Detik, menit, jam, hari, kemudian minggu
Bulan, tahun, dan kemudian windu
Dasawarsa berlalu, seabadapun begitu
Waktu tak mungkin menunggu mereka yang duduk termangu
Bayi, bocah, remaja, muda kemudian dewasa
Tua, beruban, keriput, gigipun tinggal dua
Tubuh renta, tenaga pun tak lagi perkasa
Dan tanpa disadari, kini sudah diujung senja
Ketika malam menjelang, kita bersiap menutup mata
Adakah yang bekal yang bisa kita bawa
Untuk perjalanan panjang dialam sana
Yang kita tak tahu akan seperti apa
Setelah tertidur entah berapa lama dialam barzah
Sesungguhnya kamu sekalian akan dibangkitkan oleh Yang Maha Pemurah
Dan tak akan ada dayamu untuk berkilah
Dari kebajikan dan salahmu walau seberat dzarrah
Dan apabila manusia melihat catatan-catatan amalnya
Maka tiap-tiap jiwa akan mengetahui apa yang telah dikerjakannya
Maka tiap-tiap jiwa akan mengetahui apa yang telah dilalaikannya
Maka tiap-tiap jiwa ada yang menangis dan ada pula yang bergembira
Taatmu ketika didunia
Kan menjadikanmu golongan orang yang tertawa
Baktimu ketika didunia
Lapang jalanmu menuju surga
Lalaimu ketika didunia
Kan menjadikanmu golongan orang yang sengsara
Khianatmu ketika didunia
Pengantar langkahmu kelembah neraka
Kepada setiap jiwa tlah diilhamkan
Jalan kefasikan dan jalan ketaqwaan
Arah mana yang menjadi pilihan
Neraka atau surga menanti diujung jalan
---------------------------------------------
---------------------------------------------
---------------------------------------------
---------------------------------------------
“Masya Allah, syawal sudah hampir selesai ya ki...........” Kata Maula, ketika melihat bulat sabit dilangit yang menandai akan berakhirnya bulan syawal 1429 H.
“Benar Nak Mas, beberapa hari kedepan, insya Allah kita akan memasuki bulan dzulqoidah, lalu Dzulhijjah dan kemudian bulan Muharam lagi, yang berarti tahun baru hijriyah lagi, dan berkurang lagi sisa waktu kita didunia ini...............” kata Ki Bijak.
“Cepat sekali ya ki waktu bergulir dan berganti.............” kata Maula sambil terus memandangi bulan sabit yang teramaram tersaput awan.
“Bahkan sangat cepat Nak Mas, enam puluh atau tujuh puluh tahun kehidupan kita didunia ini, mungkin hanya sepersekian hari saja dari kehidupan waktu akhirat, maka rugilah mereka yang menyia-nyiakan waktunya yang sangat singkat itu........” kata Ki Bijak.
“Waktu tidak akan pernah berhenti atau menunggu, waktu juga tidak akan pernah kembali barang satu detikpun, seperti untaian puisi Nak Mas ini, detik,menit, jam, hari, minggu dan bulan, akan berlalu tanpa mau menoleh, tanpa mau menunggu, tanpa mau peduli pada mereka yang lalai memanfaatkannya.............” Kata Ki Bijak.
“Ki, lalu kalau ada orang yang mempergunakan hampir seluruh waktunya untuk mencari uang, dengan alasan waktu adalah uang, bagaimana ki...........?” Tanya Maula.
Ki Bijak tersenyum mendengar kata-kata Maula; “Nak Mas, masih ingat ayat yang menyebutkan tujuan penciptaan jin dan manusia...? Tanya Ki Bijak sejurus kemudian.
“Ya, ki.....................” kata Maula, sambil mengucapkan ayat dimaksud;
56. Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku. (Adz_Dzaariyaat)
“Bagi kita, waktu lebih dari sekedar uang Nak Mas, waktu lebih berharga dari sekedar tumpukan materi atau dari gunungan emas sekalipun, karena semuanya, baik itu uang, baik itu tumpukan materi,baik itu gunungan eman, tidak akan pernah mampu membeli waktu barang sedetikpun...........” kata Ki Bijak.
“Dan Nak Mas bisa lihat dengan mudah, apakah mereka yang mempunyai uang banyak, mobil berderet, deposito dimana-mana, mampu membeli waktu barang sehari saja.....?, misalnya mereka ingin membeli waktu shalat dhuhurnya yang kelewat kemarin....?” Tanya Ki Bijak.
