Tuesday, November 13, 2007

SEHAT LAHIR BATHIN

“Dimakan kue-nya Nak Mas...........” Kata Ki Bijak menawarkan kepada Maula.

“Terima kasih Ki, tapi maaf, ana lagi puasa ki............”Kata Maula.

“Puasa apa Nak Mas, puasa kok malam-malam.......?” Tanya Ki Bijak heran.

“Bukan puasa sih Ki sebenarnya, kami hanya diminta untuk tidak makan dari pukul 10 malam sampai pagi nanti, kalau minum air putih boleh.........” Kata Maula.

“Untuk apa Nak Mas....?” Tanya Ki Bijak lagi.

“Besok, dikantor akan diadakan medical check up, Ki, salah satunya akan diperiksa kadar gula darah, dan puasa yang dilakukan itu agar kadar gula darah dalam tubuh bisa diukur ki..........” Kata Maula.

“Ohhhh begitu, Nak Mas tahu apa tujuan perusahaan Nak Mas mengadakan tes kesehatan segala......?” Tanya Ki Bijak.

“Katanya sih untuk mengecek dan mengetahui kondisi kesehatan karyawan Ki, sehingga kalau ada karyawan yang sakit atau memiliki potensi penyakit, dapat dilakukan pencegahan, atau kalau ada benih penyakit, dapat diketahui secara dini, hingga proses penangananya dapat dilakukan dengan cepat dan tepat............” Kata Maula.

“Aki sependapat dengan tujuan perusahaan itu, bahwa pemeriksaan dan pengecekan kesehatan secara berkala, akan sangat membantu kita untuk dapat mendeteksi potensi penyakit sehingga dapat dilakukan pencegahaan dan penanganannya dapat dilakukan dengan cepat dan tepat, tapi bagi Aki, masih ada yang kurang Nak Mas............” Kata Ki Bijak.

“Apanya yang kurang ki.........?” Tanya Maula.

“Nak Mas tahu, bahwa selain jasmani, kita juga terdiri dari unsur rohani atau bathin, dan ini yang sering sekali kita abaikan pemeriksaan kesehatannya.............” Kata Ki Bijak.

“Kalau kita batuk atau flu, dengan segera kita mencari obat atau pergi kedokter, apalagi kalau kita mengalami demam tinggi atau gejala sakit yang lebih berat, pasti kita akan sangat merasa cemas dan khawatir dengan kondisi badan kita................”

“Tapi ketika bathin kita merintih ‘haus dan lapar’ karena kita tidak pernah memberinya vitamin ilmu dan hikmah, kita hampir tidak pernah peduli, kita kerap mengabaikan kebutuhan ilmu dan hikmah bagi bathin kita..........” Kata Ki Bijak.

“Contoh lain, ketika kita terjangkiti penyakit Angkuh,Iri, Dengki dan Sum’ah, kitapun sama sekali tidak mengetahuinya, padahal ‘penderitaan bathin’ kita akibat penyakit itu sedemikian besar, tapi kita sama sekali tidak peduli...................” Kata Ki Bijak.

Maula menghela nafas panjang, ia mulai mengerti kemana arah pembicaraan gurunya.

“Benar ki, ana pun masih sering merasakan hal itu, ana masih kerap mengabaikan tuntutan bathin ana untuk menambah ilmu, ana juga masih sering menuruti rasa malas ketimbang bangun tahajud, ana juga masih sering terperangkap ego untuk menunjukan ke-aku-an, dan masih banyak lagi................” Kata Maula.

“Bukan hanya Nak Mas yang mengalami hal itu, setiap kita, akan mengalami pergulatan panjang dan melelahkan sebelum akhirnya keluar siapa pemenangnya, sifat sombong dan ke-aku-an kita kah, atau sifat tawadlu kita yang menang, sifat iri kita kah, atau rasa syukur yang keluar, setiap hari dan setiap saat akan selalu begitu..........” Kata Ki Bijak.

