Thursday, March 5, 2009

BAHAGIA, INSYA ALLAH CUKUP DENGAN ‘SAJUTA’

“Orang sunda bilang, untuk bahagia itu cukup dengan ‘Sajuta’, Nak Mas......” Kata Ki Bijak, menanggapi pertanyaan Maula mengenai kiat untuk menjadi bahagia.

“Bahagia cukup dengan sejuta ki..?” Ana masih bingung ki, jangankan dengan sejuta, orang yang memiliki penghasilan lebih dari sepuluh juta sebulan saja, masih banyak yang kebingungan, bagaimana mungkin hanya dengan sejuta kita bisa bahagia ki.....” Kata Maula penasaran.

Ki Bijak tersenyum, “Bukan sejuta Nak Mas, tapi SAJUTA, itu istilah sunda, sajuta kependekan dari Sabar, Jujur dan Tawakal, jadi maksud Aki tadi, orang akan bahagia jika ia bisa berlaku sabar, jujur dan tawakal dalam menjalani berbagai ujian dan kehidupan yang dijalaninya...,

“Orang yang sabar, memiliki maqam tersendiri disisi Allah; Nak Mas tahu ayat yang menyatakan Allah bersama orang yang sabar...?” Tanya Ki Bijak.

“Iya ki......, Jawab Maula, sambil membacakan ayat yang dimaksud gurunya.

146. Dan berapa banyaknya nabi yang berperang bersama-sama mereka sejumlah besar dari pengikut (nya) yang bertakwa. mereka tidak menjadi lemah Karena bencana yang menimpa mereka di jalan Allah, dan tidak lesu dan tidak (pula) menyerah (kepada musuh). Allah menyukai orang-orang yang sabar. (Ali Imran)

153. Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu[99], Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar. (Al Baqarah)

[99] ada pula yang mengartikan: Mintalah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan shalat.


“Sekarang jelas sudah kenapa orang sabar akan beroleh kebahagiaan, karena orang sabar disukai Allah, dan ketika Allah menyukai seseorang, maka tidak akan berarti kebencian mahluk terhadapnya, ia akan tetap menjadi orang yang bahagia.....”

“Dan ketika Allah beserta mereka yang sabar, apalagi yang bisa membuat orang itu sedih atau takut, karena ketika Allah selalu ‘bersamanya’, tiada suatu apapun yang dapat melemahkan atau menyedihkannya, dan mereka yang sabar inilah orang yang akan menemukan kebahagiaan.......” Sambung Ki Bijak.

“kemudian Jujur, seperti pernah kita pernah bicarakan beberapa waktu lalu, merupakan sebuah mutiara jaman yang tidak akan pernah lekang oleh waktu dan tidak luntur ditelan perputaran jaman, jujur akan tetap merupakan hal terindah dalam kehidupan, yang akan membuat orang memilikinya akan beroleh kebahagiaan, baik itu didunia, maupun kebahagiaan dinegeri akhirat kelak.......”

“Jujur, juga merupakan sifat utama dari para ambiya, juga merupakan sifat utama dari orang-orang pilihan Allah, jujur merupakan syarat mutlak bagi mereka yang ingin hidupnya bahagia, jujur pada diri sendiri, jujur pada keluarga, jujur pada orang lain, dan terlebih harus jujur pada Allah.......” Kata Ki Bijak lagi.

“Jujur pada Allah ki...? Apakah mungkin kita ‘menipu Allah’ki....?’ Tanya Maula.

“Nak Mas perhatikan ayat ini.....” Kata Ki Bijak sambil menunjukan beberapa ayat dimaksud;


142. Sesungguhnya orang-orang munafik itu menipu Allah, dan Allah akan membalas tipuan mereka[364]. dan apabila mereka berdiri untuk shalat mereka berdiri dengan malas. mereka bermaksud riya[365] (dengan shalat) di hadapan manusia. dan tidaklah mereka menyebut Allah kecuali sedikit sekali[366]. [0]

[364] Maksudnya: Allah membiarkan mereka dalam pengakuan beriman, sebab itu mereka dilayani sebagai melayani para mukmin. dalam pada itu Allah Telah menyediakan neraka buat mereka sebagai pembalasan tipuan mereka itu.
[365] riya ialah: melakukan sesuatu amal tidak untuk keridhaan Allah tetapi untuk mencari pujian atau popularitas di masyarakat.
[366] Maksudnya: mereka sembahyang hanyalah sekali-sekali saja, yaitu bila mereka berada di hadapan orang.


