Thursday, April 12, 2012

SEBUAH TEGURAN LAGI.

“Inna lillahi wa inna ilaihi rojiun..” Ucap Ki Bijak dan Maula hampir bersamaan, demi mendengar dan melihat berita gempa bumi yang (lagi) melanda negeri serambi mekah, Aceh Nanggroe Darussalam.

“Semoga saudara-saudara kita selamat ya ki……” Kata Maula dengan penuh keprihatinan.

“Ya Nak Mas, dan semoga pula saudara-saudara kita disana diberi kekuatan lahir dan bathin, sehingga bisa segera pulih dan berbenah menyongsong hari esok….” Kata Ki Bijak.
Hampir bersamaan kedua orang guru dan murid itu menghela nafas panjang dan dalam, keprihatinan nampak terpancar dengan jelas diwajah keduanya.

“Semoga gempa ini bukan bentuk kemurkaan Allah, semoga gempa ini ‘hanya’ teguran bagi kita, bukan hanya saudara-saudara kita yang di Aceh sana, teguran ini juga berlaku untuk kita, yang masih sering lupa dan lupa, lagi dan lagi melakukan kesalahan, melakukan dosa,melakukan kemaksiatan dan masih terlalu sering membangkang terhadap perintahNya….” Kata Ki Bijak.

“Iya ki…, semoga ini hanya ‘teguran’ kepada kita yang sering lupa…., padahal menurut catatan sebuah media, tidak kurang dari 15 gempa besar yang melanda Indonesia,

“6 Februari 2004, gempa berkekuatan 6,9 SR dan gempa berkekuatan 7,1 SR pada 7 Februari 2004 mengguncang Nabire, mengakibatkan 34 orang meninggal, belum lagi kerugian materi yang sangat besar…”

“Selang beberapa bulan, tepatnya tanggal 12 November 2004, gempa berkekuatan 6 SR kembali mengguncang negeri ini, kali ini bumi Alor yang dilanda gempa, sebanyak 27 orang tewas, ratusan bangunan rata dengan tanah….”

“Setengah bulan sesudahnya, tanggal 26 November 2004, gempa 6,4 SR mengguncang Nabire, Papua, kembali 30 orang tewas dan ratusan juta kerugian material….”

“Puncaknya tanggal 26 Desember 2004, gempa dasyat dengan kekuatan 9 SR mengguncang hampir seluruh pulau Sumatera dan memicu tsunami di beberapa negara, terutama Indonesia. Tidak kurang dari 131. 029 rakyat Aceh dan sekitarnya tewas, tertimbun bangunan dan tersapu tsunami, sementara ribuan lainnya hilang.., yang sampai sekarang masih diperingati sebagai bencana terparah yang dialami Indonesia…..”

“Selepas tsunami Aceh yang demikian dahsyat sekalipun, hampir tidak ada perubahan perilaku yang signifikan dari penduduk negeri ini untuk melakukan perbaikan dan segera menetapi jalanNya….”

“Kemaksiatan masih terjadi dimana-mana…., ketidak adilan masih dirasakan oleh hampir seluruh penduduk negeri, korupsi malah tambah marak, suap menyuap malah menjadi budaya,perilaku pejabat yang lebih menyerupai perilaku penjahat, perilaku pemimpin yang lebih mirip perilaku preman, perilaku anggota dewan yang lebih mirip perilaku anak taman kanak-kanak, perilaku aparat yang menjurus para perbuatan keparat, dan semua ini terjadi dihampir disegala sendi kehidupan……”

“Maka tak heran kalau kemudian pada tanggal 28 maret 2005, gempa dengan kekuatan 8,7 SR kembali mengguncang Nias dan Simeulue, 900 orang tewas, ribuan rumah dan jembatan rata dengan tanah….”

“Tanggal 27 Mei 2006, gempa dengan kekuatan 6,2 SR mengguncang Yogyakarta, lebih dari 3.000 orang tewas dalam musibah tersebut…”


“Tanggal 17 Juli 2006, gempa 7,7 SR mengguncang Pengandaran dan pantai di Selatan Pulau Jawa, dan memicu terjadinya tsunami. 600 orang tewas dalam musibah itu...”

“Tanggal 21 Januari 2007, gempa berkekuatan 7,3 SR mengguncang Sulawesi, empat tewasdan empat orang luka-luka...”

“Tanggal 6 Maret 2007, gempa berkekuatan 6,3 SR mengguncang Pulau Sumatera, sebanyak 52 orang tewas dan 250 orang luka-luka. Dua jam kemudian, terjadi gempa susulan berkekuatan 6,1 SR....”