“Ketika sifat tawadlu kita, rasa syukur kita dan qana’ah kita yang menang, maka insha Allah, bathin kita akan terpelihara dan sehat........”

“Sebaliknya, ketika sifat sombong, sifat iri, sifat dengki dan sum’ah kita yang memenangkan peperangan, maka bathin kita akan ‘jatuh sakit’, dan akibat penyakit bathin ini, dampaknya jauh lebih besar dari penyakit jasmani yang paling mematikan sekalipun..........!” Kata Ki Bijak.

“Apa bahayanya ki.........?” Tanya Maula.

“Sifat sombong, iri, dengki, dan riya, bukan hanya akan menghancurkan kehidupan kita didunia ini, tapi lebih dari itu, kehidupan kita diakhirat pun akan hancur dibuatnya...........”

“Nak Mas tahu, betapa Allah tidak menyukai orang-orang sombong lagi membanggakan diri, dan ketika seseorang terjangkiti penyakit ini, maka ia akan dipalingkan dari Allah swt, pun dengan iri, dengki dan riya, penyakit ini akan mengikis habis pahala amal kita, sehingga kita akan menjadi orang paling merugi diakhirat kelak, Naudzubilah...........” Kata Ki Bijak.

“Bagaimana kita mengetahui ada tidaknya penyakit bathin ini dalam diri kita ki.......” Tanya Maula.

“Inilah salah satu sisi menarik dari penyakit bathin, kalau penyakit jasmani, sipenderita adalah orang yang paling tahu bagaimana kondisi penyakitnya, bahkan mungkin dari seorang dokter sekalipun........”

“Tapi penyakit bathin, justru orang lain yang lebih tahu dari sipenderitanya sendiri, seperti ketika kita berlaku sombong, kita cenderung tidak merasakan bahwa kita sombong, tapi justru orang lain merasakan dan mengetahui kesombongan kita dari tingkah pola dan pitutur kita..........” Kata Ki Bijak.

“Atau kalau seseorang memiliki sifat riya, suka pamer dan pamrih, orang yang melakukannya mungkin tidak merasa bahwa ia suka pamer, tapi justru akan sangat terlihat dalam pandangan dan perasaan orang lain.........” sambung Ki Bijak.

“Jadi ki...........” Tanya Maula.

“Jadi untuk mengetahui dan mendeteksi ada tidaknya penyakit bathin dalam diri kita, kita perlu seorang ‘dokter spesial’ yang dapat dengan jujur memberi tahu kita bagaimana kita berperilaku, dokter spesial itu bisa istri kita, bisa orang tua kita, bisa guru kita, atau bahkan anak kita, yang penting dokter itu adalah orang yang kita percaya dan jujur, untuk memberi tahu kita tentang penyakit bathin kita..........” Kata Ki Bijak.

“Bagaimana kalau penyakit bathin itu sudah menjangkiti kita ki, apakah bisa disembuhkan.................?” Tanya Maula.

“Setiap penyakit ada obatnya, pun dengan penyakit bathin, Allah swt telah memberikan penawar segala jenis penyakit bathin ini, yaitu Al Qur’an....................” Kata Ki Bijak.

“Al Qur’an ki..............?” Tanya Maula.

“Nak Mas perhatikan ayat al qur’an ini...........” Kata Ki Bijak sambil mengutip sebuah ayat al qur’an.

57. Hai manusia, Sesungguhnya Telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman (Surah Yunus)

“Dengan mentadaburi pelajaran dari Allah (Al Qur’an), maka kita akan mengetahui bahwa kita tidak patut berlaku sombong, karena hanya Allah saja-lah yang berhak menyandang Al Mutakabir....”,

“Dengan mentadaburi Al qur’an, kita akan tahu, bahwa segala sesuatu yang telah, tengah dan akan terjadi kepada kita dan kepada orang lain, adalah sebuah skenario besar dari Allah swt, jadi kita tidak perlu merasa iri, kalau ada orang lain yang kehidupan dan penghidupannya lebih baik dari kita, jadi kita tidak perlu dengki kalau ada rekan yang posisinya lebih tinggi dari kita, kita tidak perlu meradang kalau ada bawahan kita yang kedudukannya meroket seiring dengan prestasinya, karena sekali lagi, Al qur’an mengajarkan kepada kita betapa sifat sombong, iri, dengki dan riya itu hanyalah sebuah penyakit yang harus segera kita hilangkan dari dalam diri kita................” Kata Ki Bijak.

