Tuesday, January 22, 2008

BERPIKIR (LEBIH) BESAR

“Ki, bagaimana menurut pendapat Aki mengenai buku ini.............” Tanya Maula, sambil memperlihatkan sebuah buku karangan penulis barat yang sangat laris dan terkenal.

“Buku yang bagus Nak Mas......” Komentar Ki Bijak pendek.

“Buku ini telah mempengaruhi sedemikian banyak orang untuk berbuat dan melakukan apa yang tertulis didalamnya, tapi bagi Aki, masih ada sesuatu yang ‘kurang’ dalam buku ini.............” Sambung Ki Bijak.

“Masih ada yang kurang ki............?” Tanya Maula.

“Hampir semua apa yang disarankan buku ini bagus dan insha allah bermanfaat bagi mereka yang membacanya, tapi kekurangan buku ini menurut Aki adalah semua paparannya berorientasi jangka pendek, hanya sebatas untuk tujuan duniawi saja, seperti rasa optimis, semangat, percaya diri dan pantang menyerah memang sesuatu yang harus dimiliki oleh setiap orang yang ingin ‘berhasil’,

“Tapi keberhasilan seseorang mendapatkan penghasilan berlipat, rumah megah, mobil mewah, harta, pangkat dan jabatan atau singkatnya mereka memiliki semua kesenangan dunia, yang dalam pandangan al qur’an belum merupakan sebuah ‘keberhasilan’, itu hanya merupakan keberhasilan ‘kecil’ saja........” Kata Ki Bijak.

“Ana masih belum paham ki.....................” Kata Maula.

Ki Bijak tersenyum, “Nak Mas punya uang logam.................?” Tanya Ki Bijak.

“Ya ki....” Kata Maula sambil memperlihatkan uang logam ratusan.

“Coba Nak Mas letakan uang tersebut satu centimeter dari mata Nak Mas..............” Perintah Ki Bijak.

Tanpa banyak tanya, Maula melakukan apa yang Ki Bijak perintahkan, Maula meletakan uang tersebut persis didepan matanya.

“Apa yang Nak Mas lihat....................?” Tanya Ki Bijak.

“Ana tidak melihat apa-apa ki, bahkan gambar pada uang logam pun tidak jelas terlihat...............” Kata Maula.

“Ya Nak Mas, itu adalah sebuah tamsil bagi kita yang salah dalam memandang dunia...............” Kata Ki Bijak.

“Kita salah memandang dunia ki................?” Tanya Maula.

“Al Qur’an menggambarkan dunia ini sangat kecil jika dibanding luasnya alam akhirat, tapi ketika dunia ini diletakan terlalu dekat dengan pandangan kita, maka akhirat yang jauh lebih luas dan abadi, akan tertutup karenanya............” Kata Ki Bijak.

“Coba Nak Mas lakukan hal yang tadi, letakan uang logam itu lebih jauh dari mata Nak Mas...................” Kata Ki Bijak.

Maula mengulang perintah Ki Bijak dengan meletakan uang logam sedikit lebih jauh dari bola matanya..........

“Apa yang Nak Mas lihat............?” Tanya Ki Bijak.

“Didepan ana ada Aki, ada lemari, ada qur;an, dan masih banyak hal yang dapat ana lihat ki.........” kata Ki Bijak.

“Ya, itulah yang benar Nak Mas, pandanglah dunia dan keindahannya ini dengan cara yang benar, tempatkan dunia dan kemegahannya ini pada proporsi yang benar, sehingga kita akan melihat luasnya akhirat yang jauh melebihi luas bumi dan langit ini..............” Kata Ki Bijak.

“Ki, kalau kita lebih memikirkan akhirat, bukan berarti kita melupakan dunia ini khan ki.........?’ Tanya Maula.

“Sama sekali tidak Nak Mas.............” Kata Ki Bijak sambil mengutip ayat al qur’an,

77. Dan carilah pada apa yang Telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah Telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan. (Al Qasash)

“Silahkan Nak Mas menjadi orang berharta, tapi jangan sampai harta Nak Mas menutupi pandangan Nak Mas sehingga Nak Mas terperdaya oleh banyaknya harta dengan mengesampingkan luas dan abadinya nya akhirat, jadikan harta kita sebagai sarana dan bekal kita untuk menuju terminal akhirat kelak........”