“Ttentu tidak bisa, ki...........?” Kata Maula.
“Jadi kenapa mereka harus menghabiskan waktu untuk sesuatu yang tidak pernah bisa membeli waktu....?” Kata Ki Bijak setengah bertanya.
“Dan kalau toh kita diwajibkan menjalankan kasab lahiriah kita untuk mencari uang, carilah, bekerjalah atau berusahalah mencarinya, tapi satu yang mesti Nak Mas ingat, jangan sampai kesibukan dan kasab tersebut melalaikan kewajiban utama kita untuk beribadah kepada Allah swt, pergunakan waktu dalam kadar, skala dan prioritas yang benar, sehingga kita tidak terjebak mengorbankan sesuatu yang lebih besar untuk sesuatu yang lebih kecil, mengorbankan kehidupan akhirat yang kekal abadi, hanya untuk mengejar kehidupan dunia yang sebentar dan fana ini..........” kata Ki Bijak lagi.
“Kalau kemudian timbul pertanyaan untuk apa kita diwajibkan ibadah, maka sesungguhnya ibadah pada dasarnya adalah untuk kebutuhan dan keutamaan manusia itu sendiri, karena Allah tidak memerlukan apapun......,“Ibadah ('abada : menyembah, mengabdi) merupakan bentuk penghambaan manusia sebagai makhluk kepada Allah Sang Pencipta. Karena penyembahan/pemujaan merupakan fitrah (naluri) manusia, maka ibadah kepada Allah membebaskan manusia dari pemujaan dan pemujaan yang salah dan sesat…..” Kata Ki Bijak.
Bulan, tahun, dan kemudian windu
Dasawarsa berlalu, seabadapun begitu
Waktu tak mungkin menunggu mereka yang duduk termangu
Bayi, bocah, remaja, muda kemudian dewasa
Tua, beruban, keriput, gigipun tinggal dua
Tubuh renta, tenaga pun tak lagi perkasa
Dan tanpa disadari, kini sudah diujung senja
Ketika malam menjelang, kita bersiap menutup mata
Adakah yang bekal yang bisa kita bawa
Untuk perjalanan panjang dialam sana
Yang kita tak tahu akan seperti apa
Setelah tertidur entah berapa lama dialam barzah
Sesungguhnya kamu sekalian akan dibangkitkan oleh Yang Maha Pemurah
Dan tak akan ada dayamu untuk berkilah
Dari kebajikan dan salahmu walau seberat dzarrah
Dan apabila manusia melihat catatan-catatan amalnya
Maka tiap-tiap jiwa akan mengetahui apa yang telah dikerjakannya
Maka tiap-tiap jiwa akan mengetahui apa yang telah dilalaikannya
Maka tiap-tiap jiwa ada yang menangis dan ada pula yang bergembira
Taatmu ketika didunia
Kan menjadikanmu golongan orang yang tertawa
Baktimu ketika didunia
Lapang jalanmu menuju surga
Lalaimu ketika didunia
Kan menjadikanmu golongan orang yang sengsara
Khianatmu ketika didunia
Pengantar langkahmu kelembah neraka
Kepada setiap jiwa tlah diilhamkan
Jalan kefasikan dan jalan ketaqwaan
Arah mana yang menjadi pilihan
Neraka atau surga menanti diujung jalan
---------------------------------------------
---------------------------------------------
---------------------------------------------
---------------------------------------------
“Masya Allah, syawal sudah hampir selesai ya ki...........” Kata Maula, ketika melihat bulat sabit dilangit yang menandai akan berakhirnya bulan syawal 1429 H.
“Benar Nak Mas, beberapa hari kedepan, insya Allah kita akan memasuki bulan dzulqoidah, lalu Dzulhijjah dan kemudian bulan Muharam lagi, yang berarti tahun baru hijriyah lagi, dan berkurang lagi sisa waktu kita didunia ini...............” kata Ki Bijak.
“Cepat sekali ya ki waktu bergulir dan berganti.............” kata Maula sambil terus memandangi bulan sabit yang teramaram tersaput awan.
“Bahkan sangat cepat Nak Mas, enam puluh atau tujuh puluh tahun kehidupan kita didunia ini, mungkin hanya sepersekian hari saja dari kehidupan waktu akhirat, maka rugilah mereka yang menyia-nyiakan waktunya yang sangat singkat itu........” kata Ki Bijak.