“Lalu yang kedua, obat penyakit bathin adalah qiyamul lail......” Kata Ki Bijak.

“Qiyamul lail ki..............?” Tanya Maula.

“Qiyamul lail yang didirikan dengan istiqomah, ikhlas dan benar, akan menjadikan orang yang mendirikannya memiliki sistem imun yang luar biasa untuk dapat terhindar dari berbagai penyakit bathin...........”

“Betapa ditengah keheningan malam, seseorang yang mendirikan qiyamul lail, tafakur dan bermunajat kepada penciptanya secara langsung, dan ini akan memberikan dampak psikologis yang sangat besar bahwa betapa ia kecil dihadapan Allah, betapa ia sangat-sangat tidak patut untuk merasa besar dan sombong, dan ini merupakan terapi mujarab bagi mereka yang ingin sembuh dari penyakit bathinnya.............” Kata Ki Bijak.

“Selanjutnya, sistem kekebalan atau imun yang sudah terbentuk dengan tadabur al qur’an dan qiyamul lail itu, kita support dengan dzikir, dalam setiap keadaan dan kondisi, sehingga melahirkan rasa kebersamaan kita dengan Allah, dan ketika kita sudah mampu merasakan kebersamaan itu, insha Allah kita akan terpelihara dari sifat-sifat tercela yang menjangkiti bathin kita...................” Kata Ki Bijak lagi.

“Lalu apa lagi ki........?” Tanya Maula.

“Shaum Nak Mas, seperti yang sekarang Nak Mas lakukan dengan tidak makan sampai pagi nanti, tujuannya adalah untuk mengurangi jumlah asupan yang berlebihan, sehingga kadar gula didalam tubuh kita relatif bisa diukur, pun demikian dengan penyakit bathin, shaum merupakan sebuah terapi penyembuhan yang sangat baik terhadap penyakit-penyakit bathin............”

“Rasa lapar dan dahaga selama kita shaum, akan membentuk kesadaran bahwa kita memang mahluk lemah, yang jika tidak makan dan minum sehari saja, kita akan lemas tiada berdaya, lalu pantaskah kita yang lemah ini berlaku sombong dan melampaui batas......?” Kata Ki Bijak setengah bertanya.

“Dan yang kelima, seperti Aki katakan diatas, kita perlu seseorang yang mampu dengan jujur memberi tahu penyakit kita, dan kita bisa menjadikan orang alim sebagai salah satu orang yang dapat memberikan masukan pada kita, rajin-rajinlah datang ke ulama dan kyai, untuk minta nasehat dan wejangan, bergaulah dengan mereka secara patut, insha Allah, kita akan selamat dari terpaan penyakit bathin...................” Kata Ki Bijak.

“Berat sekali konsekuensi dari penyakit bathin itu ya ki.........” Kata Maula.

“Untuk itu, lebih baik kita mencegahnya, daripada kita repot mengobatinya, karena sehat jasmani saja, sehat lahir saja, belum cukup untuk dapat mengantar kita pada kehidupan yang bahagia didunia dan akhirat..........” Kata Ki Bijak.

“Pelihara jasmani dan rohani Nak Mas, insha Allah Nak Mas akan menjadi orang yang sehat lahir bathin dan bahagia dunia wal akhirat..........” kata Ki Bijak mengakhiri percakapan malam itu.

Wassalam

Nopember 13, 2007

No comments:

Post a Comment