Tuesday, November 6, 2007

DIATAS LANGIT ADA LANGIT

“Ki, tepat setahun sudah ana belajar disini, dan lebih dari dua ratus wejangan yang Aki ajarkan kepada ana, tapi sampai sekarang ana masih merasa belum memiliki apa-apa ki................” Kata Maula.

“Sudah setahun Nak Mas..?” Masya Allah demikian cepat waktu berganti..................” kata Ki Bijak.

“Nak Mas, Aki justru merasa senang kalau Nak Mas masih merasa belum memiliki apa-apa, karena itu berarti Nak Mas masih memiliki ghirah yang besar untuk terus belajar dan menambah ilmu............” Kata Ki Bijak.

“Aki tidak marah ki.............?” Tanya Maula.

“Mungkin Aki akan ‘marah’ kalau yang Nak Mas kejar itu materi semata, tapi selama yang Nak Mas kejar itu ilmu dan pengetahuan, Aki tidak punya alasan untuk marah Nak Mas, justru Aki bangga dengan Nak Mas, semoga semangat Nak Mas terus membara untuk menambah ilmu dan pengetahuan Nak Mas........” Kata Ki Bijak

“Ki, apakah menuntut ilmu itu ada batasnya ki.........” Tanya Maula.

“Tidak ada batasan dalam menuntut ilmu, tidak ada kata selesai dalam menuntut ilmu, karena diatas langit masih ada langit..........” Kata Ki Bijak.

“Aki pesan kepada Nak Mas, jangan membatasi diri dengan hanya belajar dari Aki disini, karena diluar sana, masih banyak, bahkan sangat banyak ilmu yang bisa Nak Mas pelajari, ilmu yang Allah amanahkan pada kita saat ini, tidak lebih dari setetes air dilautan, atau bahkan mungkin kurang dari itu..........” Kata Ki Bijak.

“Iya Ki, ana ingat sebuah ayat yang menyatakan ilmu Allah tidak akan habis meski pun ditulis dengan tinta sebanyak air dilautan sekalipun........” Kata Maula sambil mengutip ayat al qur’an;

109. Katakanlah: sekiranya lautan menjadi tinta untuk (menulis) kalimat-kalimat Tuhanku, sungguh habislah lautan itu sebelum habis (ditulis) kalimat-kalimat Tuhanku, meskipun kami datangkan tambahan sebanyak itu (pula)". (Kahfi)

“Benar Nak Mas, ilmu Allah tidak akan pernah habis, karena memang ilmu apapun yang kita pelajari, sama sekali tidak akan mengurangi perbendaharaan ilmu Allah.........” Kata Ki Bijak.

“Hal itu pulalah yang dapat kita jadikan hujjah bahwa kita tidak boleh sombong dengan apa yang Allah amanahkan kepada kita, karena orang yang merasa ‘pintar’, sesungguhnya ia ‘bodoh’, karena artinya ia belum mengetahui seluas apa lautan ilmu itu...........” Tambah Ki Bijak.

“Ki, bagaimana sikap kita dalam menuntut ilmu ki.........” Tanya Maula.

“Bersikaplah seperti tanah ini, Nak Mas..............” Kata Ki Bijak sambil menunjuk tanah yang dipijaknya.

“Bersikap seperti tanah ini, ki...........” Tanya Maula.

“Lihat tanah ini, tanah ini menyerap semua air hujan yang turun semalam, kemudian coba Nak Mas tuangkan air kopi digelas itu.......” Perintah Ki Bijak pada Maula.

Tanpa bertanya, Maula segera menuangkan sisa air kopi digelas didepannya....

“Nak Mas perhatikan, air kopi pun diserap dengan sempurna oleh tanah, pun kalau Nak Mas menyiramkan air gula, air teh, air laut yang asing, dan bahkan air seni sekalipun, tanah akan menyerap air apapun yang dituangkan kepadanya.........” Kata Ki Bijak.

“Artinya apa ki.............” Tanya Maula.

“Artinya carilah ilmu dari siapapun dan dari manapun, dan seraplah semua ilmu yang mungkin Nak Mas dapat serap, kemudian olah ilmu itu menjadi ‘sesuatu’ yang bermanfaat bagi diri Nak Mas dan lingkungan, seperti tanah tadi, air apapun yang diserapnya, tanah akan tetap menjadi media bagi pepohonan untuk tumbuh dan berbuah, tanpa merubah rasa asli buah yang dihasilkan pohon-pohon tersebut...........” Kata Ki Bijak.

“Nak Mas lihat pohon mangga harum manis disamping pondok itu ....? Kata Ki Bijak sambil menunjuk sebuah pohon mangga yang tumbuh subur disebelah pondok.