“Waktu tidak akan pernah berhenti atau menunggu, waktu juga tidak akan pernah kembali barang satu detikpun, seperti untaian puisi Nak Mas ini, detik,menit, jam, hari, minggu dan bulan, akan berlalu tanpa mau menoleh, tanpa mau menunggu, tanpa mau peduli pada mereka yang lalai memanfaatkannya.............” Kata Ki Bijak.
“Ki, lalu kalau ada orang yang mempergunakan hampir seluruh waktunya untuk mencari uang, dengan alasan waktu adalah uang, bagaimana ki...........?” Tanya Maula.
Ki Bijak tersenyum mendengar kata-kata Maula; “Nak Mas, masih ingat ayat yang menyebutkan tujuan penciptaan jin dan manusia...? Tanya Ki Bijak sejurus kemudian.
“Ya, ki.....................” kata Maula, sambil mengucapkan ayat dimaksud;
56. Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku. (Adz_Dzaariyaat)
“Bagi kita, waktu lebih dari sekedar uang Nak Mas, waktu lebih berharga dari sekedar tumpukan materi atau dari gunungan emas sekalipun, karena semuanya, baik itu uang, baik itu tumpukan materi,baik itu gunungan eman, tidak akan pernah mampu membeli waktu barang sedetikpun...........” kata Ki Bijak.
“Dan Nak Mas bisa lihat dengan mudah, apakah mereka yang mempunyai uang banyak, mobil berderet, deposito dimana-mana, mampu membeli waktu barang sehari saja.....?, misalnya mereka ingin membeli waktu shalat dhuhurnya yang kelewat kemarin....?” Tanya Ki Bijak.
“Ttentu tidak bisa, ki...........?” Kata Maula.
“Jadi kenapa mereka harus menghabiskan waktu untuk sesuatu yang tidak pernah bisa membeli waktu....?” Kata Ki Bijak setengah bertanya.
“Dan kalau toh kita diwajibkan menjalankan kasab lahiriah kita untuk mencari uang, carilah, bekerjalah atau berusahalah mencarinya, tapi satu yang mesti Nak Mas ingat, jangan sampai kesibukan dan kasab tersebut melalaikan kewajiban utama kita untuk beribadah kepada Allah swt, pergunakan waktu dalam kadar, skala dan prioritas yang benar, sehingga kita tidak terjebak mengorbankan sesuatu yang lebih besar untuk sesuatu yang lebih kecil, mengorbankan kehidupan akhirat yang kekal abadi, hanya untuk mengejar kehidupan dunia yang sebentar dan fana ini..........” kata Ki Bijak lagi.
“Kalau kemudian timbul pertanyaan untuk apa kita diwajibkan ibadah, maka sesungguhnya ibadah pada dasarnya adalah untuk kebutuhan dan keutamaan manusia itu sendiri, karena Allah tidak memerlukan apapun......,“Ibadah ('abada : menyembah, mengabdi) merupakan bentuk penghambaan manusia sebagai makhluk kepada Allah Sang Pencipta. Karena penyembahan/pemujaan merupakan fitrah (naluri) manusia, maka ibadah kepada Allah membebaskan manusia dari pemujaan dan pemujaan yang salah dan sesat…..” Kata Ki Bijak.
“Ibadah, memiliki aspek yang sangat luas, yang dapat diartikan bahwa ibadah adalah segala sesuatu yang dicintai dan diridhai oleh Allah swt, baik itu berupa ucapan, perbuatan dan bahkan perbuatan-perbuatan hati seperti selalu berdzikir mengingat Allah, merupakan aktivas ibadah…………”
“Nak Mas masih ingat kegiatan ibadah dalam islam dikelompokan kedalam berapa kelompok…………?” Tanya Ki Bijak kemudian.
“Iya ki, dalam Islam dikenal dua kelompok atau dua macam ibadah, yaitu yang pertama Ibadah Maghdhah (Khusus), yaitu ibadah yang telah ditentukan cara, rukun dan syaratnya secara detail, seperti shalat, zakat, shaum ramadhan, haji ki………….” Jawab Maula.
