“Kenapa Nak Mas….?” Tanya Ki Bijak demi melihat wajah Maula yang
nampak sedikit memerah, seperti memendam sesuatu.
“Tidak apa-apa Ki…, ana hanya
terharu setelah membaca hadits ini…” Kata Maula sambil menunjukan hadits yang dimaksud;
“Suatu
hari ‘Umar bin Khaththab RA menemui Nabi saw. di kamar beliau, lalu ‘Umar
mendapati beliau tengah berbaring di atas sebuah tikar usang yang pinggirnya
telah digerogoti oleh kemiskinan (lapuk)”.
“ Tikar
membekas di belikat beliau, bantal yang keras membekas di bawah kepala beliau,
dan kulit samakan membekas di kepala beliau..”.
“Di
salah satu sudut kamar itu terdapat gandum sekitar satu gantang, di bawah
dinding terdapat qarzh (semacam tumbuhan untuk menyamak kulit)”
“Maka,
air mata ‘Umar bin Khaththab RA meleleh dan ia tidak kuasa menahan tangis karena
iba dengan kondisi Nabi saw...”
“Lalu
Nabi saw. bertanya sambil melihat air mata ‘Umar RA yang berjatuhan, “Apa yang
membuatmu menangis, Ibnu Khaththab?”
“Umar
RA menjawab dengan kata-kata yang bercampur-aduk dengan air mata dan
perasaannya yang terbakar, “Wahai Nabi Allah, bagaimana aku tidak menangis,
sedangkan tikar ini membekas di belikat Anda, sedangkan aku tidak melihat
apa-apa di lemari Anda? Kisra dan kaisar duduk di atas tilam dari emas dan
kasur dari beludru dan sutera, dan dikelilingi buah-buahan dan sungai-sungai,
sementara Anda adalah Nabi dan manusia pilihan Allah!”
“Lalu
Nabi saw. menjawab dengan senyum tersungging di bibir beliau, “Wahai Ibnu
Khaththab, kebaikan mereka dipercepat datangnya, dan kebaikan itu pasti
terputus. Sementara kita adalah kaum yang kebaikannya ditunda hingga hari
akhir. Tidakkah engkau rela jika akhirat untuk kita dan dunia untuk mereka?”
‘Umar
menjawab, “Aku rela.” (HR. Hakim, Ibnu Hibban dan Ahmad)
Ki
Bijak pun menarik nafas
dalam-dalam setelah membaca kembali hadits yang sangat menyentuh ini, bagaimana
tidak…., baginda Rasul, manusia agung pilihan Allah, manusia terbaik yang
pernah lahir, yang tidak akan ada manusia seperti beliau baik sebelum sesudahnya,
harus tidak beralaskan tikar keras yang sampai menimbulkan bekas dipunggung
beliau, hanya memiliki sedikit makanan dirumahnya dan jauh dari kesan gemerlap
dunia yang biasa menghiasi perilaku para pemimpin dan pembesar dari zaman dulu
hingga sekarang….., pantas kalau kemudian sayyidina Umar bin Khattab, seorang
yang gagah perkasa dimedan laga, seorang pejuang yang pantang menyerah, seorang
yang bahkan setanpun harus menghindar kala berpapasan dengannya, tidak sanggup
menahan derai air matanya demi melihat kondisi baginda Rasul seperti itu…..;
Tanpa terasa air bening pun
mengalir dari dua kelopak matanya, Ki Bijak pun demikian haru dan tersentuh…,
“Harusnya kita malu mengaku
menjadi umat beliau Nak Mas….” Katanya
kemudian setelah suasana sedikit mencair.
“Kenapa kita harusnya malu
mengaku sebagai umat beliau ki…?”Tanya Maula
“Ya Nak Mas, kita mestinya malu
mengaku sebagai umat beliau, sementara perilaku dan tabiat kita justru lebih cenderung
menyerupai perilaku dan perangai raja kisra dan romawi….”
“Seperti dalam hadits ini,
perilaku baginda Rasul begitu bersahaja, begitu sederhana, tapi sebagian
umatnya justru ingin tampil waah, pengen tampil laksana raja romawi, mobilnya
mewah, rumahnya bak istana, persediaan makannya melebihi stock baitul mal, memakai
perhiasan yang mahal, mengenakan jas yang harganya puluhan bahkan ratusan
juta……, dan bukankah ini lebih mencerminkan perilaku raja kisra daripada
perilaku umat nabi…?” Kata Ki Bijak setengah bertanya.
