“Nak Mas perhatikan lingkaran merah dan biru yang ditengah ini, menurut Nak Mas, mana yang lebih besar.........?’ Tanya Ki Bijak.
“Lingkaran biru lebih besar dari yang merah ki.....” jawab Maula spontan.
“Nak Mas yakin...?” coba perhatikan lagi, mana yang lebih besar.......” Kata Ki Bijak.
Maula mulai memperhatikan lebih teliti dua buah lingkaran berwarna merah dan biru ditengah lingkaran, sejurus kemudian. “ ooh, besarnya sama ki.......” Kata Maula.
Ki Bijak tersenyum, “Nak Mas benar, kedua lingkaran itu sama persis, lalu kenapa tadi Nak Mas melihat lingkaran warna biru lebih besar......?” Tanya Ki Bijak.
“Karena secara sepintas, tadi ana lihat yang biru memang kelihatan lebih besar ki...................” Kata Maula.
“Jawaban yang tepat kenapa lingkaran biru kelihatan lebih adalah karena adanya perbedaan ukuran lingkaran yang mengelilinginya, lingkaran merah dikelilingi lingkaran yang lebih besar, sementara lingkaran biru dikelilingi lingkaran yang lebih kecil.....................” Kata Ki Bijak.
“Artinya apa ki........?” Tanya Maula.
“Mungkin hal ini tidak akan berarti banyak bagi orang lain, tapi bagi Aki, ini adalah sebuah pelajaran agar kita lebih bijak dalam melihat sesuatu..........” Kata Ki Bijak.
“Ana masih belum mengerti ki.................” Kata Maula.
“Begini Nak Mas, kedua objek, (lingkaran merah dan lingkaran biru) yang sebenarnya mempunyai ukuran yang sama akan tampak berbeda, dan ‘perbedaan’ ini diakibatkan oleh hanya perspektif yang berbeda, cara pandang yang berbeda, yang orang yang memandang pun berbeda....., dan didunia nyata, adanya perbedaan pandangan seperti itu juga banyak terjadi Nak Mas, banyak orang memperdebatkan sesuatu dari sisi dan sudut pandang mereka, sehingga tak jarang menimbulkan friksi yang sangat tajam, karena masing-masing orang saling bersikukuh dengan sudut pandangnya masing-masing..........” kata Ki Bijak.
“Oooh ana mengerti sekarang ki, ana sering juga mendapat kiriman e-mail yang isinya kira-kira seperti itu, kedua belah pihak saling mengemukakan dalil-dalil yang ana sendiri belum sampai kesana ki, dan kedua pihak juga merasa dalilnya yang paling shaheh, padahal kalau merunut apa yang Aki katakan tadi, dua-duanya bisa jadi benar, atau dua-duanya bisa jadi salah ya ki.........” kata Maula.
“Aki percaya mereka adalah orang-orang yang mumpuni dibidang itu Nak Mas, tidak mungkin mereka mengemukakan dalil itu tanpa mempelajarinya terlebih dahulu, tapi bagi kita yang masih miskin ilmu, hendaknya kita lebih hati-hati dan lebih bijak dalam melihat dan menilai sebuah objek, karena ya itu tadi, sudut pandang kita masih sangat-sangat terbatas.........” kata Ki Bijak.
“Lalu bagaimana agar kita bisa melihat sebuah objek dengan nyata dan tidak sama ki.............” tanya Maula.
“Nak Mas perhatikan lagi gambar ini, sekarang kita hilangkan lingkaran – lingkaran disekitar lingkaran merah dan biru ini....................” Kata Ki Bijak sambil menghapus lingkaran disekitar kedua objek tadi.
“Nak Mas lihat hasil, tanpa perlu pengamatan yang detail pun kita akan bisa dengan cepat melihat dan memutuskan bahwa kedua objek itu sama besar.............” kata Ki Bijak.
“Artinya apa ki.......................?” Tanya Maula.
“Artinya untuk melihat ‘kebenaran’ sesuatu, kedua belah pihak harus sama-sama menghilangkan ‘lingkaran-lingkaran ego’ disekililingnya, yang besar yang merasa paling benar, yang kecil yang menutup diri dengan pendapat dan pemikiran orang lain, dan ketika kedua belah pihak sama-sama melihat objek dengan ‘mata dan hati dan niat yang bersih’ untuk mencari kebenaran, insya allah, benturan, friksi atau sejenisnya yang banyak menghabiskan energi itu tidak perlu terjadi.........” kata Ki Bijak.
“Aki benar ki, ana sekarang dapat melihat dengan jelas bahwa kedua lingkaran ini sama besar, tapi kenapa banyak orang seperti sulit untuk menghilangkan ‘lingkaran-lingkaran ego disekelilingnya ya ki.............?” Kata Maula.
“Ada banyak faktor yang menyebabkan seseorang merasa sudah sedemikian besar, dan disisi lain ada banyak faktor pula yang menyebabkan orang berfikir kerdil dan tidak mau menerima perbedaan dan pendapat orang lain, Nak Mas......” Kata Ki Bijak.
“Lalu bagaimana cara menghilangkan ego itu ki....?” Tanya Maula.
“Lingkaran yang besar harus berada dilingkungan yang sama atau lebih besar dengan dia, dan lingkaran yang kecil pun harus berbuat yang sama..............” Kata Ki Bijak.
Maula diam tanda belum mengerti.
“Artinya begini Nak Mas, seperti Nak Mas atau Aki, selama kita disini, kita mungkin akan merasa sudah mampu atau setidaknya lebih mampu dari santri-santri lain, tapi sangat mungkin pengetahuan kita ini belum ada apa-apanya dibanding orang lain diluar kita, begitupun dengan santri-santri itu, mungkin ilmu mereka sudah jauh lebih baik dibanding mereka-mereka yang tidak pernah belajar dipesantren atau madrasah..........”
“Dengan membuka diri dan membuka wawasan, maka kita tidak akan terjebak pada pemikiran yang sempit atau kata orang sunda mah kurung batokeun............”Tambah Ki Bijak.
“Iya ki, ana merasakan hal itu, ana masih merasa sangat bodoh dibanding teman-teman ana..............” kata Maula.
“Pesan Aki, jangan sampai perasaan itu membuat Nak Mas merasa imferior, sebaliknya justru sebuah tantangan bagi Nak Mas untuk mengejar ketertinggalan Nak Mas dari rekan-rekan Nak Mas itu, dan sebaliknya jangan sekali-kali Nak Mas merasa sudah merasa paling mampu, karena hal itu akan merusak sudut pandang dan cara berfikir Nak Mas dalam melihat sesuatu hal..........” kata Ki Bijak.
“Iya ki, insya Allah ana akan senantiasa mengingat pesan dan nasehat Aki...........” Kata Maula.
Ki Bijak tersenyum, sambil membalas uluran tangan Maula yang pamitan.
Wassalam
October 17,2008
No comments:
Post a Comment