Thursday, March 5, 2009

OTAK KITA BUKAN KERANJANG SAMPAH

“Nak Mas tahu apa saja isi keranjang sampah...?” Tanya Ki Bijak memulai sebuah percakapan.

“Ada tissue bekas, ada makanan sisa, ada plastik kotor, ada sisa buah, ada daging busuk dan kertas-kertas yang tidak terpakai ki......” Jawab Maula.

“Dan Nak Mas tahu apa yang akan terjadi ketika semua isi keranjang sampah itu tidak segera diangkat dan dibersihkan...?” Tanya Ki Bijak lagi.

“Tentu akan menimbulkan bau tidak sedap ki, bahkan tumpukan sampah yang dibiarkan dalam waktu tertentu bisa menjadi sarang penyakit, karena akan banyak lalat yang datang dan pergi untuk kemudian menyebarkan penyakit, ada juga tikus,belatung dan lainnya.........” Jawab Maula lagi.

“Sekarang Nak Mas bayangkan apa yang akan terjadi dengan otak kita ini ketika otak kita ini dipenuhi dengan ‘sampah’, misalnya otak kita dipenuhi dengan gosip, otak kita dipenuhi dengan informasi yang tidak jelas, otak kita dipenuhi dengan bacaan vulgar, otak kita dipenuhi dengan fikiran-fikiran jahat dan kotor, kemudian lagi otak kita dipenuhi dengan potongan-potongan informasi yang berpotensi menimbulkan kebencian dan fitnah, Nak Mas bisa bayangkan hal itu terjadi pada otak seseorang....?” Tanya Ki Bijak lagi.

“Waah, ana tidak bisa bayangkan hal itu terjadi pada otak seseorang ki, pasti fikirannya akan dipenuhi fikiran-fikiran kotor dan tidak produktif ya ki......” Jawab Maula.

“Nak Mas benar, otak kita akan menjadi kotor, berbau dan tidak produktif manakala otak kita dipenuhi sampah-sampah seperti yang Aki sebutkan tadi, indikasi otak yang hanya berisi sampah-sampah ini sangat jelas Nak Mas, karena output selalu berbanding lurus dengan inputnya, maka otak yang berisi sampah ini akan mengeluarkan perkataan dan pembicaraan yang tidak bermutu dari mulutnya, otak yang berisi sampah ini akan menampilkan citra diri yang kotor dalam perilakunya, matanya liar, bicaranya tidak terkontrol, sering menyakitkan perasaan orang lain, atau lebih senang berkata-kata pandir dan tidak berguna, bergurau dengan gurauan cabul dan sebagainya, karena memang bahan baku yang terdapat didalam otaknya merupakan sumber ‘penyakit’ bagi dirinya dan orang lain......” Kata Ki Bijak.

“Astaghfirullah...., ana jadi khawatir ki, karena sekarang ini banyak sekali ‘sampah-sampah’ yang berseliweran siap memenuhi otak kita, mulai dari media massa yang isinya tidak lebih dari bacaan dan gambar yang tidak mendidik, kemudian lagi di media TV yang hampir semua stasiunnya dengan bangga dan tanpa rasa bersalah, menyiarkan aneka gosip murahan, isu, mengekpose aib orang lain, praktek-praktek tidak terpuji seperti lawakan yang menghina fisik seseorang, tayangan yang tidak layak untuk ditonton dan sebagainya, yang celakanya acara semacam ini laris manis bak pisang goreng, kalau kita tidak pintar-pintar memilih dan memilahnya, bisa-bisa otak kita penuh dengan sampah-sampah itu ya ki......” Kata Muala.

“Beruntung dan bersyukurlah kalau kita masih menyadari betapa banyak sampah yang berpotensi merusak otak kita, Aki justru prihatin dengan mereka yang seakan tidak menyadari bahwa selama ini mereka mengkonsumsi racun-racun fikiran dan otaknya dengan saling berkirim gambar tak patut, dengan bercanda yang tidak berguna, dengan bacaan-bacaan iseng yang tiada bermanfaat, dengan informasi-informasi yang tidak jelas asal usulnya, dengan berbagai hal yang dapat mempersempit dan memperkeruh ruang fikir dan otaknya.....sangat disayangkan bahwa akal dan fikiran yang seharusnya digunakan untuk mentafakuri kebesaran Allah, justru digunakan untuk menampung hal-hal yang tidak berguna.................” Kata Ki Bijak.

“Mentafakuri kebesaran Allah dengan akal fikiran ki......?” Tanya Maula.

“Benar Nak Mas, ada sekian banyak ayat al qur’an yang mengajak kita untuk berfikir dan mentafakuri tanda-tanda kebesaran Allah, dan tafakur yang benar, hanya mungkin dilakukan kalau fikiran kita jernih, fikiran kita terang, fikiran yang tidak tercemari oleh racun-racun yang merusaknya...., coba Nak Mas buka Al Qur;an itu, dan cari beberapa ayat yang mengajak kita untuk berfikir..........” kata Ki Bijak.

