“Populasi ‘Muslim Tapi’ sekarang ini memang cenderung terus bertambah Nak Mas…..” kata Ki Bijak pada sebuah kesempatan.
“Muslim ‘Tapi’ Ki….? Tanya Maula heran.
“Ya Nak Mas…, Nak Mas pernah dengar orang muslim tapi tidak shalat…?” Tanya Ki Bijak.
“Banyak ki…, ana bahkan sering bertemu dengan mereka, ia mengaku seorang muslim, tapi tidak shalat..” Kata Maula.
“Lalu pernahkah Nak Mas bertemu dengan seorang muslim, tapi tidak bayar zakat, sementara hartanya sudah masuk nisab…?”
“Atau Nak Mas pernah bertemu dengan seorang muslim, tapi tidak shaum ramadhan..?”
“Atau Nak Mas pernah bertemu dengan seorang muslim, tapi tidak pernah kemasjid..?”
“Atau lagi, mungkin Nak Mas pernah juga bertemu dengan seorang muslim, tapi ia suka meminum minuman keras…?
“Atau lagi, mungkin Nak Mas pernah bertemu seorang muslim, tapi suka menerima suap..?
“Atau Nak Mas juga mungkin pernah mendengar berita, seorang muslim, tapi ia rajin korupsi…?
“Atau mungkin Nak Mas juga pernah mendengar seorang muslim, tapi suka mencuri…?
“Atau mungkin juga Nak Mas pernah mendengar seorang muslim yang tidak mengucap atau malu menjawab salam…?”
“Atau lagi, mungkin Nak Mas mendengar seorang muslim yang gemar berkelahi, gemar membuat onar…?
“Atau lagi Nak Mas mungkin juga mengenal orang muslim yang tidak bisa membaca al qur’an, tidak mengenal sejarah Nabinya, tidak mengenal syari’at agamanya, tidak mengenal hukum mana yang halal dan mana yang haram….” Tanya Ki Bijak, menyebut beberapa perilaku seorang muslim yang ber’tapi’.
Maula tersenyum demi mengerti apa yang dimaksud gurunya dengan sebutan “Muslim Tapi’..;
“Waah kalau ‘muslim tapi’ seperti itu sih ada banyak disekitar kita ki…., belum lagi ada seorang muslim, tapi tukang sabung ayam, belum lagi ada seorang muslim, tapi pelitnya bukan kepalang, belum lagi ada seorang muslim, tapi sombongnya tidak ketulungan, belum lagi ada muslim, tapi dengan tetangga tidak pernah bertegur sapa, belum lagi ada seorang muslim, tapi tidak mampu menjaga pandangan dan lidahnya, dan masih banyak lagi muslim yang masih ‘bertapi’ ki…” kata Maula.
“Iya Nak Mas, itulah kondisi sebagian umat kita sekarang ini, dan tugas kita untuk bagaimana mengajak para ‘muslim tapi’ itu menjadi muslim yang kaffah, muslim yang benar-benar muslim, muslim yang bukan hanya KTPnya saja, muslim yang bukan hanya status diijazahnya saja, muslim yang bukan hanya keturunan saja, muslim yang bukan hanya karena pernikahan saja, muslim yang bukan hanya ‘kebetulan saja’, tapi muslim yang benar-benar muslim sebagaimana mestinya….” Kata Ki Bijak.
“Ki…., seperti apa seorang muslim kaffah yang tidak pakai ‘tapi’ itu ki…?” Tanya Maula.
“Seorang muslim yang benar, seorang muslim yang kaffaf, seorang muslim yang tidak pakai ‘tapi’ adalah seseorang yang memiliki apa yang disebut ‘Salimul Aqidah’ atau akidah yang lurus, seorang muslim sejati adalah seorang hanya hanya bertuhan kepada Allah, hanya menghamba kepada Allah, hanya memohon kepada Allah, hanya menggantungkan harapan dan cita-citanya pada Allah, hanya berserah diri kepada Allah, sebagaimana ia ikrarkan dalam setiap shalatnya,
162. Katakanlah: Sesungguhnya sembahyangku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam.
“dan tidak lagi pakai ‘tapi’, sekali ia berikar demikian, maka itulah yang dilakukannnya…..” Tambah Ki Bijak.
“Jadi shalatnya bukan sekedar shalat, tapi tetap kedukun, bukan shalatnya tetap shalat, tapi masih percaya klenik, bukan pula shalatnya tetap shalat, tapi masih suka bersekutu dengan jin dan setan ya ki…” Kata Maula
“Benar Nak Mas, seorang muslim sejati tidak adalah lagi tujuan dan harapannya selain Allah swt…” Kata Ki Bijak lagi.
“Ana mengerti ki, lalu ciri apalagi yang ada pada muslim sejati ki…?’ Tanya Maula.
“Ciri yang kedua, yang menjadi ciri khas seorang muslim sejati adalah adalah ia melaksanakan ibadah, melaksanakan perintah Allah dengan baik dan benar, atau bahasa lainnya ‘Shahihul ibadah’, seorang muslim yang baik adalah seorang muslim yang beribadah sesuai dengan contoh dan tuntunan dari al qur’an dan sunnah Rasulnya, bukan mereka yang membuat aturan peribadatan sendiri, bukan mereka yang membuat hokum dan aturan sendiri……, seorang muslim sejati adalah mereka yang melandasi semua aktivitas ibadahnya dengan keimanan dan tuntunan yang benar…..” Kata Ki Bijak.