Maula mengangguk, sambil menoleh pada pohon yang ditunjuk Ki Bijak.

“Setiap hari, pohon itu Aki siram dengan air yang berbeda-beda, kadang Aki menyiramnya dengan sisa kopi, kadang juga disiram dengan air sisa cucian, dan sekarang disirami air hujan, tapi rasa buah yang dihasilkannya tetap rasa buah harum manis, tidak tercampur baur antara rasa kopi atau rasa sisa air cucian, dan seperti itulah seharusnya kita belajar dan mengamalkan ilmu............” Kata Ki Bijak.

“Ki, sekarang kan banyak sekali orang yang mengaku ustadz atau kyai, yang mengajarkan berbagai paham dan ilmu yang kadang jauh menyimpang dari ajaran kita ki, bagaimana kita memilih orang yang benar ki...........” Kata Ki Bijak.

“Secara kasat mata memang sulit untuk membedakan mana yang ustadz/kyai yang benar, tapi kita dikarunia ‘bashirah’ oleh Allah untuk mampu membedakan mana yang patut kita ikuti dan mana yang harus kita hindari.....,

“tapi selama niat kita benar-benar murni untuk mencari ilmu dan keridhaan Allah, insha Allah kita akan terhindar dari hal-hal yang tidak kita inginkan, dan kalaupun ada, itu hanya sebatas ‘kerikil’ kecil yang lumrah dan harus dilalui oleh siapapun yang menginginkan tiba disuatu maqam yang kita tuju..............” Kata Ki Bijak.

Maula merenung sejenak, memandangi pohon mangga yang tadi dijadikan contoh oleh Ki Bijak.

“Benar ki, mangga ini tetap menghasilkan rasa dan aroma yang sama, meskipun disiram dengan berbagai jenis air yang berbeda...........” Kata Maula.

“Yaaah, seperti itulah seharusnya kita, Nak Mas tidak boleh membatasi diri hanya belajar disini saja, karena pengetahuan dan ilmu Aki juga masih sangat-sangat terbatas, seperti kata sebuah hadits, kalau mungkin carilah ilmu sampai ke negeri China sekalipun...............” Kata Ki Bijak.

“Ki, lalu bagaimana seharusnya kita berperilaku dengan ilmu kita, ki..........?” Tanya Maula.

“Berlakulah seperti tanaman padi Nak Mas.............” Kata Ki Bijak.

“Tanaman padi ki.......?” Tanya Maula.

“Nak Mas perhatikan lagi bagaimana padi ‘berperilaku’, ketika mulai tumbuh dan berbuah, tanaman padi akan menjulang keatas, tapi setelah tanaman padi berisi dan siap panen, tanaman padi akan makin ‘menunduk’, tawadlu, tidak membaggakan diri dengan buahnya, dan seperti itulah seharusnya kita berperilaku Nak Mas.............” Kata Ki Bijak.

“Jadi kita tidak perlu ‘promosi’ bahwa kita memiliki ilmu ini dan itu ya ki.................” Kata Maula.

“Biarkan orang lain yang menilai kita Nak Mas, karena terlalu banyak mengumbar perkataan hanya sekedar untuk memproklamirkan diri bahwa kita ‘orang pintar’ justru mencerminkan betapa kita masih perlu pengakuan, dan orang berilmu tidak memerlukan pengakuan apapun, kecuali ia berharap berkah dan ridha dari Allah dengan ilmu yang diamanahkan padanya.........” kata Ki Bijak.

“Itukah artinya air beriak tanda tak dalam ki............” Kata Maula.

“Benar, air beriak tanda tak dalam, tong kosong nyaring bunyinya, dan kita tidak boleh seperti itu............” Kata Ki Bijak.

“Ki, Aki masih mau mengajari ana hikmah-hikmah lainnya ki........” Tanya Maula.

“Insha Allah Nak Mas, selama Aki dikarunia Allah kemampuan untuk menjawab pertanyaan Nak Mas, Aki akan dengan senang hati berdiskusi dan berbicara dengan Nak Mas, karena Aki pun banyak mendapatkan hal-hal baru dari Nak Mas, Akipun berterima kasih kepada Nak Mas...........” Kata Ki Bijak.

“Terima kasih ki, semoga Aki dikarunia kesehatan dan umur panjang yang berkah, agar ana bisa lebih banyak dan lebih lama belajar pada Aki...........” Kata Maula.

“Amiin..........” Kata Ki Bijak.

Wassalam

November 05, 2007

No comments:

Post a Comment