Thursday, January 3, 2008

BELAJAR DARI HAL KECIL

“Ki, bagaimana kita bisa belajar bersyukur ki.......?” Tanya Maula.

“Kenapa Nak Mas............?” Tanya Ki Bijak.

“Iya ki, setelah kemarin ana menyimak apa yang Aki tuturkan mengenai uyut penjual sapu lidi itu, ana kemudian terpikir bahwa yang lebih mendesak untuk ana lakukan adalah untuk belajar mensyukuri nikmat Allah berikan kepada ana, dan bukan lagi mencari tambahan penghasilan seperti keinginan ana kemarin.....” Kata Maula.

“Lalu.............?” Tanya Ki Bijak.

“Sejujurnya ana masih sulit sekali memaknai syukur secara benar, karenanya ana ingin belajar lebih baik dan lebih dalam lagi agar ana bisa menjadi orang yang pandai bersyukur..............” Kata Maula.

“Syukur memang sesuatu yang berat bagi mereka yang tidak pernah berlatih untuk bersyukur, karena itu belajarlah mensyukuri yang ‘kecil’ dulu Nak Mas, insha Allah Allah Nak Mas akan bisa mensyukuri nikmat yang besar..................” Kata Ki Bijak.

“Mensyukuri nikmat yang kecil dulu ki............?” Tanya Maula.

“Benar Nak Mas, coba sekarang Nak Mas ingat-ingat lagi berapa kali Nak Mas mengucap hamdalah manakala Nak Mas mengambil uang di setelah gajian.........?”

“Pernah Nak Mas mengucap hamdalah setelah tiba dirumah sepulangnya dari perjalanan............?”

“Pernah Nak Mas mengucap hamdalah ketika Nak Mas bangun dari duduk..........?”

“Pernah Nak Mas mengucap hamdalah ketika terjaga dari tidur........?”

“Pernah Nak Mas mengucap hamdalah ketika selesai makan...........?”

“Pernah Nak Mas mengucap hamdalah manakala kantuk datang............?” Tanya Ki Bijak, sambil mencontohkan beberap rutinitas keseharian setiap orang.

“Astaghfirullah, iya ki, jarang sekali ana mengucapkan hamdalah untuk hal-hal diatas ki.................” Kata Maula.

“Kenapa Nak Mas atau kita sering lupa mengucap hamdalah untuk hal-hal diatas.................?” Tanya Ki Bijak.

“Karena aktivitas itu merupakan rutinitas ki, jadi ana sering menganggapnya sesuatu yang biasa saja, dan tidak perlu disyukuri dengan mengucap hamdalah..............” Kata Maula.

“Sekarang mari kita renungkan sejenak sesuatu yang kita anggap biasa tadi, dan kenapa kita harus mengucap syukur yang dalam terhadap nikmat itu..........” Kata Ki Bijak.

“Ketika kita tiba dirumah dengan selamat, itu adalah sebuah nikmat yang luar biasa besar bagi, karena tidak semua orang yang pulang bisa sampai dirumah dengan selamat, ada yang mengalami gangguan dijalan, ada yang mengalami kecelakaan atau bahkan sampai ada yang meninggal, lalu apakah kita menganggap selamatnya kita sampai dirumah itu sesuatu yang biasa saja, apa itu bukan merupakan suatu karunia dan nikmat yang sangat besar bagi kita, sehingga dengan keselamatan yang Allah berikan kepada kita, kita bisa kembali berkumpul dengan anak dan istri kita.............?” Tanya Ki Bijak.

“Astaghfirullah, Aki benar ki, betapa banyak orang yang pergi dan tak pernah kembali karena dipanggil Allah.............” Kata Maula.

“Kemudian, ketika kita bangun dari duduk, itu adalah suatu nikmat yang tiada tara, Nak Mas perhatikan betapa banyak orang yang harus bangun dari duduknya dengan bantuan tongkat atau penyangga atau dipapah orang lain karena mengalami kelumpuhan, pernah Nak Mas melihat orang seperti itu...........?” Tanya Ki Bijak.

“Iya ki, ada rekan jamaah yang beberapa wakti lalu terkena stroke, dan sekarang beliau kesulitan untuk menggerakan anggota tubuhnya, bahkan beliau sampai menanggis karena sulit untuk shalat..........” Kata Maula.

“Lalu bagaimana mungkin kita yang diberi kesehatan oleh Allah kemudian lupa untuk mensyukurinya.......?” Tanya Ki Bijak.

“Astaghfirullah, benar ki, bahkan duduk kitapun sebuah nikmat ya ki, karena betapa banyak mereka yang tidak bisa duduk nyaman karena terkena wasir atau sejenisnya ya ki............” Kata Maula.

Ki Bijak tersenyum, “Benar, itu yang harus kita perbaiki Nak Mas, syukuri hal terkecil sekalipun............” Kata Ki Bijak.