“Kalau kemudian ada orang yang shalatnya pakai cara sendiri, bagaimana ki…?” Tanya Maula.
“Maksud Nak Mas…?” Tanya Ki Bijak.
“Ana beberapa kali bertemu dan berdialog dengan orang yang shalatnya beda dengan shalat yang biasa kita lakukan, mereka mengatakan shalat yang sesungguhnya bukanlah seperti itu, tapi mereke memiliki penafsiran sendiri yang berbeda dengan penafsiran ulama secara umum ki…..” Kata Maula.
Ki Bijak tersenyum mendengar penuturan Maula; “Bagi kita, sabda baginda Rasul "Shalatlah kamu sebagaimana melihat aku shalat", cukup untuk menjadi dasar bahwa shalat yang beliau contohkan adalah seperti apa yang secara mutawatir kita dapat dari guru-guru kita, kalau kemudian ada orang yang shalatnya cukup dengan ingat saja, cukup dalam hati saja, dengan dalih bahwa mereka sudah makrifat kepada Allah, maka sesungguhnya orang yang paling makrifat kepada Allah adalah Baginda Rasul, tapi toh Baginda Rasul tetap menjalankan shalat syari’at sebagaimana mestinya….” Kata Ki Bijak.
“Iya ya ki…..” Kata Maula.
“Kemudian, ciri khas yang ketiga,yang melekat pada diri seorang muslim sejati adalah bahwa ia memiliki Ahlaqul hasanah, ahlaq yang baik, ahlaq yang sesuai dengan nilai-nilai yang bersumber pada al qur’an dan sunnahnya, atau contoh konkretnya seorang muslim yang baik, hanya makan dari makanan yang baik dan halal, seorang muslim sejati, hanya mengeluarkan perkataan yang baik dan benar, seorang muslim yang sejati, akan senantiasa menjaga lisan dan perbuatanya agar tidak menyakiti atau menyinggung orang lain, seorang muslim yang sejati, tidak akan pernah membuat orang lain merasa ‘takut’ dengan apa yang diperbuatnya….”
“Seorang muslim yang baik akan tercermin dari sikapnya yang santun dan sabar…”
“Seorang muslim yang baik, akan menampilkan sosok yang penuh cinta kasih dan dermawan…”
“Seorang muslim yang baik, akan mampu mengejewantahkan sifat-sifat ilahiyah dalam kehidupan dan kesehariannya…” Kata Ki Bijak lagi.
Maula menghela nafas dalam-dalam, ia demikian meresapi setiap untai kata gurunya.
“Lalu sikap ciri apa lagi yang melekat dalam diri seorang muslim sejati ki…?” Tanya Maula.
“Seorang muslim sejati adalah mereka yang pandai menjaga kesehatan jasmani dan rohaninya, karena ia menyadari bahwa nikmat sehat adalah sebuah modal yang sangat berharga untuk dapat beribadah dan mengabdi kepada Allah, seorang muslim sejati akan sangat selektif memilih minuman dan makanan yang akan dikonsumsinya…”
“Kemudian seorang muslim sejati adalah mereka yang menggunakan akal dan intelektualnya untuk dapat memahami setiap ayat Allah, baik itu yang tersurat dalam al qur’an atau tersirat didalam berbagai hal yang ia lihat, didalam apa yang ia dengar, dan didalam apa yang ia temukan…, semuanya dijadikan sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah swt…
“Kemudian lagi, seorang muslim sejati adalah seorang yang pandai menjaga waktunya,karena ia tahu waktu adalah modal utama dalam kehidupannya didunia ini, seorang muslim sejati berpantang untuk menyia-nyiakan waktunya untuk sesuatu yang tidak berguna bagi kehidupan dunia dan akhiratnya…”
“Dan yang juga tidak kalah penting, seorang muslim sejati memiliki ciri khas bahwa kehidupannya haruslah berguna bukan hanya bagi dirinya, tapi juga bagi orang lain, seorang muslim sejati adalah mereka yang berfungsi sebagai motor penggerak bagi setiap kegiatan untuk kemaslahatan umat, seorang muslim sejati, juga merupakan orang yang senantiasa siap sedia, menyingsingkan lengan baju untuk membantu sesamanya, seorang muslim sejati selalu mendidik dirinya untuk dapat berguna bagi setiap detak kehidupan orang-orang disekitarnya dan juga dilingkungan yang lebih luas lagi…..” Kata Ki Bijak panjang lebar.
“Betapa indahnya jika setiap muslim menyadari fungsi dan perannya yang sedekian agung ya ki…., betapa indahnya jika setiap muslim mampu menjalankan ajaran agamanya tanpa ‘tapi’, tanpa pamrih, tanpa reserve apapun kecuali karena Allah semata…..” Kata Maula.
“Ya Nak Mas.., dan semoga kita diberikan kekuatan dan kemampuan oleh Allah swt untuk menjadi muslimin yang kaffah, muslim sejati, muslim yang tidak lagi memakai ‘tapi’, muslim yang benar dalam pandangan Allah swt…” Kata Ki Bijak.
“Amiin yaa Allah rabbalalamiiiin….” Pungkas Maula mengamini doa gurunya.
Wassalam
May 11,2011
No comments:
Post a Comment