Sunday, June 12, 2011

RAJJABA - YURAJJIBU

“Bulan sudah hampir purnama lagi ya ki…..” Kata Maula sambil menikmati keindahn bulan sebagai salah satu ‘ayat’ dari sang Maha Pencipta.

“Subhanallah.., iya Nak Mas…, sekarang sudah memasuki tanggal 12 Rajab…” Kata Ki Bijak.

“Berarti sekitar satu bulan setengah lagi kita akan memasuki bulan suci ramadhan ya Ki….” Kata Maula.

“Ya Nak Mas, sekitar sebulan setengah lagi insya Allah kita akan memasuki bulan suci ramadhan…., semoga Allah masih akan memberi kita kesempatan untuk memasuki bukan agung itu…..” Kata Ki Bijak lagi.

“Mulai dari sekarang, kita harus bersiap-siap ya ki….” Kata Maula. "Benar Nak Mas…, seperti kata orang-orang, persiapan adalah 80% dari total pekerjaan itu sendiri…., pun dengan ramadhan Nak Mas…., persiapan yang baik, persiapan yang memadai, insya Allah akan sangat membantu kita untuk dapat menjalani ibadah dibulan ramadhan dengan lebih baik…..” kata Ki Bijak.

Maula manggut-manggut mendengar penuturan Ki Bijak, “Akan halnya dengan bulan rajab ini ki…?” Tanya Maula

Ki Bijak menghela nafas dalam-dalam sebelum menjawab pertanyaan Maula; “Rajab…, secara bahasa terambil dari Kata rajjaba – yurajjibu, yang artinya mengagungkan, atau bulan yang diagungkan…., selain tradisi dan adat bangsa arab yang mengagungkan bulan rajab, dengan menghindari peperangan, dengan mengadakan berbagai kegiatan adat, bagi kita umat islam, bulan rajab merupakan bulan yang didalamnya terdapat sebuah peristiwa besar, yang merupakan tonggak dan momentum bagi perkembangan islam itu sendiri, dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa, untuk kemudian dilanjutkan dengan perjalanan ke Sidratul Muntaha…, yang kita kenal dengan peristiwa Isra’ Mi’raj yang terjadi pada tanggal 27 Rajab…..” Kata Ki Bijak.

“Iya ki…., hampir setiap tahun peringatan demi peringatan Isra’ Mi’raj diperingati dihampir semua dari, dihampir semua surau dan masjid, tapi sepertinya peringatan Isra’ Mi’raj masih sekedar kegiatan seremonial, kegiatan rutin yang belum menyentuh pada isi dan makna Isra’ Mi’raj itu sendiri…..” Kata Maula.

“Iya Nak Mas…., untuk sekedar memperingati, bangsa ini mungkin yang paling ramai, yang paling banyak, mulai dari tingkat mushalla, sampai dengan peringatan tingkat nasional, semua memperingati peristiwa bersejarah ini, hanya seperti yang Nak Mas katakana tadi, belum menyentuh pada makna dan isi yang terkandung didalamnya….” Kata Ki Bijak.

“Hikmah apa saja yang bisa kita petik dan peringatan Isra’ Mi’raj ini ki…?” Tanya Maula.

Lagi, Ki Bijak menghela nafas dalam-dalam; “Berbicara Isra’ Mi’raj, berarti kita akan berbicara tentang iman Nak Mas….” Kata Ki Bijak,

“Isra’ Mi’raj berarti tentang keimanan ki…?” Tanya Maula

“Benar Nak Mas….., ketika kita berbicara bahwa baginda Rasul melakukan perjalanan dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa, yang jaraknya kurang lebih 1500KM dan kemudian dilanjutkan ke Sidatrul Muntaha, yang entah berapa juta kilometer jaraknya, hanya dalam waktu satu malam saja, ketika itulah iman kita yang diuji…, karena akal kita, tidak akan mungkin mengatakan ‘benar atau mungkin’, terhadap peristiwa itu…..”