“Pun ketika kita bangun atau terjaga dari tidur, seharusnya kita mengucapkan ‘alhamdulillahiladzi ahyana ba’da mamatana wa ilahi nuzur’, bukan hanya menguap dan mengeliat sambil menggerutu badan pada sakit, karena betapa banyak mereka yang tertidur selamanya..............” Kata Ki Bijak.

“Hal kecil lain yang sering kita lupa untuk mensyukurinya adalah ketika kita selesai makan, hal ini terbukti dengan sedemikian banyak orang yang hafal doa sebelum makan, bahkan sampai anak kecil sekalipun, tapi coba Nak Mas tanya beberapa orang rekan dikantor Nak Mas, apakah mereka hafal doa selesai makan.....?, kalaupun ada, insha Alla jumlahnya jauh lebih sedikit dari mereka yang hafal doa sebelum makan......” Kata Ki Bijak.

“Alhamdulillahiladzi at’amana wa tsaqona waj’alna minnal muslimiin........., Iya ki, ana pun masih kerap lupa untuk membaca doa sehabis makan.............” Kata Maula dengan sedikit rasa malu demi mendengar kebenaran ucapan gurunya.

“Untuk itu, cobalah melatih diri kita untuk mensyukuri nikmat ‘terkecil’ sekalipun, seperti rasa kantuk atau ketika dilupakan terhadapa sesuatu, syukuri dengan mengucap ‘subhanallahu manlaa yashu wala naum, bukan justru mengerutu atau menyesali kealpaan kita, karena hal itu juga akan mendidik kita kita terbiasa bersyukur atas segala nikmat Allah, sehingga insha Allah, ketika kita mendapat nikmat yang besar, kita akan lebih mampu mensyukurinya..................” Kata Ki Bijak.

“Iya ki, ana jadi teringat dengan nasehat seorang ustadz ketika ana datang kebeliau dan mengadukan semua kesulitan yang tengah ana hadapi ketika itu, tapi justru pak ustadz mengatakan pada ana bahwa seharusnya ana mengucapkan “alhamdulillah’ dengan apa yang tengah terjadi, ana merasa aneh ketika itu, tapi setelah pak ustadz mengatakan alasan kenapa ana seharusnya mengucapkan alhamdulillah, baru ana mengerti ki...........” Kata Maula.

“Pak Ustadz itu benar, dengan kesulitan yang Nak Mas alami kemarin, Nak Mas sekarang nampak lebih dewasa dalam melihat sesuatu hal, tidak seperti dulu, Aki masih ingat persis bagaimana Nak Mas dulu yang cenderung memandang segala sesuatu dari satu sudut pandang saja, itu salah satu alasan kenapa pak ustadz justru menyuruh Nak Mas mengucap hamdalah dengan kesulitan yang Nak Mas alami ketika itu..............” Kata Ki Bijak.

“Iya ki, selain ana juga merasa lebih ‘nyaman’ dalam menjalani kehidupan ini, karena tidak dibebani dengan berbagai permasalahan yang kadang ana buat sendiri, subhanallah, ternyata Allah tidak ‘mengambil’ apapun dari ana ketika itu, melainkan ‘hanya’ menggantinya dengan nikmat lain..............” Kata Maula.

“Itu sikap yang benar Nak Mas, Allah tidak pernah mengambil apapun dari kita, kecuali Dia mengambil yang memang milik-Nya............” Kata Ki Bijak.

“Bukankah apa yang ada pada kita ini semua milik Allah ki...?” Kata Maula.

“Harta kita, mobil kita, jabatan dan rumah kita, anak dan istri kita, bahkan nyawa kitapun semua milik Allah, dan tidak ada satu kekuatanpun yang mampu menahan apa yang akan diambil-Nya, atau tidak ada satu kekuatan pun yang mampu mencegah apa yang akan diberikan-Nya, jadi kenapa kita harus berontak dan lari manakala Allah akan mengambil hak-Nya........?” Kata Ki Bijak.

“Benar ki, hal yang paling bijak adalah menerima dan mensyukuri apa yang Allah berikan kepada kita ya ki.....................” Kata Maula.

“Jadi bagaimana dengan keinginan Nak Mas kemarin............?” Tanya Ki Bijak.

“Ana memilih untuk belajar bersyukur dengan lebih baik dulu ki, semoga Allah memaafkan kekhilafan ana kemarin, dan menambah nikmat-Nya kepada ana...........” Kata Maula.

“Amiin, Nak Mas tidak perlu ragu dengan janji Allah, barang siapa yang bersyukur atas nikmat-Nya, niscaya Allah akan menambah nikmat kepada hamba-hamba_Nya yang pandai bersyukur..............” Kata Ki Bijak sambil mengutip ayat ke 7 dari Surah Ibrahim;

7. Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), Maka Sesungguhnya azab-Ku sangat pedih".


Wassalam

Januari 03, 2008

No comments:

Post a Comment