“Ada banyak perangkap yang akan menjebak kita untuk masuk kedalam perangkap STS Nak Mas….” Kata Ki Bijak.
“Perangkap STS ki….?" Tanya Maula.
“Ya Nak Mas…., STS yang Aki maksud Syirik Tanpa Sadar Nak Mas….., banyak diantara kita yang dengan sadar atau tidak, terperangkap dalam kata maupun perbuatan syirik…..”
“Contoh kecil yang Aki temukan dipotongan iklan surat kabar, disana banyak sekali iklan yang menurut hemat Aki merupakan perangkap setan untuk menjerumuskan kita kedalam jurang kemusyrikan…, ada iklan yang menawarkan kekayaan dengan cara instan, ada yang menawarkan penglaris, ada iklan yang menawarkan kewibawaan, ada iklan yang menawarkan jabatan dengan cara yang kadang tidak rasional, dan berbagai ragam iklan yang membuat Aki geleng-geleng kepala membacanya……” Kata Ki Bijak.
“Iya ki, dan bukan hanya disurat kabar, bahkan di siaran TV yang berskala nasional pun, iklan dan tayangan yang semacam itu seperti sudah lazim adanya, ada iklan minurman yang latar belakangnya meminta kekayaan pada dukun, ada juga orang yang minta usahanya lancar kepada para normal, ada juga pengusaha yang ingin urusannya beres, meminta bantuan jin, ada juga iklan rokok yang juga menampilkan sosok jin sebagai objeknya….,
"dan yang lebih parah lagi, ada sinetron yang menceritakan seorang pemuda yang berteman dengan jin, kemudian ada seorang gadis yang berteman dengan tuyul…….,
"dan sekarang ada lagi Ki acara apa namanya ana lupa, tapi acara itu menampilkan sosok orang pintar yang ‘menerawang’ keadaan pemirsanya, ada juga acara uji nyali yang menampilkan tayangan orang iseng yang ingin menguji nyalinya dengan melihat jin, dan entah berapa banyak lagi tayangan semacam itu yang langsung bisa dikonsumsi semua orang tanpa sensor….” Kata Maula.
“Iya Nak Mas…, dan itulah salah satu alas an Aki jarang menonton tayangan TV, karena demikian mudahnya tayangan-tayangan yang membahayakan akidah seperti itu bisa tayang di TV kita…” Kata Ki Bijak.
“Iya ki, bahkan saking kuatnya pengaruh tayangan dan iklan di TV itu, sekarang ini banyak orang dengan atau tanpa sadar, meyakini apa yang diiklan tersebut…’
“Banyak orang yang ingin kaya, pergi ke paranormal….;
“Banyak orang yang ingin naik pangkat, perginya ke orang pintar…”
“Banyak orang yang ingin mendapatkan jabatan, merekapun larinya kegua tempat pertapaan…”
“Banyak orang yang ketika ingin mendapat pekerjaan, minta tolong pada batang pohon besar…”
“Banyak orang yang ingin lulus ujian, meminta bantuan jin untuk mengerjakan soal….”
“Bahkan ketika sakit, banyak orang yang mengatakan bahwa ia sembuh karena minum obat atau ramuan ini, kita sehat karena dokter ini, kita sehat, karena produk ini dan itu….., semuanya mengarah pada mahluk, semuanya mengarah kepada benda, semetara Allah, Dzat yang maha kaya, dzat yang maha memiliki kekuasaan, dzat yang maha kuasa untuk memberikan kekuasaan, dzat yang maha menyembuhkan, dzat yang menyehatkan, bahkan sama sekali tidak pernah disebut-sebut atau bahkan ditiadakan……” Kata Maula lagi.
“Ya Nak Mas, akumulasi dari berbagai perkataan dan perbuatan yang kita anggap ‘biasa’ seperti itu, lambat laun akan membentuk sugesti dan bahkan membentuk sebuah keyakinan yang salah, yang jika tidak segera disadari, kondisi ini akan menggiring kita kedalam jurang kemusyrikan…..” Kata Ki Bijak.
Maula menghela nafas panjang dan dalam; “Ki.., seberapa besar bahaya syirik bagi kita ki…?” Tanya Maula beberapa saat kemudian.