Kini giliran Maula yang menarik
nafas panjang, “Benar Ki…., sebagian umat islam, yang mengaku sebagai umat Nabi
Muhammad saw, sekarang ini sudah banyak yang terjebak kedalam pola hidup ala
kaisar romawi dan raja kisra yang glamour dan materilitis…..”
“Mereka berlomba-lomba menumpuk
harta kekayaan dengan segala macam cara, tidak peduli apakah cara itu baik atau
buruk, tidak peduli apakah cara dia mendapatkan harta itu melanggar hokum atau
tidak, tidak peduli apakah harta yang didapatnya dengan cara yang halal atau
tidak…, yang terpatri dibenaknya adalah hanya bagaimana ia mendapatkan harta
sebanyak mungkin, agar orang menyebutnya sebagai orang yang berhasil, agar
orang lain memandangnya sebagai orang yang sukses, agar orang lain menaruh
hormat padanya karena banyaknya harta yang ia miliki……” Kata Maula.
“Iya Nak Mas, banyak orang yang
salah memaknai kehormatana, banyak orang menilai bahwa ia akan dihormati orang
lain, kalau hartanya banyak, bahwa ia akan disegani orang lain, kalau mobilnya
mewah, bahawa orang lain yang respek kepadanya kalau jabatannya tinggi, bahwa
orang lain akan membungkukan badan padanya karena ia seorang pejabat…., padahal
sekali-kali itu tidaklah benar…..”
“Kehormatan dan kemulian
seseorang bukan karena pangkat dan hartanya, kehormatan dan kemuliaan seseorang
bukan karena pangkat dan jabatannya, kehormatan dan kemulian seseorang bukan
karena mobil mewah atau rumah megahnya….”
“Keagungan budi dan keluhuran
akhlaq, serta ketaqwaanyalah yang membuat nilai seseorang itu menjadi terhormat
dihadapan manusia, dan mulia disisi Rabbnya…..” Kata Ki Bijak sambil mengutip
ayat al qur’an;
$pkr'¯»t â¨$¨Z9$# $¯RÎ) /ä3»oYø)n=yz `ÏiB 9x.s 4Ós\Ré&ur öNä3»oYù=yèy_ur $\/qãèä© @ͬ!$t7s%ur (#þqèùu$yètGÏ9 4 ¨bÎ) ö/ä3tBtò2r& yYÏã «!$# öNä39s)ø?r& 4 ¨bÎ) ©!$# îLìÎ=tã ×Î7yz ÇÊÌÈ
13. Hai manusia, Sesungguhnya kami menciptakan
kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa
- bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya
orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling
taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal.
“Dan justru Allah mencela mereka yang bermegah-megahan, karena bermegah-megahan, membangga-banggakan harta, membangga-banggakan pangkat dan jabatan, lebih banyak menyebabkan kelalaian kita selaku hamba…..”
“Banyak sudah contoh nyata dimana
orang yang mengejar duniawi, telah terjebak kedalam kubangan materialisme yang
justru memperbudaknya….., setiap hari, setiap saat ia disibukan dengan berbagai
urusan materi, siang hari mereka habiskan untuk mencari materi, dan hanya
menyisakan sedikit waktu atau bahkan sama sekali tidak punya waktu untuk
beribadah kepada Allah..”
“Malam haripun mereka masih terus
kerja,kerja dan kerja untuk mencapai target materi yang harus dikumpulkannya,
mereka memasang target penghasilan yang sangat tinggi bahkan kadang tidak
realistis, mereka terus memforsir angan dan mimpinya untuk menjadi orang
‘hebat’ dalam pandangan mata manusia, dan cenderung mengabaikan pandangan Allah
yang telah memberinya kehidupan…..”
“Mereka pun telah mengacuhkan
peringatan Allah sebagaimana firmanNya dalam surat At-Takatsur…” Kata Ki Bijak
sambil membacakan suratnya;
ãNä39ygø9r& ãèO%s3G9$# ÇÊÈ 4Ó®Lym ãLänöã tÎ/$s)yJø9$# ÇËÈ xx. ôqy tbqßJn=÷ès? ÇÌÈ §NèO xx.
t$ôqy tbqßJn=÷ès? ÇÍÈ xx. öqs9
tbqßJn=÷ès? zNù=Ïæ ÈûüÉ)uø9$# ÇÎÈ cãrutIs9 zOÅspgø:$# ÇÏÈ ¢OèO $pk¨XãrutIs9 ú÷ütã ÈûüÉ)uø9$# ÇÐÈ ¢OèO £`è=t«ó¡çFs9
>ͳtBöqt Ç`tã ÉOÏè¨Z9$# ÇÑÈ
1. Bermegah-megahan Telah
melalaikan kamu[1598],
2. Sampai kamu masuk ke dalam kubur.
3. Janganlah begitu, kelak kamu akan mengetahui
(akibat perbuatanmu itu),
4. Dan janganlah begitu, kelak kamu akan
Mengetahui.
