Wednesday, February 13, 2008

AWAS PERANGKAP NJAMBON


120. Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu hingga kamu mengikuti agama mereka. Katakanlah: "Sesungguhnya petunjuk Allah Itulah petunjuk (yang benar)". dan Sesungguhnya jika kamu mengikuti kemauan mereka setelah pengetahuan datang kepadamu, Maka Allah tidak lagi menjadi pelindung dan penolong bagimu.

“Ada yang menarik perhatian Nak Mas dengan ayat ini.............?” Tanya Ki Bijak melihat Maula tengah membaca dan memperhatikan ayat ke 120 dalam surat Al Baqarah.

Maula nampak menghela nafas dalam-dalam, “Benar ki, setiap kali pertengahan bulan februari datang, ana selalu teringat dengan pesan-pesan dalam ayat itu ki...., ana sedikit cemas, jangan-jangan memang sebagian kita telah terjebak dalam ‘perangkap njambon (bhs Jawa – Merah muda/pink )’ itu ki.......” Kata Maula.

“Perangkap Njambon Nak Mas, apa itu................?” Tanya Ki Bijak.

“Ya ki, ana melihat dimana-mana terlihat warna njambon mendominasi, disepanjang jalan, ditoko-toko, warna pakaian, aksesoris, dan bahkan hampir semua event di media informasi mengadopsi warna njambon ini sebagai bahan jualannya, yang ana khawatirkan, dikampung kita pun sebagian anak-anak dan remaja turut larut dalam euforia njambon ini, meski ana tidak yakin kalau mereka tahu apa arti perayaan dengan warna njambon itu...............” Kata Maula.

“Benar Nak Mas, diakui atau tidak, kita mau jujur atau tidak, sebagian kita, bukan hanya remaja, telah masuk kedalam perangkap yang ditebar oleh mereka yang tidak menginginkan kebaikan bagi kita umat Islam, dan perangkap njambon yang Nak Mas katakan tadi, hanyalah salah satunya saja, karena mereka memiliki banyak sekali ranjau yang ditebar, yang jika kita tidak hati-hati, mungkin kita bisa celaka karenanya...............” Kata Ki Bijak.

“Nak Mas masih ingat dengan istilah Ghaswul fikr yang beberapa waktu lalu pernah kita bicarakan..........?” Tanya Ki Bijak

“Ya ki, Ghaswul berasal dari kata Ghuswah yang berarti Serangan, invasi atau serbuan, sementara Fikr adalah Pikiran atau pola pikir, dengan demikian Ghaswul Fikr biasa didefinisikan dengan Penyerangan dengan berbagai cara terhadap pemikiran umat Islam guna merubah apa yang ada didalamnya sehingga tidak bisa lagi dibedakan antara Islam dan selainnya.....” Jawab Maula.

“Nak Mas juga masih ingat dengan pola-pola serangan Ghaswul Fikr......?” Tanya Ki Bijak lagi.

“Iya ki, pertama mereka menggunakan metode yang disebut dengan Tasykik – Pendangkalan / Peragu-raguan, baik itu pendangkalan akidah, pendangkalan pemahaman hukum dan syariat serta pendangkalan pemahaman terhadap berbagai aktivitas ibadah umat Islam. Mereka menggunakan berbagai cara agar kedalaman akidah umat Islam tercemar........” Kata Maula.

“Yang kedua Nak Mas.......?” Tanya Ki Bijak setengah menguji daya ingat Maula.

“Yang kedua, mereka dengan menggunakan metode yang disebut dengan Tasywih – Pencemaran/Pelecehan. Seperti pencemaran Nabi Muhammad dengan membuat karikatur, memperolok-olok ajaran islam dan lain sebagainya.......”

“Sementara yang ketiga, mereka menggunakan metode Tadhlil – penyesatan. Ini adalah langkah kelanjutan dari fase diatas, ketika umat Islam sudah mengalami pendangkalan akidah, pendangkalan pemahaman syari;at serta ibadahnya dan umat Islam sudah tidak lagi menemukan titik terang pada ajaran Islam yang sudah tercemari, maka mereka dengan cara apapun akan berusaha untuk membelokan dan menyesatkan kita dapat lembah kekufuran, Naudzubillah.......;

“Dan yang keempat, Taghrib – Pembaratan.........” Maula menjawab pertanyaan Ki Bijak sekaligus.

“Subhanallah, Nak Mas masih ingat dengan baik semua pembicaraan kita beberapa waktu lalu, dan perayaan Njambon yang tengah kita bicarakan ini, hanya salah satu cara untuk menggelincirkan kita pada tata nilai islami yang harusnya kita pegang teguh, ini adalah sebuah propaganda nyata yang harus kita cermati dengan seksama..........” Kata Ki Bijak.

“Iya ki, sayangnya hingga saat ini, ana belum melihat adanya upaya sistematis dari umat islam untuk menanggulanggi dampak yang mungkin timbul dari propaganda yang berkedok budaya itu, kita lebih sering menjadi orang latah dan kagetan ketika mendapati sedemikian banyak remaja dan bahkan orang-orang tua, yang ikut-ikutan larut dalam perayaan itu..............” Kata Maula.

