(Asy-Syuura:17)
Wahai diri, wahai sahabat, kapan kau hendak bertaubat
Sementara Waktumu kian dekat
Dengan kedatangan sang malaikat
Penjemput ajalmu untuk kembali ke akhirat
Tidakkah kau tahu, kiamat sudah dekat
Tidakkah kau lihat, tanda-tandanya yang kiat lekat
Dari sinar mentari yang makin menyengat
Hingga panggung dunia yang dipenuhi maksiat
Dalam al waqiah sudah jelas dan nyata
Kiamat takkan terbantah kedatangannya
Kejadian yang merendahkan dan meninggikan sebagian kita
Maka beruntunglah mereka yang tinggi derajatnya
Ketika bumi diguncang sedahsyat-dahsyatnya
Ketika gunung hancur seluluh-luluhnya
Ketika itulah manusia terbagi dalam golongan yang tiga
Golongan kiri, golongan kanan dan golongan awal yang didekatkan kepada_Nya
Dan orang-orang yang beriman paling dahulu
Mereka berada dalam kenikmatan sepanjang waktu
Mereka mendapatkan apa yang mereka mau
Buah iman dan taqwa mereka dahulu
Dan golongan kanan, alangkah bahagianya mereka
Dipenuhi kenikmatan surga
Dari pohon pisang yang bersusun buahnya
Hingga bidadari bermata jeli, penuh cinta lagi sebaya seumurnya.
Dan golongan kiri, alangkah malangnya mereka
Diliputi siksa neraka
Dari air yang mendidih sebagai minumnya
Hingga naungan asap hitam yang menyelimutinya.
Apa yang akan kau dapat nanti
Bergantung pada amalmu hari ini
Dan apapun pilihanmu didunia ini
Kan kau temui kebenaran janji Allah yang pasti
Bersegera menuju Allah untuk bertobat
Satu-satunya pilihan yang tepat
Agar kita tidak terlambat
Karena kiamat (boleh jadi) sudah dekat
“Waah Nak Mas sekarang rajin buat puisi, ada apa gerangan........?” Tanya Ki Bijak, demi membaca bait-bait puisi yang ditulis Maula.
“Tidak apa-apa ki, ana hanya sedang mencoba mengungkapkan apa yang ana rasa akhir-akhir ini, dan coretan ini bukanlah puisi yang sebenarnya ki, hanya sekedarnya saja...........” kata Maula.
“Kadang kita memang memerlukan media untuk mengekspresikan kata hati atau perasaan kita, dan puisi ini merupakan salah satu sarana untuk itu, dan Aki lihat Nak Mas cukup berbakat untuk menjadi penyusun puisi yang bagus........” kata Ki Bijak setengah memuji.
“Terima kasih ki............” Kata Maula sedikit malu mendengar pujian gurunya.
Ki Bijak kembali melihat-lihat puisi gubahan Maula, sejurus kemudian, Ki Bijak menarik Napas panjang; “ Nak Mas benar, kiamat adalah kejadian yang pasti adanya, terlepas orang mengimani atau tidak, kiamat pasti akan tiba, meski kapan terjadinya, tidak ada satupun mahluk yang mengetahuinya, karena hal itu merupakan rahasia Allah swt...........” Kata Ki Bijak.
“Dan karena ketidaktahuan kita itulah kita harus senantiasa bersiap setiap saat untuk menyambutnya, terutama menyambut ‘kiamat kecil’, menyambut waktu kematian kita, yang kita tidak tahu entah esok atau lusa..................” Kata Ki Bijak lagi.
“Iya ki, ana kadang merasa sangat ‘takut’ bila membayangkan waktu kematian itu tiba, ana tidak dapat membayangkan saat-saat itu................” Kata Maula.
“Kita memang patut merasa ‘takut’ menanti kedatangan saat itu, selama bekal kita untuk menempuh perjalanan nan panjang itu masih kurang, atau kita masih merasa diselimuti beban dosa yang menggunung...........,
“Sebaliknya, kita tidak perlu terlalu risau ‘manakala kita sudah mengikuti ‘aturan main’ yang telah digariskan Allah swt.............” kata Ki Bijak.
“Yang patut menjadi pertanyaan kita sekarang, apakah kita sudah mengetahui dengan benar aturan main itu dan sudah melaksanakannya sesuai dengan apa yang digariskan, sehingga kita bisa berharap amal ibadah kita sampai kepada Allah swt.........” kata Ki Bijak.
“Ki, bagaimana tata cara taubat yang benar itu ki.....?” Tanya Maula.
“Merujuk pada pendapat banyak ulama, tobat mensyaratkan adanya penyesalan yang dalam, penyesalan yang keluar dari hati nurani terdalam terhadap salah dan khilaf yang pernah dilakukan, kemudian penyesalan itu diikuti dengan kesungguhan tekad untuk berhenti dan tidak mengulangi perbuatan-perbuatan tersebut, serta memohon ampun kepada Allah dengan sungguh-sungguh, bukan sekedar ucapan, tapi juga harus dibuktikan dengan amal perbuatan, berupa upaya untuk senantiasa berbuat kebaikan, insya allah, mereka yang bersegera untuk menuju ampunan Allah, Allah akan senantiasa membuka pintu maghfirah_Nya bagi mereka yang bersungguh-sungguh menginginkannya, selama pintu taubat itu benar-benar ditutup dengan ajal yang menjelang.................” kata Ki Bijak sambil mengutip ayat al qur’an;
160. Kecuali mereka yang Telah Taubat dan mengadakan perbaikan[105] dan menerangkan (kebenaran), Maka terhadap mereka Itulah Aku menerima taubatnya dan Akulah yang Maha menerima Taubat lagi Maha Penyayang. (Al Baqarah)
[105] Mengadakan perbaikan berarti melakukan pekerjaan-pekerjaan yang baik untuk menghilangkan akibat-akibat yang jelek dari kesalahan-kesalahan yang dilakukan.
“Kemudian ada pula yang menambahkan syarat taubat yang berkaitan dengan kesalahan kita kepada sesama manusia, yaitu dengan meminta maaf kepada yang bersangkutan, dan mengembalikan hak orang yang mungkin kita dhalimi................” tambah Ki Bijak.
Maula diam,menyimak apa yang barusan dituturkan gurunya; kemudian pelan terdengar dari mulutnya ucapan istighfar;
23. Keduanya berkata: "Ya Tuhan kami, kami Telah menganiaya diri kami sendiri, dan jika Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, niscaya Pastilah kami termasuk orang-orang yang merugi. (Al A’raaf)
“Perbanyak dan perbaiki senantiasa istighfarnya Nak Mas, semoga istighfar kita menjadi asbab gugurnya khilaf dan salah kita, sehingga kita tidak termasuk orang-orang yang merugi dikelak kemudian hari.....” Kata Ki Bijak.
“Insya Allah ki............” Jawab Maula sambil terus beristighfar ; "Ya Tuhan kami, kami Telah menganiaya diri kami sendiri, dan jika Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, niscaya Pastilah kami termasuk orang-orang yang merugi.
Wassalam
October 21, 2008
No comments:
Post a Comment