“Silahkan kalau Nak Mas memiliki rumah megah, mobil mewah, kebun atau sawah yang luas, tapi bukan berarti Nak Mas boleh berpaling dari tujuan yang lebih besar untuk mendapatkan kehidupan yang baik dikampung akhirat kelak, jadikan rumah megah Nak Mas sebagai pendorong Nak Mas untuk bersyukur atas karunia_Nya, jadikan mobil mewah Nak Mas sebagai kendaraan untuk menggapai ridha-Nya, jadikan kebun dan sawah yang luas sebagai lahan untuk menabur dan menanam benih-benih kebajikan yang dapat kita petik hasilnya dikampung akhirat kelak...................” Kata Ki Bijak.

“Yang sekarang masih banyak terjadi adalah ketika sebagian kita sedemikian termotivasi untuk mendapatkan dunia dengan berpikir besarnya, kita menjadi lalai untuk memikirkan kampung akhirat yang jauh-jauh lebih besar dan harusnya mendapat perhatian dan porsi lebih untuk kita usahakan kebahagiaanya............” lanjut Ki Bijak.

“Alangkah baiknya jika Nak Mas membaca buku-buku sejenis ini, Nak Mas terlebih dahulu memahami konsepsi Al qur’an tentang apa itu ‘keberhasilan’, apa itu ‘kebahagiaan’, sehingga Nak Mas dapat memadukan kedua pengetahuan itu menjadi sesuatu yang jauh lebih hebat, bukan hanya berhasil dalam pengertian jangka pendek, tapi keberhasilan paripurna, keberhasilan dunia dan akhirat...............” kata Ki Bijak.

“Aki sedikit prihatin dengan mereka yang terlalu menagungkan buku-buku tersebut, sehingga sebagian mereka memaknai keberhasilan ‘hanya’ sekedar kerja keras, berpenghasilan besar, memiliki deposito hingga tujuh turunan, mobil mewah dan rumah megah, tanpa menyertakan tujuan yang lebih besar yaitu kebahagiaan diakhirat kelak..........” kata Ki Bijak.

“Iya Ki, bahkan kemarin ana mendengar seseorang mengatakan bahwa ia harus bekerja keras untuk mendapatkan penghasilan lebih, katanya ‘masak sih harus merepotkan Allah terus, dikit-dikit minta pada Allah, dikit-dikit ngadu kepada Allah’......” Kata Maula

Ki Bijak tersenyum mendengar penuturan Maula, “Itu terlalu berlebihan Nak Mas, Allah tidak akan merasa repot sama sekali jika seisi dunia ini meminta kepada_Nya, Allah sama sekali tidak merasa berat mengurus dan memelihara keduanya, dan memang demikianlah manusia diciptakan Allah, kita diciptakan Allah dalam keadaan lemah, sehingga kita diperintah Allah untuk meminta pertolongan kepada Allah dalam hal apapun...............” Kata Ki Bijak sambil mengutip ayat al qur’an

255. Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan dia yang hidup kekal lagi terus menerus mengurus (makhluk-Nya); tidak mengantuk dan tidak tidur. Kepunyaan-Nya apa yang di langit dan di bumi. tiada yang dapat memberi syafa'at di sisi Allah tanpa izin-Nya? Allah mengetahui apa-apa yang di hadapan mereka dan di belakang mereka, dan mereka tidak mengetahui apa-apa dari ilmu Allah melainkan apa yang dikehendaki-Nya. Kursi[161] Allah meliputi langit dan bumi. dan Allah tidak merasa berat memelihara keduanya, dan Allah Maha Tinggi lagi Maha besar. (Al Baqarah)

[161] Kursi dalam ayat Ini oleh sebagian Mufassirin diartikan dengan ilmu Allah dan ada pula yang mengartikan dengan kekuasaan-Nya.


“Iya Ki...................” Kata Maula pendek sambil mengulang-ulang menempatkan kepingan uang logam ratusan mendekat dan menjauh dari matanya, Maula ingin lebih memahami cara memandang dunia dengan lebih baik, Maula ingin pandangannya bukan lagi tertutup oleh keping uang yang kecil (dunia), tapi pandangan yang jauh lebih luas, jauh lebih besar, pandangan yang berorientasi dunia akhirat.

201. Dan di antara mereka ada orang yang bendoa: "Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah kami dari siksa neraka"[127]. (Al Baqarah)

[127] inilah doa yang sebaik-baiknya bagi seorang muslim.

Wassalam

Januari 22, 2008

No comments:

Post a Comment