9. Mereka hendak menipu Allah dan orang-orang yang beriman, padahal mereka Hanya menipu dirinya sendiri sedang mereka tidak sadar.

“Menipu Allah’itu maksudnya perbuatan orang munafik Nak Mas, mereka pura-pura memeluk agama islam, mereka pura-pura shalat, mereka pura-pura shaum, mereka pura-pura membayar zakat, pura-pura pergi ketanah suci, tapi semua amaliahnya tidak lebih dari kamuflase untuk menutupi belangnya, dan tentu orang seperti ini tidak akan pernah tahu bahwa Allah maha mengetahui segala tujuan dan niat amal perbuatannya....., dan ini yang dibahasakan dengan menipu Allah.......” Kata Ki Bijak.

“Oooh jadi penipu itu orang munafik ya ki....” kata Maula.

“Benar Nak Mas, dan jangan pernah berharap orang-orang semacam ini akan menemukan kebahagiaan dalam hidupnya, ia niscaya akan senantiasa akan diliputi kegelisahan, keresahan dan perasaan bersalah yang selalu menderanya, ia akan sangat menderita, meski mungkin secara lahir ia dapat menutupi ketidak bahagiaanya itu dari pandangan dhahir orang lain......” Kata Ki Bijak lagi.

“Ana mengerti ki......” kata Maula

“Dan tawakal.., merupakan sebuah kunci utama untuk memasuki gerbang kebahagiaan, karena Allah menjamin setiap mereka yang tawakal akan diberikan jalan keluar dari setiap kesulitan yang dihadapinya, jika Allah yang memberi jalan keluar dari setiap kita, apalah lagi yang akan membuat kita sulit..?, Nak Mas masih ingat ayat yang menyatakan barang siapa yang bertawakal kepada Allah, maka Allah akan memberinya jalan keluar...?” Kata Ki Bijak.

“Iya ki....” Kata Maula sambil menyebut ayat dimaksud;

2. ........barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya dia akan mengadakan baginya jalan keluar.

3. Dan memberinya rezki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan yang (dikehendaki)Nya. Sesungguhnya Allah Telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu. (At Thalaq)


“Sajuta, Sabar, Jujur dan Tawakal..., bagus sekali ya ki akronimnya.......” Kata Maula, mengulang perkataan gurunya.

“Bagus dan penuh makna, itulah kepintaran orang-orang tua kita dulu, mereka pandai sekali menggunakan simbol-simbol untuk mempermudah kita mengambil pelajaran, sayangnya generasi kita sekarang ini cenderung ‘malas’ untuk bertanya makna dibalik simbol-simbol tersebut.....” Kata Ki Bijak.

“Iya ki, kadang ada sebagian orang lebih senang mengambil kesimpulan dini tanpa lebih dulu menggali lebih dalam dari apa yang dipermasalahkan....., orang sekarang ini banyak yang merasa dirinya sudah jauh lebih pintar dari orang-orang terdahulu, padahal banyak juga arif billah dari orang-orang tua zaman dulu......” kata Maula.

“Aki bangga dengan pemikiran kritis dan ilmu pengetahuan yang dimiliki oleh generasi Nak Mas sekarang ini, banyak diantara mereka yang hafal ribuan hadits bahkan hingga sanad dan perawinya, banyak diantara mereka hafidz al qur’an, dan masih banyak pengetahuan lain yang mereka dapatkan dari pendidikannya yang tinggi, mereka adalah aset-aset islam yang harus terus didukung dan dikembangkan, Aki hanya ingin daya kritis dan pengetahuan yang tinggi itu diimbangi dengan kebijakan dan kearifan sehingga bisa lebih berdaya guna bagi kemajuan dirinya khususnya, dan kemajuan islam pada umumnya......” Kata Ki Bijak.

“Iya ki, dengan Sajuta, maka kau akan bahagia......” Maula mengulang-ngulang akronim dari gurunya, yang menurutnya sangat sederhana, mudah diingat, tapi penuh makna.

Wassalam

March 03,2008

No comments:

Post a Comment