Wednesday, November 14, 2007

SEPENGGAL HIKMAH

“Waah ki, ada berita baru nih ki.........” Kata Maula.

“Berita apa Nak Mas..?”Tanya Ki Bijak.

“Itu lho ki, orang yang kemarin mengaku sebagai rasul baru itu, kemarin menyatakan bertobat, katanya ia khilaf dengan apa yang telah diucapkan dan dilakukannya dengan mengaku sebagai rasul........” Kata Maula.

“Oh ya....?, Aki baru dengar beritanya Nak Mas.........” Kata Ki Bijak.

“Ki, aneh tidak sih ki, orang yang bertahun-tahun berusaha ingin disebut sebagai rasul, hanya dalam hitungan beberapa hari, tiba-tiba sekarang melepaskan atribut kerasulannya itu ya ki........?” Tanya Maula.

“Wallahu’alam Nak Mas, tapi mudah-mudahan pengakuan rasul palsu itu menyadarkan para pengikutnya..........” Kata Ki Bijak.

“Ki, hikmah apa yang dapat kita ambil dari kejadian seperti ini ki...........” Tanya Maula.

“Kita harus semakin hati-hati dengan keimanan kita, itu yang pertama, karena meskipun rasul palsu itu telah menyatakan kekhilafannya, ajaran semacam itu masih sangat-sangat mungkin muncul kembali, entah dengan nama atau pemimpin baru, tapi yang jelas, selama dunia ini berputar, setan tidak akan pernah berhenti untuk menyesatkan mereka yang lalai dan lemah iman....................” kata Ki Bijak.

“Yang kedua, ada tantangan yang jauh lebih besar bagi kita untuk ‘menyadarkan’ para penganut paham ini yang berdiri secara individual yang semakin hari semakin bertambah jumlahnya.........” Kata Ki Bijak lagi.

“Penganut paham ini yang berdiri secara individual ki.........?” Tanya Maula.

“Ya Nak Mas, seperti yang Aki utarakan kepada Nak Mas beberapa hari lalu, bahwa secara de facto, orang islam yang tidak shalat, orang Islam yang tidak zakat, orang islam yang enggan pergi haji, jumlahnya jauh lebih banyak dari anggota dan jamaah ‘aliran aneh’ yang terdaftar secara tertulis, dan kenapa Aki tadi bilang bahwa ini jauh lebih berat, karena kita harus ekstra hati-hati untuk mengajak mereka kembali kepada ajaran Islam yang benar, kemudian kita juga dihadapkan pada kemajemukan alasan mereka untuk tidak shalat dan meninggalkan ajaran agamanya, selain juga secara organisatoris, mereka tidak nyata sama sekali, sehingga kita harus menyadarkan mereka satu per satu, dan dengan cara yang ekstra hati-hati, dan ini merupakan tugas yang sangat-sangat berat menurut Aki............” Kata Ki Bijak lagi.

“Kenapa harus berhati-hati ki...........?” Tanya Maula.

“Akan sangat riskan bagi kita untuk mengajak mereka kembali pada jalur yang benar, karena salah-salah, bukan menyadari kekeliruannya, tapi justru mereka akan merasa ‘tersinggung’ dan semakin jauh meninggalkan kebenaran..........” Kata Ki Bijak.

“Iya ki, beberapa kali ana dipertemukan Allah dengan orang yang ‘meninggalkan’ shalat syari’at yang lazimnya dilaksanakan oleh umat Islam, dan hebatnya, mereka memiliki banyak sekali dalil untuk memperkuat argumen mereka, mulai dari pertanyaan seputar pengertian dan hakekat shalat, kemudian perlu tidaknya ‘ritual’ gerakan shalat, bahkan sebagian lagi ada yang mengatakan bahwa gerakan shalat tidak lebih dari gerakan senam, kemudian lagi mereka memandang tidak perlunya shalat, dan masih banyak lagi dalilnya ki........” kata Maula.

“Iya, seperti itu Nak Mas, mereka pandai sekali mengemukakan dalil, dan orang yang tidak memiliki ilmu dan iman yang cukup, akan dengan mudah terpengaruh oleh banyaknya dalil semacam itu, tanpa terlebih dulu mengecek ulang kebenaran dalil-dalil yang mereka terima, dan ini yang berbahaya menurut Aki..............” Kata Ki Bijak.

“Apa yang harus kita perbuat ketika kita berhadapan dengan mereka, Ki.........” Tanya Maula.

“Seperti Aki katakan diatas, hal pertama yang harus kita lakukan adalah dengan menambah iman dan ilmu kita, agar kita terproteksi dari pendapat dan ajaran yang tidak jelas asal usulnya, perbaharui selalu iman dan ilmu kita, karena setan akan selalu memperbaharui cara dan strategi mereka untuk memalingkan kita dari kebenaran.........” Kata Ki Bijak

“Kemudian kita ambil hikmahnya saja Nak Mas, misalnya ketika mereka mengatakan bahwa gerakan shalat tidak lebih dari gerakan senam, kita ambil hikmahnya saja, mungkin benar bahwa selama ini shalat kita lebih ‘mirip’ dengan gerakan tanpa makna, karenanya, kita harus berupaya semaksimal mungkin bagaimana agar shalat yang kita lakukan benar-benar merupakan sebuah proses hubungan antara kita sebagai hamba dengan Allah sebagai khaliq..............., sehingga gerakan shalat kita benar-benar mampu melahirkan kekhusuan yang mengantar kita untuk bermunajat kepada Sang Pencipta.......” Kata Ki Bijak.

