Tuesday, November 6, 2007

CERITA DARI PESANTREN

“Photo-photo dimana ini, Nak Mas.............?” Tanya Ki Bijak sambil memperhatikan beberapa lembar photo bangunan rusak dimeja Maula.

“Ooh, ini ki, minggu kemarin ana silaturahim ke Pondok Pesantren Hidayatul Ihwan di Purwakarta ki........” Kata Muala

“Di Purwakarta mana Nak Mas.....?” Tanya Ki Bijak

“ Di Kampung Buni Sari, Desa Parakan Salam, Kecamatan Jatiluhur, memang tempatnya terpencil sekali ki, jadi banyak orang yang tidak tahu tempat itu................” Kata Maula.

“Lalu, photo-photo ini..........?” Kata Ki Bijak sambil terus memperhatikan beberapa photo lainnya.

“Itu photo bangunan ‘kobong’ (Pondokan Santri) Ki, kondisinya memang sudah rusak parah, lantainya sudah ambruk, jendela dan kusennya sudah keropos, dan sekarang sudah tidak bisa ditempati lagi oleh para santri..................” Kata Maula.

“Masya Allah..................” Kata Ki Bijak prihatin.

“Ki, kenapa banyak pesantren yang terbengkalai seperti ini ya ki..........” Tanya Maula.

“Karena memang pak Kyai tidak bisa sendirian mengurus semua hal dipesantren itu Nak Mas, pak Kyai memerlukan dukungan dari yang lain...........” Kata Ki Bijak.

“Dukungan dari siapa ki.........................?” Tanya Maula.

“Sebuah proses membina kemaslahatan umat, atau dalam kontek yang lebih besar, Nabi Muhammad saw bersabda, bahwa tegaknya dunia (qawamud dunya), oleh empat perkara (bi arba'ati asya-a), yaitu dengan ilmunya ulama (bi ilmil ulama), keadilan pemimpin (bi adlil umara), kedermawanan kaum hartawan (bi sakhawatil aghniya) dan doanya kaum fakir miskin (bi do'ail fuqara)..............”

“Pun dengan tegaknya sebuah pesantren, misalnya, akan berjalan dengan baik apabila didukung oleh Adil-nya para umara, hartanya para Aghniya, Ilmu-nya para ulama dan do’anya kaum dhuafa......” Kata Ki Bijak.

“Ki, bagaimana contoh adil-nya umara dalam kemaslahatan sebuah pesantren, ki..........?” Tanya Maula.

“Nak Mas perhatikan sekolah-sekolah umum dan para pengajarnya, mereka memiliki fasilitas bangunan yang lebih baik dan upah para pengajarnya pun jauh lebih baik dari ustadz/ustadzad yang mengajar di madrasah atau pesantren, mereka mendapatkan gaji pokok, tunjangan dan bahkan uang pensiun................”

“Sementara disisi lain, para ustadz dan ustadzad, dengan tanggung jawab yang sedemikian besar untuk mendidik dan membentuk sebuah generasi yang Islami, mereka hanya mengandalkan semangat untuk mengabdikan dirinya dipesantren – pesantren, dengan penghasilan yang ala kadarnya, coba Nak Mas tanya, berapa upah yang didapat para pengajar di Pesantren itu, pasti jauh lebih kecil dari para guru disekolah umum.............” Kata Ki Bijak.

“Iya ki, mereka bahkan kadang tidak mendapatkan upah sama sekali atas jerih payahnya mendidik para santri, sehingga sebagian mereka harus ‘rela’ meninggalkan pengabdian luhurnya demi periuk nasi keluarganya.............” Kata Maula.

“Dan kalaupun ada ustadz/ustadzad yang mendapatkan upah, nilainya minim sekali, antara seratus sampai seratus lima puluh ribu per bulan, dan ditengah kondisi perekonomian sekarang ini, uang sebesar itu hampir pasti tidak mampu mencukupi kebutuhan ustadz/ustadzad yang paling pokok sekalipun.....”

“Maka disinilah umara yang adil harusnya berperan, dengan mengupayakan pemerataan dan penyetaraan antara madrasah dan sekolah umum, sehingga mereka, para ustadz dan ustadzad bisa mengabdi dengan penuh konsentrasi tanpa harus terlalu diributkan dengan masalah periuk nasinya.............” Kata Ki Bijak.

“Benar, ustadz dan ustadzad itu mengabdi lillahita’ala, tapi kita juga mesti ingat bahwa mereka juga memerlukan makan, mereka juga punya keluarga dan kebutuhan, kita tidak bisa berlepas diri dengan mengatakan bahwa ustadz/ustazad itu adalah pahlawan, dengan membiarkan mereka mengabdi dan berjuang sendirian...........” Kata Ki Bijak lagi.