“Dan yang kedua, ibadah Ghoiru Marghdah/Amah (Muamalah), yaitu ibadah dalam arti umum, segala perbuatan manusia sesuai dengan prinsip,norma dan kaidah-kaidah yang berlaku baik secara agama maupun secara umum berlaku dimasyarakat;misalnya : menyantuni fakir-miskin, mencari nafkah, bertetangga, bernegara, tolong-menolong, dan lain sebagainya……….” Sambung Maula.
“Nak Mas benar, dan agar ibadah kita, baik ibadah Maghdhah maupun muamalah memiliki ‘nilai’ disisi Allah swt, semua ibadah itu harus memenuhi standard, seperti Iman kepada Allah dan Hari akhir, karena ibadah yang tidak dilandasi keimanan, hanya akan laksana fatamorgana saja…….;
“Kemudian, agar ibadah kita memiliki nilai disisi Allah swt adalah adanya keikhlasan dalam melakukannya, murni, semata karena Allah swt, tanpa ikhlas, ibadah kita akan kehilangan makna dan ruhnya…………..”
“Dan yang ketiga, agar ibadah kita memiliki nilai disisi Allah swt adalah dengan melaksanakan ibadah tersebut sesuai dengan petunjuk dan tuntunan syariat yang benar dari Allah swt, tidak ditambah atau dikurangi………….” Sambung Ki Bijak panjang lebar.
“Ana mengerti ki…., lalu tadi Aki mengatakan bahwa sebenarnya ibadah itu untuk kebutuhan dan keutamaan manusia itu sendiri ki…….?” Tanya Maula.
“Benar Nak Mas, Nak Mas perhatikan ayat – ayat al qur’an ini…..” kata Ki Bijak sambil menunjukan beberapa ayat al qur’an;
29. (Allah berfirman): "Inilah Kitab (catatan) kami yang menuturkan terhadapmu dengan benar. Sesungguhnya kami Telah menyuruh mencatat apa yang Telah kamu kerjakan". (Al Ankabut)
183. Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa, (Al Baqarah)
103. Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan[658] dan mensucikan[659] mereka dan mendoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. dan Allah Maha mendengar lagi Maha Mengetahui. (At Taubah)
[658] Maksudnya: zakat itu membersihkan mereka dari kekikiran dan cinta yang berlebih-lebihan kepada harta benda
[659] Maksudnya: zakat itu menyuburkan sifat-sifat kebaikan dalam hati mereka dan memperkembangkan harta benda mereka.
197. (Musim) haji adalah beberapa bulan yang dimaklumi[122], barangsiapa yang menetapkan niatnya dalam bulan itu akan mengerjakan haji, Maka tidak boleh rafats[123], berbuat fasik dan berbantah-bantahan di dalam masa mengerjakan haji. dan apa yang kamu kerjakan berupa kebaikan, niscaya Allah mengetahuinya. Berbekallah, dan Sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa[124] dan bertakwalah kepada-Ku Hai orang-orang yang berakal. (Al Baqarah)
[122] ialah bulan Syawal, Zulkaidah dan Zulhijjah.
[123] Rafats artinya mengeluarkan perkataan yang menimbulkan berahi yang tidak senonoh atau bersetubuh.
[124] maksud bekal takwa di sini ialah bekal yang cukup agar dapat memelihara diri dari perbuatan hina atau minta-minta selama perjalanan haji.
“Kesemuanya, baik itu terpeliharanya kita dari perbuatan keji dan munkar, lalu pembentukan karakter orang yang bertakwa, kemudian pembersihan harta dan jiwa kita, serta pelatihan untuk menahan diri dari perbuatan dan perkataan kotor sebagaimana diungkapkan oleh ayat-ayat ini, merupakan kebutuhan manusia guna mencapai kebaikan fi dunya wal akhirat kita sebagai manusia…………” Lanjut Ki Bijak.
“Sekali lagi Aki nasehatkan kepada Nak Mas, bahwa kita diciptakan bukan sebagai mesin pencari uang, tapi sebagai hamba yang diwajibkan kepada kita untuk beribadah semata kepada Allah swt, maka carilah uang dan nafkah itu sebagai penyempurna kasab dan syariat kita, tapi diatas semua itu laksanakan pengabdian kita selaku hamba kepada Allah swt, insya Allah Nak Mas tidak akan menjadi robot yang distir oleh kepentingan-kepentingan dunia yang sesaat ini.......................” Kata Ki Bijak lagi.
“Insya Allah ki..................” kata Maula sambil menyalami gurunya untuk pamitan.
Wassalam
Oktober 27,2008
No comments:
Post a Comment