Maula segera saja mengambil al qur’an dari almari, dan mencari beberapa ayat yang dimaksud gurunya;

190. Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal,(Ali Imran)


13. Dan dia Telah menundukkan untukmu apa yang di langit dan apa yang di bumi semuanya, (sebagai rahmat) daripada-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang berfikir. (Al Jaatsiyah)


42. Allah memegang jiwa (orang) ketika matinya dan (memegang) jiwa (orang) yang belum mati di waktu tidurnya; Maka dia tahanlah jiwa (orang) yang Telah dia tetapkan kematiannya dan dia melepaskan jiwa yang lain sampai waktu yang ditetapkan[1313]. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda- tanda kekuasaan Allah bagi kaum yang berfikir.

[1313] Maksudnya: orang-orang yang mati itu rohnya ditahan Allah sehingga tidak dapat kembali kepada tubuhnya; dan orang-orang yang tidak mati Hanya tidur saja, rohnya dilepaskan sehingga dapat kembali kepadanya lagi.

Dengan cepat Maula menemukan beberapa ayat yang mengajak untuk berfikir.............

“Nak Mas perhatikan lagi, ‘Dalam penciptaan langit dan bumi, silih bergantinya malam dan siang, terdapat tanda-tanda bagi orang yang berakal’, kemudian ‘Dan dia Telah menundukkan untukmu apa yang di langit dan apa yang di bumi semuanya, (sebagai rahmat) daripada-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang berfikir’, lalu ‘Allah memegang jiwa (orang) ketika matinya dan (memegang) jiwa (orang) yang belum mati di waktu tidurnya; Maka dia tahanlah jiwa (orang) yang Telah dia tetapkan kematiannya dan dia melepaskan jiwa yang lain sampai waktu yang ditetapkan. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda- tanda kekuasaan Allah bagi kaum yang berfikir’, dari ketiga ayat ini saja, dengan sangat jelas kita diharuskan berfikir, kita dituntut untuk mengetahui siapa dibalik penciptaan langit dan bumi, siapa yang menundukan apa yang ada dilangit dan dibumi untuk kepentingan manusia, siapa yang menghidupkan dan mematikan, yang semuanya bermuara pada satu titik dimana kita harus mengenal Allah....., lalu mungkinkah pekerjaan maha besar ini dilakukan oleh sisa-sisa volume otak dan fikiran kita yang telah dipenuhi sampah...?” Kata Ki Bijak.

“Iya ya ki, dengan full capacity saja, kita perlu waktu, perlu kesabaran dan ketekunan yang luar biasa untuk bisa mengenal Allah dengan benar, akan halnya kalau kita menggunakan sisa-sisa kapasitas akal dan fikiran kita untuk mengenal Allah, sepertinya jauh lebih sulit ya ki.....” Kata Maula.

“Hati, fikir dan rasa atau akal, serta seluruh indera kita, adalah seperangkat piranti yang disiapkan Allah untuk kita gunakan agar kita bisa mengenal_Nya, dan hanya piranti-piranti yang baik, bersih dan terjaga sajalah yang mampu berfungsi optimal untuk mencapai sasarannya, maka dari itu menjadi kewajiban kita untuk menjaga amanah itu dengan baik, dengan bersungguh-sungguh, dengan bertanggung jawab, karena semuanya akan dimintai pertanggung jawaban....”

“Hati kita akan dimintai pertanggung jawaban, untuk apa ia digunakan....”
“Fikiran kita akan dimintai pertanggung jawaban, untuk apa ia digunakan...”
“Tangan kita, kaki kita, mata kita, mulut kita, bahkan kulit kita akan memberikan kesaksian dihadapan mahkamah Allah tentang apa yang telah kita perbuat, tidak akan ada dusta disana, tidak akan ada manipulasi disana, karenanya, agar kita bisa mempertanggung jawabkan semua amanah kita, kita harus memulainya dari sekarang.....”

“Dengan menjaga hati kita dari berbagai penyakit yang mungkin akan merusaknya, kita juga harus menjaga otak kita, fikiran dan akal kita dari berbagai virus yang dapat menggerogotinya, singkatnya jangan biarkan piranti pemberian Allah ini lapuk tidak terjaga, sehingga mengurangi atau bahkan merusak fungsinya........” Kata Ki Bijak lagi.

“Iya ki..............., semoga ana bisa senantiasa menjaga dan membersihkan semua amanah dari Allah ini ya ki......” Kata Maula.

“Insya Allah Nak Mas............” Kata Ki Bijak, sambil menyambut uluran tangan Maula yang hendak pamitan.

Wassalam

February 26, 2009

No comments:

Post a Comment