang baru saja diterimanya dari Ki Bijak.
Wassalam
09 July 2010
“Kalau dalam sepakbola, kemengan Prancis yang berawal dari kecurangan pemainnya atas Irlandia, yang kemudian melahirkan cibiran terhadap Prancis, kalau dalam kehidupan, Mr. G, orang yang ‘berhasil’ karena suap dan korupsi, pun demikian ya ki, mereka tetap tidak bisa menikmati keberhasilannya dengan tenang……” Kata Maula.
“Iya Nak Mas, seperti itu, kemenangan haruslah diraih dengan cara terhormat dan bermartabat, bukan dengan menghalalkan segala cara untuk mendapatkannya……” kata Ki Bijak lagi.
“Ana mengerti ki….” Kata Maula.
“Kapan partai finalnya Nak Mas…..?” Tanya Ki Bijak.
“Senin dini hari nanti ki…, Aki mau ikut nonton…?” Tanya Maula.
Ki Bijak tersenyum, “Nak Mas saja, Aki lebih senang mendengar ceritanya saja dari Nak Mas…..” Kata KI Bijak berseleroh.
Maula tersenyum, kini ia menatap partai final Belanda vs Spanyol dengan penuh harapan akan mendapatkan pelajaran tambahan dari sepakbola, selain dari apa yang baru saja diterimanya dari Ki Bijak.
Wassalam
09 July 2010
No comments:
Post a Comment