“Tanggal 12 September 2007, gempa berkekuatan 8,4 SR terjadi di Padang, Sumatera Barat. Sebanyak 25 tewas, dan lebih dari 50 orang luka-luka

“Tanggal 13 September 2007, gempa berkekuatan 7,8 SR terjadi di Pulau Sumatera, tak ada korban jiwa dilaporkan, gempa merusak sejumlah bangunan….”

“Tanggal 2 September 2009, gempa berkekuatan 7,3 SR terjadi di Tasikmalaya, Jawa Barat. Sebanyak 46 tewas dan korban luka lebih dari 100 orang....., dan terus berlanjur hingga kemarin...., entah mesti nunggu gempa seperti apalagi yang akan menyadarkan penduduk negeri ini untuk kembali kejalanNya.......” Kata Maula.

“Iya Nak Mas, serentetan teguran Allah yang sedemikian nyata itu, ternyata belum cukup untuk menyadarkan kita akan kefanaan dan kedhaifan diri ini dihadapan rabbul izzati.....’

“Masih banyak diantara kita yang membusungkan dada, karena merasa dirinya hebat...,merasa mampu hidup dan menghidupi dirinya sendiri tanpa campur tangan Allah”

“Masih banyak diantara kita yang jumawa, karena merasa dirinya pejabat..., sehingga kemudian merasa bisa berbuat sesukannya, melanggar aturan Allah, melanggar hokum formal, bahkan seolah menantang kekuasaan Allah karena sedikit kekuasaan yang dimilikiya”

“Masih banyak diantara kita yang ponggah karena banyaknya harta..., sehingga seolah dia bisa membeli apapun dengan hartanya, dan mengabaikan ketaatannya pada Allah”

“Masih banyak diantara kita yang sombong karena merasa memiliki ilmu.., sehingga dengan bangga ia mengutak-atik dan merubah aturan-aturan Allah sesuai dengan hawa nafsu dan kepentingannya....”

“Masih banyak diantara kita yang angkuh karena ketampanan dan bagus rupa...., dia merasa ketampanan dan kecantikannya adalah ‘kebetulan’, kecantikannya adalah hasil kerajinannya menjaga diri dan rajin kesalon, ia lupa bahwa Allah-lah yang telah mentakdirkannya menjadi orang yang bagus rupa.....”

“Sehingga kemudian apa yang terjadi dihadapannya, apa yang terjadi dibelakangnya, apa yang terjadi disekitarnya, tidak mampu dimaknai sebagai af’al Allah yang Maha Kuasa atas segala sesuatu.....”

“Gempa bumi dimaknai sekedar gejala alam biasa, seolah bumi ini bergerak sendiri, seolah laut bisa menumpahkan airnya sendiri, seolah lempengan bumi itu terjadi secara kebetulan......, dan ketika paham dan pemikiran ini menjadi hujjah mereka, maka ketika itu pulalah eksistensi Allah sebagai sang pencipta menjadi ditiadakan......” Kata Ki Bijak lagi.

Maula menghela nafas panjang demi mendengar penuturan Ki Bijak, “Apa yang harus kita lakukan sekarang ki....?” Tanyanya beberapa saat kemudian.

“Segera berbenah Nak Mas...., benahi kerusakan fisik yang ada, sehingga aktifitas kehidupan bisa berjalan dengan baik dan normal kembali...., tapi juga ada yang jauh lebih penting dan mendesak untuk segera dilakukan pembenakan adalah Akidah dan perilaku kita terhadap Allah......”

“Kita ini sudah banyak berbuat dzalim kepada Allah, kita lebih sering menggugat keadilan Allah daripada mensyukurinya....”

“Kita ini lebih sering menanyakan keadilan Allah, daripada mempertanyakan ketaatan kita kepadaNya...”

“Kita ini lebih sering menduakan Allah daripada memurnikan ketauhidan kepadaNya.....”

“Kita lebih sering menyalahkan Allah, daripada instrospeksi diri...., dan masih banyak lagi kesalahan-kesalahan yang kita perbuat kepada Allah, maka menjadi wajar kalau kemudian Allah senantiasa mengingatkan kita dengan kasih sayangnya, menegur kita, memanggil kita untuk segera kembali padaNya.....” Kata Ki Bijak lagi.

“Iya ki....., semoga kita masih diberi kesempatan untuk memperbaiki diri dan memohon ampun atas dosa dan kesalahan kita ya ki.....” Kata Maula.

“Semoga Nak Mas......” Kata Ki Bijak mengakhiri perbincangan karena sudah masuk waktu dhuhur.

Wassalam

April 12,2012

No comments:

Post a Comment