“Dengan kondisi saat itu yang belum ada pesawat atau jet, akal siapa yang sanggup menjelaskan bahwa peristiwa itu benar-benar terjadi, bahwa Nabi Muhammad mengatakan hal yang benar, bahwa Allah, dengan keMaha kuasaan_Nya, telah memperjalankan nabinya untuk menempuh jarak, melintas ruang dan waktu yang sedemikian singkat….”

“Dan ini artinya hanya iman yang bisa menjawabnya, ketika kita meyakini dan mengimani kekuasan Allah yang tidak terbatas, maka kita tidak akan ragu sedikitpun untuk mengatakan dan meyakini bahwa peristiwa itu memang benar-benar terjadi, seperti apa yang diungkapkan oleh Abu Bakar Shiddiq, ketika beliau mendengar peristiwa itu, beliau tidak berpikir bagaimana Nabi Muhammad melakukannya, tapi beliau justru berkata, ‘Jika Muhammad yang mengatakan, maka saya percaya….’, dan hanya orang yang memiliki keimanan yang benar saja yang sanggup mengucapkan dan mengungkapkan keyakinan seperti itu….”

“Sementara mereka yang keimanannya masih berada ditepian, banyak diantara mereka yang berpaling dari islam, karena akal mereka tidak sanggup untuk menerima kebenaran, sekalipun itu diucapkan oleh Rasulnya yang mereka kenal sebagai al Amin, yang terpercaya, yang tidak pernah dusta dalam setiap ucapan dan tindakannya……”

“Terlebih bagi mereka yang memang membenci islam dan baginda Rasul, mereka dengan segera menyebarkan fitnah bahwa baginda rasul tidak waras, bahwa baginda rasul berdusta, bahwa tidak mungkin seorang Muhammad menempuh jarak sejauh itu hanya dalam waktu semalam saja, mereka menjadikan peristiwa itu sebagai ejekan dan olok-olok untuk mendiskreditkan baginda rasul dan umat islam….” Kata Ki Bijak panjang lebar.

Maula manggut-manggut mendengar penuturan Ki Bijak yang panjang lebar;

“Pun dengan kita yang hidup 14 abad setelah peristiwa itu terjadi, dijaman yang modern seperti sekarang ini, diabad yang penuh ilmu pengetahuan dan teknologi, dengan segala kecanggihannya, masih dan pasti tidak akan mampu menjawab bagaimana peristiwa Isra’ Mi’raj itu berlangsung, dan lagi…, bukan kecanggihan teknologi, bukan kehebatan akal, bukan kemajuan ilmu pengetahuan yang bisa membenarkan peristiwa Isra Mi’raj itu benar-benar terjadi, tapi hanya Iman yang bisa membenarkan iradat Allah tersebut….” Kata Ki Bijak.

“Iya ya ki…., kalau hanya memakai computer untuk mengkalkulasi jarak dan waktu tempuh perjalanan baginda rasul pasti tidak bisa, kalau hanya menggunakan akal dan kemajuan teknologi juga pasti tidak bisa, jadi hanya iman yang bisa melakukan pembenaran terhadap peristiwa Isra’ Mi’raj baginda Rasul….” Kata Maula.

“Benar Nak Mas…, hal kedua yang terkait dengan bulan rajab ini adalah berkaitan dengan shalat kita Nak Mas…., dihampir setiap kesempatan peringatan Isra’ Mi’raj, para da’I, kyai, ustadz dan mubaligh selalu menyampaikan bahwa salah satu ‘oleh-oleh’ perjalanan isra’ mi’raj banginda rasul adalah perintah shalat lima waktu yang diterima langsung Baginda Rasul dari Allah swt….”

“Dan hampir semua kita hafal akan hal itu, bahwa isra’ mi’raj baginda rasul merupakan awal dari disyari’atkannya shalat lima waktu seperti sekrang ini…., hanya sayangnya masih sangat sedikit yang bisa memahami dan mengaktualisasikan shalat lima waktu itu dalam kehidupan sehari-harinya…”

“Masih banyak diantara kita yang shalatnya hanya sekedar rutinitas, shalatnya hanya sekedar ikut-ikutan, shalatnya hanya sekedar tidak enak sama teman atau atasan, shalatnya masih shalat-shalatan….” Kata Ki Bijak lagi.