5. Janganlah begitu, jika kamu mengetahui dengan
pengetahuan yang yakin,
6. Niscaya kamu benar-benar akan melihat neraka
Jahiim,
7. Dan Sesungguhnya kamu benar-benar akan
melihatnya dengan 'ainul yaqin[1599].
8. Kemudian kamu pasti akan ditanyai pada hari
itu tentang kenikmatan (yang kamu megah-megahkan di dunia itu).
[1598] Maksudnya: Bermegah-megahan dalam soal banyak
harta, anak, pengikut, kemuliaan, dan seumpamanya Telah melalaikan kamu dari
ketaatan.
[1599] 'Ainul yaqin artinya melihat dengan mata
kepala sendiri sehingga menimbulkan keyakinan yang kuat.
Lagi-lagi Maula menghela nafas
panjang dan dalam, karena ia pernah bertemu dengan orang-orang yang memiliki
perilaku mirip yang disinggung oleh gurunya, orang yang siang malam bermimpi
untuk punya villa yang besar, bermimpi memiliki mobil mewah, bermimpi memiliki
jabatan yang tinggi, bermimpi memiliki penghasilan besar…., sehingga ucapannya,
tulisannya,tindakannya, selalu saja menggambarkan betapa hebat mimpinya itu,
betapa hebatnya ambisinya itu, hingga ia rela terus dan terus memforsir dirinya
untuk impian yang menurutnya hebat……, bahkan ketika tubuhnya sakitpun, yang
kefikiran adalah bisnis dan bisnis, uang dan uang yang tidak pernah bisa lepas
dari fikirannya….”
“Ana beberapa kali bertemu orang
dengan ‘impian yang hebat’ ki, ia begitu yakin apa yang dikatakan oleh para
motivation trainnernya itu bisa ia capai…., ia hampir tidak punya waktu libur
untuk dirinya, hingga akhirnya ia dihadapkan pada sebuah kenyataan bahwa
mimpinya itu telah membuatnya stress, telah membuatnya lelah, telah membuatnya
tidak punya cukup waktu untuk menikmati apa yang dimilikinya…, Alhamdulillah,
sekarang ia sudah kembali kedunia nyata, ia tak lagi dibayang-bayangi mimpinya
yang ketinggian yang telah membuatnya menghabiskan sedemikian banyak energy dan
waktunya yang berharga…..” Kata Maula.
“Ya Nak Mas…., memiliki cita-cita
dan harapan itu sangat lazim dan manusiawi, tapi kita tetap harus mempunyai
control dan kendali terhadap keinginan-keinginan itu, bukan justru kita yang
menjadi budak mimpi, dan harus diingat bahwa contoh kita adalah baginda Rasul
yang penuh kesederhaan dan rasa syukur, contoh kita bukan kaisar romawi atau
raja kisra yang suka dengan bermegah-megahan…….” Kata Ki Bijak lagi.
“Iya Ki……, hidup sederhana bukan
berarti tidak bahagia ya ki…, justru dengan kesederhaan itulah kita bisa
menikmati hidup dengan lebih nyaman, justru dalam kesedehanaan itulah kita bisa
menghidupkan keteladanan baginda Rasul sebagai uswathun hasanah kita ya ki….”
Kata Maula.
“Benar Nak Mas…, dan satu lagi,
sederhana bukan berarti kurang makan, sederhana, bukan berarti harus berpakaian
gembel, sederhana bukan berarti harus tinggal dirumah kumuh, sederhana bukan
berarti jadi peminta-minta, sederhana adalah sikap hidup yang tidak berlebihan,
sederhana adalah sikap hidup yang mengedepankan rasa syukur dan qanaah dan
menjauhkan diri dari sifat sombong dan berlebihan…….” Pungkas Ki Bijak
mengakhiri perbincangan.
“Iya Ki…..,semoga hadits ini
menjadi inspirasi kita untuk tidak terjebak dalam gaya hidup gemerlap ala
kaisar romawi ya ki…, karena kita adalah umat baginda Rasul yang sederhana lagi
bersahaja…” Kata Maula.
Ki Bijak tersenyum dan mengangguk
sambil beranjak untuk bersiap-siap shalat ashar.
Wassalam