“Besar Nak Mas, bahkan sangat besar sekali, karena kerusakan yang timbul akibat perbuatan syirik ini bukan hanya kerusakan didunia, tapi juga kerusakan diakhirat, bukan hanya kerusakan individu pelakunya, tapi juga menimbulkan kerusakan dimasyarakat, bukan hanya kerusakan lahiriah, tapi juga kerusakan bathiniah, bukan hanya kerusakan jasmani, tapi juga kerusakan ruhani, bukan hanya merusak hubungan kita dengan sesama manusia, tapi juga merusak hubungan mahluk dengan penciptanya….” Kata Ki Bijak.
“Syirik akan merendahkan kemuliaan dan martabat manusia, syirik juga adalah sumber segala kecemasan dan ketakutan, syirik membuat pelakunya kehilangan akal sehat, syirik akan menjadikan doa pelakunya tidak diijabah oleh Allah, syirik adalah kdhaliman yang besar bahkan tidak terampuni, sehingga pelakunya kekal dineraka….., Naudzubillah…..” Tambah Ki Bijak.
Lagi-lagi Maula menarik nafas panjang, “Ki….ana masih belum paham bagaimana syirik akan merendahkan kemuliaan dan martabat kita sebagai manusia ki..?” Tanya Maula.
“Nak Mas…, Allah menciptakan manusia dengan bentuk yang paling sempurna, kemudian Allah melengkapi kesempurnaan jasad dan rohani itu dengan akal fikiran, yang tidak diberikan Allah kepada mahluk selain manusia, Allah juga menjadikan manusia sebagai khalifah dumuka bumi, Allah juga menyempurnakan manusia dengan memberinya syari’at, melengkapinya dengan rasa malu, yang juga tidak diberikan oleh Allah kepada mahluk selain manusia….”
“Lalu ketika kemudian manusia dengan segala kelebihan dan kesempurnaan yang Allah berikan kepadanya itu,ada segolongan manusia yang menyembah sapi, yang jelas-jelas tidak berikan akal oleh Allah, yang jelas-jelas diberi rasa malu oleh Allah, bukankah ini akan menempatkan manusia dalam kasta yang lebih rendah dari pada hewan sesembahannya….?” Kata Ki Bijak.
Maula manggut-manggut mendengar penuturan Ki Bijak,
“Lalu ketika kemudian dengan segala kelebihan dan kesempurnaan yang Allah berikan kepadanya itu, ada segolongan manusia yang memuja setan dan iblis, pada jelas-jelas Allah menjadikan setan dan iblis itu kedalam makhluk yang ingkar dan tidak mau tunduk kepada perintah Allah, bukankah ini juga dengan sangat jelas menggambarkan betapa martabat manusia yang mulia, ditukar dengan kehinaan yang dibuat oleh manusia itu sendiri…?”
“Kemudian lagi, ada segolongan manusia, yang menyembah berhala, pada jelas-jelas berhala itu kreasi manusia, jelas-jelas bahwa berhala itu tidak bisa berbicara, tidak bisa mendengar, tidak bisa bergerak, bagaimana mungkin berhala-berhala itu akan memberikan apa yang diminta manusia, dan bukankah ini juga berarti bahwa nilai manusia ketika itu, berada diposisi yang lebih rendah dari pada sesembahanya yang hanya berupa batu atau kayu…”
“Kemudian lagi, jika ada segolongan manusia yang meyakini bahwa batu cincinya memiliki kekuatan untuk mendatangkan manfaat dan menghindarkannya dari mudharat, bukankan ini sebuah kebodohan ruhani yang sangat, yang menjadikan manusia menduduki posisi dari batu cincin yang dipertuhankannya…”
“Kemudian lagi, jika ada manusia yang meyakini bahwa pohon besar bisa menyembuhkan penyakitnya, bisa memenuhi hajatnya, ini juga merupakan penurunan dejarat dan martabat manusia dari yang seharusnya….”
“Belum lagi kalau ada manusia yang bertuhan pada harta, bertuhan pada materi, bertuhan pada benda, bertuhan pada sesama manusia, maka ketika itu pulalah manusia telah menghinakan dirinya sendiri, padahal Allah telah melebihkan penciptaannya dari segala mahluk….” Papar Ki Bijak dengan panjang lebar.
“Akan berbeda jika manusia itu hanya mengabdi, hanya menyembah, dan hanya memohon pertolongan pada Allah saja, tuhan dan Rabb-nya yang maha mendengar, yang maha melihat, yang maha kaya, yang maha mengabulkan, ia akan tampil sebagai manusia untuk baik dari sisi jasmaninya, maupun sisi bathiniahnya akan tetap menjadi manusia, mahluk Allah yang diciptakan dengan segala kemuliaan dan kesempurnaannya…..” Tambah Ki Bijak.