“Lalu kalau mereka mengatakan bahwa shalat tidak lebih dari sebuah ritual, jadikan itu sebagai bahan introspeksi kita untuk lebih bisa memaknai shalat sebagai sebuah kebutuhan kita, sehingga ketika kita shalat, kita benar-benar mendirikannya, bukan sekedar melaksanakan shalat..............” Kata Ki Bijak.

“Apa bedanya melaksanakan dan mendirikan shalat Ki...............” Tanya Maula.

“Nak Mas masih ingat dengan perbincangan kita tentang bedanya Tukang bangunan dan Ahli Bangunan.........?” Tanya Ki Bijak.

“Iya Ki, ana ingat.........” Kata Maula.

“Ya seperti itu kira-kira Nak Mas, orang yang ‘hanya’ melaksanakan shalat tidak lebih dari ‘tukang shalat’, yang shalatnya sekedar menggugurkan kewajiban, persis seperti tukang yang hanya mengejar gajian dan lemburan, tanpa pernah tahu akan seperti apa bangunan yang sedang dikerjakannya..............” Kata Ki Bijak.

“Sementara perintah shalat, selalu menggunakan kata qiyamu shalat, dirikanlah shalat, dan orang-orang yang mendirikan shalat adalah mereka yang mengerti dan memahami betul tujuan dan arti shalat, sehingga ia akan sangat berhati-hati dalam mendirikan shalatnya, waktunya diukur, gerakannya ditata, bacaanya dipahami, maknanya diresapi, sehingga ia mampu memaknai shalat secara utuh, tidak lagi sekedar ritual, dan tidak lagi sekedar gerakan senam......”

“Sama seperti ahli bangunan yang merancang kontruksi bangunan yang akan dibangunan secara detail, mulai dari rencana penyelesaian, bahan yang dibutuhkan, derajat kemiringan hingga skala dan perbandingan material dan bahan bangunan dan lain sebagainya, sehingga ia mampu memiliki gambaran utuh mengenai bangunan yang akan dikerjakannya................” Kata Ki Bijak.

“Ya ki, begitu pulakah dengan shaum, zakat dan haji, sebagian kita masih sekedar menjadi tukang..........” Kata Maula.

“Nak Mas bisa lihat disekitar kita, betapa banyak diantara kita yang shaumnya tidak lebih dari menahan haus dan lapar saja, sementara mata kita masih asyik menikmati kemunkaran sepanjang jalan, telinga kita masih nikmah mendengarkan gosip murahan, lisan kita pun masih belum terjaga dari perkataan yang mubazir, dan masih banyak lagi aktivitas kita yang menggambarkan sebagian kita masih sekedar tukang shaum, belum menjadi seorang ahli shaum...., sehingga ketika ada paham yang menyatakan kita tidak perlu shaum, sebagian kita dengan senang hati beramai-ramai mengikutinya, karena memang pada dasarnya sebagian kita sudah enggan untuk melaksakan shaum dengan benar sesuai kaidah yang disyari’atkan.............” Kata Ki Bijak.

“Pun demikian halnya deng zakat kita, kita belum mampu memaknai bahwa zakat adalah sebuah kebutuhan kita untuk mensucikan harta dan jiwa kita, kita masih sering terjebak pada tuntutan ego kita agar tidak disebut orang kikir, atau karena malu pada orang lain yang bayar zakat, sekali lagi ini adalah tabiat ‘tukang’, bukan karaktertik seorang ahli..........., sehingga ketika ada paham yang mengatakan zakat bukan merupakan kewajiban, mereka bersorak girang karenanya...............”Kata Ki Bijak lagi.

“Dan rasanya Aki tidak perlu panjang lebar untuk menjelaskan bagaimana orang yang sudah berangkat tanah suci, mendapat gelar haji ganda.., haji-haji main judi, haji-haji korupsi, haji-haji tidak bisa ngaji dan masih banyak lagi, faktornya itu tadi, kita belum menjadi seorang ahli..................” Lanjut Ki Bijak.

“Masih banyak sekali PR kita ya ki..........”Kata Maula.

“Semoga ini menjadi ladang pahala bagi kita Nak Mas, Bismillah, kita lanjutkan tugas mulia ini dengan memulainya dari diri kita terlebih dahulu, kemudian keluarga dan setelahnya kelingkungan yang lebih luas...........” Kata Ki Bijak.

“Insha Allah ki............” kata Maula sambil pamitan kepada gurunya.

Wassalam.

Nopember 14, 2007

No comments:

Post a Comment