“ STMJ ya ki….” Kata Maula.

“Apa itu STMJ Nak Mas…?” Tanya Ki Bijak.

“Shalat Terus, Maksiat Jalan…., itu istilah gaulnya ki….” Kata Maula sambil tersenyum.

“Oooh…, Aki baru tahu Nak Mas…, tapi ungkapan itu banyak benarnya Nak Mak, masih banyak orang yang secara lahiriah shalat, tapi korupsinya jalan…, banyak orang yang secara lahiriah shalat, tapi bicaranya asal keluar…, banyak orang rajin shalat, tapi rajin juga menerima suap…, banyak orang yang gemar shalat, tapi gemar juga menipu…, banyak orang yang namanya pakai bahasa arab, *******, yang artinya kemuliaan agama, tapi perilakunya jauh dari nama yang disandangnya….., ada lagi yang namanya pakai ‘muhamad’ yang artinya manusia terpuji, tapi juga tidak lepas dari tindakan korup yang banyak merugikan bangsa dan rakyat….., maka tepat rasanya jika momentum isra’ mi’raj kali ini kita jadikan sebagai momentum untuk mengoreksi shalat kita, agar shalat kita tidak lagi sekedar STMJ, tapi benar-benar shalat yang SMPKM Nak Mas….” Kata Ki Bijak panjang lebar, dan menggunakan singkatan, tidak mau kalah dengan Maula

“SMPKM…apa itu ki….?” Tanya Maula heran

“Shalat yang Mencegah Perbuatan Keji & Munkar Nak Mas….” Kata Ki Bijak sambil tersenyum.

“Waah Aki hebat, bisa buat istilah gaul…SMPKM.., Shalat yang Mencegah Perbuatan Keji & Munkar…..” Kata Maula tertawa mendengar bahasa ‘gaul’ gurunya.

Ki Bijak hanya tersenyum mendengar tawa Maula yang sangat lepas….., “Karena memang tujuan dan hikmah shalat yang terpenting adalah bagaimana shalat kita bisa menjadi benteng, bisa menjadi filter bagi kita untuk terhindar dari perbuatan keji dan munkar seperti firman Allah dalam surah Al Ankabut:45, Nak Mas hafal ayatnya…?” Tanya Ki Bijak kemudian.

“Iya ki…”Kata Maula sambil membacakan ayat dimaksud;

45. Bacalah apa yang Telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al Kitab (Al Quran) dan Dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan- perbuatan) keji dan mungkar. dan Sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.

“Ya…itu ayatnya Nak Mas…..” Kata Ki Bijak membenarkan.

“Dan yang lebih penting lagi, bukan hanya sekedar hafal Nak Mas, tapi bagaimana kita berusaha agar shalat kita benar-benar ‘penyelamat’ kita dari perbuatan keji dan mun’kar…, sebentar lagi masuk maghrib Nak Mas…., mari kita siap-siap, karena shalat tepat waktu adalah salah satu metoda yang paling sederhana agar kita bisa menjadikan shalat kita sebagai pencegah perbuatan keji dan mun’kar….”

“Dan ingat…, kemunkaran bukan hanya korupsi, kemunkaran bukan hanya prostitusi, kemunkaran bukan hanya memberi dan menerima suap, kemunkaran bukan hanya maling ayam…., menunda shalat, mengabaikan panggilan adzan, tidak menyantuni fakir miskin, menelantarkan anak yatim…, sangat boleh jadi bagian dari kemunkaran juga Nak Mas, yang kadang kita tidak menyadarinya….” Kata Ki Bijak mengakhiri perbincangan hari itu.

Maula mengangguk tanda mengerti dan segera beranjak mengambil air wudhu bersama-sama gurunya, untuk menyongsong waktu maghrib yang segera datang.

Wassalam

June 12,2011

No comments:

Post a Comment