Maula menghela nafas panjang, “Ana mengerti Ki….., akan halnya syirik yang menyebabkan kecemasan dan ketakutan ki…?” Tanya Maula kemudian.
“Ketika seseorang meyakini bahwa rezekinya ditentukan oleh atasannya, orang itu pasti akan mengalami ketakutan yang luar biasa, jangan-jangan atasannya tidak menaikan gajinya, jangan-jangan atasannya tidak menaikan kelasnya, jangan-jangan atasannya pilih kasih, jangan-jangan atasannya tidak suka kepadanya, dan segala bentuk pertanyaan yang ‘salah alamat’ semacam itu akan menjadikan ia ‘takut’ yang bukan pada tempatnya, ia jadi mudah berburuk sangka dan lain sebagainya….”
“Kemudian lagi, ketika ia meyakini bahwa pohon atau batu memiliki ‘kekuatan’ yang bisa mendatangkan manfaat dan mudharat bagi dirinya, maka ia akan cemas kalau ia lupa memberi sesajen pada benda tersebut, ia akan merasa cemas dan takut kalau-kalau sang penunggu pohon dan batu itu ‘marah’…., dan masih banyak lagi kecemasan dan ketakutan yang tidak beralasan, hanya karena manusia salah memilih tuhannya…..”
“Juga ketika seseorang meyakini bahwa ‘nasibnya’ tergantung pada tempatnya bekerja atau tempatnya berjualan, maka ia akan mengalami banyak kecemasan dan ketakutan yang kadang berlebihan……” Kata Ki Bijak.
“Beda halnya dengan mereka yang meyakini bahwa Allah-lah yang menjamin rezekinya, bahwa Allah tempatnya bergantung, Allah tempatnya meminta, Allah-lah tempatnya berlindung, maka dengan keyakinan yang benar seperti ini, kehidupannya akan berjalan dengan irama yang indah, tidak selalu diliputi ketakutan dan kecemasan, karena ia merasa cukup dengan Allah yang senantiasa besertanya…” Kata Ki Bijak lagi.
“Ana mengerti ki…, akan halnya dengan syirik yang menjadikan pelakunya kehilangan akan sehat ki…?” Tanya Ki Bijak lagi.
“Nak Mas…, kita sering mendengar orang pintar yang membangga-banggakan akal fikirannya, tapi dibalik itu, banyak juga orang pinter tersebut menyembah batu atau benda pusaka, meyakani kerisnya bisa menjadikannya berwibawa, menyakini batu cincin bisa menjadikan jabatannya langgeng, meyakini piaraannya mampu menjadi orang kaya…, adakah orang yang akalnya sehat bisa menjelaskan bagaimana batu cincin akan melanggengkan jabatan pemakainya..?
“atau akal sehat mana yang bisa menjelaskan bagaimana keris, yang jelas-jelas benda mati, member kewibawaan pada pemiliknya…?
“Hanya mereka yang akidahnya sakit saja yang bisa membuat bualan bahwa cincin dan keris itu memiliki kekuatan dan kehebatan, hanya mereka yang didalam hatinya ada syirik sajalah yang akan dengan lancar mampu mendeskripsikan bagaimana cara cincin dan keris itu bekerja untuk pemiliknya…”
“Mereka yang akidahnya lurus, mereka yang hatinya sehat, mereka yang hanya menyembah Allah, pasti tidak akan bisa membuat dongengan yang tanpa fakta….” Papar Ki Bijak lagi.
“Ana mengerti ki…., kalau kemudian pelaku syirik akan menjadi penghuni neraka yang kekal abadi, ana sudah banyak menemukan keterangannya ki, pun kalau doa-doa orang yang berbuat syirik yang tidak diijabah oleh Allah, ana sudah paham…, yaa Rabb, hamba memohon kepada_Mu dari penyakit syirik dan segala keburukan yang ada padanya, bimbing kami kejalan_Mu yang lurus, yang Engkau tebarkan rahmat dan berkah disepanjang lintasannya…., yaa Allah hanya kepada_Mu kami menyembah, dan hanya kepada_Mu kami memohon pertolongan.., Rabbana atina fidunya hasanah wa fil’akhirati hasanata wa qinna ‘adzabannar….” Maula memanjatkan doa.
“Amiin……” Timpal Ki Bijak mengamini.
Wassalam
May 17, 2011