Friday, June 3, 2011

RUMAH TAK BERTUAN

"Apa yang Nak Mas lihat dari gambar ini….?” Tanya Ki Bijak pada Maula mengenai dua buah rumah yang berdampingan.

Maula nampak mengamati dengan seksama gambar rumah yang ditunjukan gurunya, “ Kedua rumah ini memiliki model yang sama ki…., luas tanah dan bangunannya pun ana fikir sama.., hanya rumah yang sebelah kiri ini, Nampak kusam, kotor, tidak terurus dan rusak, bahkan terkesan angker ki…, sepertinya ditinggal penghuninya…”,

“Sementara rumah satunya Nampak lebih rapih, lebih bersih Nampak lebih bercahaya karena dicat dan diurus….’ Kata Maula.

Ki Bijak menghela nafas panjang mendengar jawaban Maula, “Menurut Nak Mas, bagaimana kalau jasad kita ditinggal oleh penghuninya, yaitu hati….?” Tanya Ki Bijak beberapa saat kemudian.

“Ana masih belum paham dengan pertanyaan Aki, ki…” Jawab Maula.

“Nak Mas…, jasad kita, jasmani kita ini layaknya sebuah bangunan rumah ini, sementara hati adalah penghuninya…..”

“Ketika penghuni jasad ini, yaitu hati kita, berada didalamnya, dalam kondisi baik, dalam kondisi sehat, dalam kondisi beriman, niscaya kebaikan dan keimanan hati itu akan Nampak pada penampilan lahiriah kita ini…., seperti gambar rumah yang sebelah kanan ini, ketika penghuninya memelihara bangunan rumahnya, membersihkannya, menatanya, mengecatnya, maka bangunan rumah ini Nampak segar berseri, Nampak indah, Nampak indah dipandang mata bagi setiap orang yang melihatnya….”

“Pun ketika hati kita yang merupakan penghuni jasad kita ini, senantiasa dibersihkan dari berbagai kurafat yang mengotorinya, selalu dijaga dari debu-debu dengki, selalu dirawat dari penyakit syahwat, selalu ditata agar tidak bercampur keimanan dan kesyirikan, selalu dibenahi agar tetap beriman, maka keindahan hati kita akan tercermin dan terpancar pada lahiriah kita….,

“wajah kita bercahaya, pandangan mata kita akan terjaga dari pandangan birahi, pendengaran kita terpelihara suara yang tak semestinya, tangan kita terjaga dari barang-barang yang bukan menjadi haknya, kaki kita kan terarah kearah jalan tuhannya, mulut kita akan terjaga dari makanan subhat apalagi dari barang haram…., setiap ucapan dan tindakan kita akan membuat orang lain senang, setiap ucapan kita, akan membuat orang lain merasa aman, setiap ucapan dan tidakan kita akan menghasilkan sesuatu yang bermanfaat bagi diri dan lingkungan disekitar kita…….”

“Sebaliknya ketika hati kita, yang menjadi penghuni jasad kita, terjangkit penyakit syirik, tercemar penyakit riya, tertular peyakit angkuh, mengidap penyaki dengki, terkotori debu-debu kesombongan, maka yang akan Nampak pada lahiriah kita adalah wajah yang suram, senyum yang kaku, ucapan yang kasar bahkan cenderung kotor, matanya tidak terjaga dari pandangan birahi, pendengaranya digunakan untuk mendengar yang bukan semestinya, perutnya akan mudah terisi dengan barang yang subhat dan haram, tangannya akan dengan mudah menerima suap dan uang yang bukan haknya, kakinya melangkah ketempat maksiat, dan semuanya, semua ucapan dan tindakan jasad yang penghuninya mati,yang hatinya mati…, akan senantiasa membuat orang yang mendengar ucapannya tersakiti, akan membuat orang yang mendapatkan perlakuannya teraniaya, ucapan dan tindakan orang yang hatinya mati, cenderung akan senantiasa merugikan diri dan lingkungannya…..” kata Ki Bijak panjang lebar.

Maula menarik dalam-dalam mendengar pitutur gurunya yang panjang lebar, ia kembali memperhatikan dua gambar rumah yang Nampak kontras didepannya, yang satu Nampak angker, yang satunya lagi Nampak indah bercahaya….’

Sesaat kemudian, ia Nampak seperti memcoba melihat kedalam hatinya sendiri, ia berharap dan berdoa, semoga hatinya, penghuni jasadnya senantiasa dalam keadan baik dan sehat, serta dalam keadaan iman dan islam….

“Ki……, bagaimana menjaga hati agar tetap baik dan sehat ki…” Tanyanya kemudian.

“Dengan menjaga apa yang masuk kedalamnya Nak Mas…., dengan menjaga pendengaran kita untuk tidak memasukannya kedalam hati, jika apa yang kita dengan itu tidak bermanafaat….”

“Dengan menjaga pandangan, jangan sampai sesuatu yang bathil yang terlihat oleh mata, kemudian menjadi konsumsi hati…

“Dengan menjaga mulut, jangan sampai ada kata-kata kotor yang akan melukai hati…”

“Dengan menjaga hati dari keinginan terhadap dunia yang berlebihan, dengan menjaga hati dari khayalan kosong, dengan menjaga hati dari panjang angan, dengan menjaga hati dari bisikan nafsu yang cenderung mengarahkan hati pada kejelekan…”

“Kemudian setelah kita menjaga hati dari asupan yang tidak baik, kita juga harus mengisi hati dengan berbagai vitamin dan asupan hati yang akan membuatnya sehat…..”

“Hati harus kita beri asupan berupa pendengaran ayat-ayat qur’an, berupa nasehat, berupa petuah dan pandangan orang-orang alim…

“Hati pun harus kita isi dengan asupan dari penglihatan, dengan cara membaca setiap ayat Allah, baik itu yang tersurat dalam al qur’an, atau tersirat dalam setiap untai ciptaan dan mahluk_Nya….”

“Hati kita juga memerlukan imunisasi dan vaksi dari sifat angkuh, dari sifat iri, dari sifat dengki, dari sifat sombong agar hati tetap sehat terpelihara….”

“Dan yang tidak kalah penting, hati harus senantiasa tertaut dengan kebesaran pencipta_Nya, isi hati kita dengan dzikir disetiap waktu, disetiap saat, jangan sampai hati kita kosong dari mengingat Allah…..”

“Semoga dengan upaya-upaya tersebut, Allah akan menjaga hati kita dari berbagai hal yang akan mengotori dan merusaknya……’ Kata Ki Bijak lagi.

Lagi, Maula menghela nafas panjang dan dalam, rumah yang kosong, akan menjadi angker, jasad yang kosong, akan menjadi suram…

Rumah yang berpenghuni, akan Nampak indah, jasad yang hatinya hidup, akan Nampak bercahaya….

“Ana mengerti ki…., semoga Allah menjaga hati kita agar tetap baik, sehat dan beriman ya ki…..” katanya kemudian.

“Amiiin…..” Kata Ki Bijak mengamini, sekaligus menutup perbincangan sore itu.

Wassalam

June 2, 2011

No comments:

Post a Comment