“Bahkan secara khusus, Allah memerintahkan kita untuk memperhatikan mereka yang terikat jihad dijalan Allah, seperti para ustadz/ustadzad misalnya, yang tidak bisa ‘mencari nafkah’ atau bekerja karena tanggung jawabnya untuk mendidik para santri dipesantren;

273. (Berinfaqlah) kepada orang-orang fakir yang terikat (oleh jihad) di jalan Allah; mereka tidak dapat (berusaha) di bumi; orang yang tidak tahu menyangka mereka orang Kaya Karena memelihara diri dari minta-minta. kamu kenal mereka dengan melihat sifat-sifatnya, mereka tidak meminta kepada orang secara mendesak. dan apa saja harta yang baik yang kamu nafkahkan (di jalan Allah), Maka Sesungguhnya Allah Maha Mengatahui. (Al Baqarah)

“Unsur yang kedua adalah hartanya para dermawan, seperti contoh pesantren ini, Pak Kyai tidak mungkin bisa membangun kembali ‘kobong’ yang rusak ini dengan duduk bersila dan dzikir terus-terusan, kemudian kobong tiba-tiba jadi bagus, karena pembangunan memerlukan biaya, pembangunan memerlukan syari’at, dan itu seharusnya menjadi tanggung jawab orang-orang yang diamanahi Allah dengan kelebihan harta untuk ikut serta memikul tanggung jawab memajukan kemaslahatan pesantren secara khusus, atau kemaslahatan umat secara umum..................” Kata Ki Bijak.

“Dan sekali lagi, rasanya kita masih memerlukan kerja yang lebih keras lagi untuk menggali potensi yang dapat kita himpun dari para muslim yang kaya ini, karena jujur, komposisi orang muslim yang kaya dengan zakat dan shadaqoh yang terkumpul, sangat tidak sebanding...........” Lanjut Ki Bijak.

“Unsur yang ketiga adalah ilmu-nya para ulama, dan disinilah peran penting dan tanggung jawab pak Kyai dan ustadz, untuk mendedikasikan ilmu-nya untuk kemaslahatan umat, dan ini hanya akan mungkin maksimal, apabila didukung oleh unsur-unsur lainnya............” Kata Ki Bijak lagi.

“Lalu bagaimana dengan do’anya kaum dhuafa ki............” tanya Maula.
“Ada banyak keterangan yang menyatakan bahwa salah satu do’a yang tidak mungkin ditolak oleh Allah adalah do’anya para fukora wal masakin, karenanya, sebagai pelengkap upaya lahiriah kita, kita membutuhkan do’a mereka………..” Kata Ki Bijak
“Ki, ana bukan seorang yang memiliki kelebihan harta, ana juga bukan seorang umara, apalagi seorang ulama, lalu apa yang bisa ana sumbangkan untuk kemaslahatan pesantren itu ki............” Kata Maula

“Jadilah penggerak dengan semangat dan ghirah jiwa muda Nak Mas, Nak Mas bisa menjadi penyambung informasi atau jembatan antara aghniya dan ulama, Nak Mas bisa juga menjadi sarana untuk memberikan masukan kepada para umara, dan masih banyak lagi yang bisa Nak Mas lakukan......, “

“Nak Mas bisa memfasilitasi anak-anak muda yang punya potensi, untuk menyalurkan potensi yang mereka miliki untuk diarahkan pada jalan yang benar dan bermanfaat, misalnya merangkul perkumpulan-perkumpulan atau komunitas pemuda muslim yang peduli dengan agamanya dan lainnya, yang penting Nak Mas harus berbuat sesuatu, jangan tinggal diam dan berpangku tangan, sementara didepan dan kiri kanan kita, membutuhkan uluran tangan dan bantuan kita.........” Saran Ki Bijak.

“Insha Allah ki............., kemarin juga ana sudah meneruskan informasi ini kepada rekan-rekan yang punya komitmen untuk bersama-sama membantu pembangunan kobong pesantren hidayatul ihwan....” Kata Maula.

“Syukurlah Nak Mas, semoga apa yang Nak Mas dan rekan-rekan lakukan, tetap istiqomah dan mendapat ridha Allah swt.....” Kata Ki Bijak.

“Ya, ki...., mohon do’anya, semoga semuanya berjalan lancar.......” Kata Maula.

“Insha Allah, amiiin.........” Jawab Ki Bijak.

Wassalam

November 06, 2007

No comments:

Post a Comment