“Ya, itulah memang masalah yang belum bisa kita pecahkan hingga saat ini, kita cenderung memilih cara sporadis untuk meng-counter serangan-serangan tersebut, bukan melalui tatanan pendidikan yang baik dan memadai dan terstruktur dengan rapih, ini PR kita yang harus kita benahi Nak Mas......” Kata Ki Bijak.

“Lalu apa yang bisa kita perbuat sekarang Ki.........?” Tanya Maula.

“Pertama dan utama, selamatkan anak-anak dan remaja kita yang belum tercemar dengan cara memberi pemahaman yang benar kepada anak dan remaja kita tentang islam, sehingga mereka memiliki system kekebalan aqidah ketika mereka kelak berbaur dengan lingkungan yang lebih besar........” Kata Ki Bijak.

“Kita harus sesegera mungkin membentengi dan memagari anak-anak kita dengan iman dan aqidah yang teguh, kita harus memulai sedini mungkin, agar lebih mudah kita membentuk karakter dan kepribadian anak-anak kita........” Kata Ki Bijak.

“Harus dari kecil ya ki..............?” Kata Maula.

“Ya Nak Mas, harus dari kecil, kita akan jauh lebih mudah membentuk sesuatu ketika yang akan kita bentuk itu masih kecil dan lentur, Nak Mas masih suka membuat tanaman bonsai......?” Tanya Ki Bijak.

“Ya ki, ana masih suka dengan tanaman itu karena bentuknya yang unik........” Kata Maula.

“Untuk membentuk ‘keunikan’ yang kita inginkan, kita perlu membentuk dahan dan ranting yang masih muda itu dengan sedikit kawat agar bisa diarahkan sesuai dengan keinginan kita, jauh lebih mudah bagi kita ketika dahan dan ranting yang akan kita bentuk itu masih kecil, karena ketika dahan dan ranting yang akan kita bentuk sudah besar dan kuat, kita akan mengalami kendala ketika kita ingin membentuknya, karena akan ada ‘perlawanan’ dari dahan dan ranting yang sudah tumbuh besar dan kuat, salah kita membentuknya, maka dahan itu akan patah.........” Kata Ki Bijak.

“Pun dengan anak-anak kita, ketika anak-anak kita sedari kecil sudah kita bentuk dan kita arahkan pada ajaran dan pola hidup yang benar, maka insya Allah, ketika mereka besar nanti, setidaknya mereka sudah memiliki gambaran seperti apa bentuk yang sesuai dengan tuntutan agama dan aqidahnya......, akan lain ketika kita baru mengarahkan anak-anak kita, ketika mereka sudah menjelang remaja, anak-anak pada usia ini, cenderung akan memberontak ketika kita mengarahkan pada suatu pola yang mereka tidak sukai, terlalu keras kita, maka mereka akan frustasi, terlalu lembek kita, mereka akan ‘menjalar’ menjadi dahan yang tidak tertata dengan baik.........” Kata Ki Bijak.

“Iya ki, ana juga melihat adanya ‘kelonggaran’ dari sebagian orang tua muslim dalam mendidik dan membentuk anak-anaknya, mereka cenderung mengedepankan ‘rasa sayangnya’ yang kadang berlebihan, ‘biar sajalah masih kecil, nanti setelah besar baru kita arahkan’, ‘biar saja tidak shalat, masih kecil, nanti kalau sudah besar baru disuruh shalat, dan masih banyak lagi idiom-idiom semacam itu..........” kata Maula.

“Dan apa yang kita hadapi sekarang ini, dimana banyaknya remaja kita yang larut dalam berbagai pola hidup yang tidak islami, sedikitnya dipengaruhi oleh pola pendidikan yang mereka terima semasa kecil dulu, kita tidak boleh lagi mengulangi hal seperti itu Nak Mas.......” kata Ki Bijak.
“Iya ki, ada sebagian orang yang beranggapan kalau kita terlalu menekan anak, maka ia akan merasa tertekan............” Kata Maula.

“Mendidik, beda dengan ‘menekan’ Nak Mas, mendidik samasekali tidak berarti merampas kebebasan anak-anak kita, mendidik dalam arti membentuk dan mengarahkan demi keselamatan dan kebahagiaan anak-anak itu sendiri, jauh lebih baik kita mengorbankan sedikit perasaan sayang kita kepada anak, daripada anak-anak kita menjadi korban karena kasih sayang kita yang salah kaprah........” Kata Ki Bijak.

“Dan cara terbaik untuk mendidik anak-anak kita adalah dengan mendidik diri kita selaku orang tua, agar menjadi contoh dan teladan yang benar bagi anak-anak kita, bukan sekedar dengan kata-kata dan doktrin yang menjemukan.........” Kata Ki Bijak.

“Seperti yang Aki bilang bercermin pada bayangan itu ya ki.........” kata Maula.

“Ya Nak Mas, memberi contoh dan teladan adalah metode pendidikan yang terbaik yang bisa kita lakukan............” Kata Ki Bijak lagi.

“Terima kasih ki, semoga ana bisa menjadi teladan bagi anak-anak dirumah.........” kata Maula.

“Insya Allah, amiiin................” Balas ki Bijak sambil menyambut uluran tangan Maula yang pamitan.

Wassalam

Februari 13, 2008

No comments:

Post a Comment