“Dalam pengertian umum, Dosa adalah sebentuk pelanggaran yang dilakukan manusia terhadap aturan Allah swt, dosa memiliki banyak sekali jenis, tingkatan dan bentuknya, yang didalam al qur’an sendiri, setidaknya menyebutkan empat jenis kesalahan manusia, yaitu yang pertama Itsmun, yang secara harfiah berarti dosa, dalam pengertian ini dosa dapat berbentuk bunuh diri,makan bangkai, darah, daging babi dan sesuatu yang disembelih bukan atas nama Allah, mengubah wasiat, mengambil harta orang lain, sombong, khamar dan judi, menganggu jama’ah haji, membunuh orang yang sudah menyerah, memakan yang haram, Syirik, menebarkan fitnah, buruk sangka, menciptakan makar dengan rahasia, menukarkan keimanan dengan kekufuran, mengambil sesuatu yang sudah diberikan kepada orang lain, berdusta atas nama Allah, menyembunyikan kesaksian, dan menyakiti orang mukmin..........” Kata Ki Bijak, menjelaskan secara detail pengertian dosa.
“Kemudian, al qur’an juga membahasakan dosa dengan kata Adz-Dzanb, yang secara harfiyah berarti ekor, beberapa bentuk dosa ini adalah membunuh tidak sengaja, tergoda dengan kehendak nafsu,merasa besar atau ujub, tidak bersyukur, enggan menerima nasehat, mencemooh pemberi nasehat, zalim pada diri sendiri, Tidak ikhlas, putus asa, dan lainnya, sampai disini Nak Mas paham.....?” Tanya Ki Bijak.
“Insya Allah ana paham ki............” jawab Maula.
“Yang ketiga, Al Qur;an membahasakan dosa dengan sebutan Al-Khatha’ yang secara harfiyah berarti kesalahan, adapun bentuk-bentuknya adalah;menyuruh orang lain berbuat baik, namun tidak mengamalkannya, tidak peduli terhadap orang lain, menggoda orang lain ke jalan dosa, Iri dan dengki....,
“Dan yang keempat disebut dengan As-Sayyi’at yang secara harfiyah berarti kejahatan, kejahatan ini bisa dalam bentuk mencampur kebaikan dengan dosa, makar, durhaka pada suami, membiarkan orang berbuat dosa, melupakan pertolongan Allah, panjang angan-angan, dan juga mengingkari janji.........” Kata Ki Bijak panjang lebar.
“Masya Allah, banyak sekali bentuk dan dosa dan kesalahan ya ki........” Kata Maula dengan mimik yang serius.
“Memang banyak Nak Mas, karenanya kita harus benar-benar berhati-hati dalam setiap ucapan, tindakan dan perbuatan kita, tapi dari sedemikian banyak jenis dosa yang disebutkan al qur’an, yang paling harus kita waspadi adalah dosa syirik, karena Allah tidak akan mengampuni dosa orang yang menyekutukan Allah.............” Kata Ki Bijak sambil mengutip beberapa ayat al qur’an
13. Dan (Ingatlah) ketika Luqman Berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar".
48. Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. barangsiapa yang mempersekutukan Allah, Maka sungguh ia Telah berbuat dosa yang besar.
116. Sesungguhnya Allah tidak mengampuni dosa mempersekutukan (sesuatu) dengan Dia, dan dia mengampuni dosa yang selain syirik bagi siapa yang dikehendaki-Nya. barangsiapa yang mempersekutukan (sesuatu) dengan Allah, Maka Sesungguhnya ia Telah tersesat sejauh-jauhnya.
“Naudzubillah, ki bagaimana kita bisa menghindari syirik ini ki.........? Tanya Maula.
“Untuk membantu kita menghindari perbuatan syirik ini, kita setidaknya harus mengetahui batasan dan bentuk-bentuk kesyirikan itu; seperti meyakini bahwa ada sesuatu yang memiliki kekuatan lain atau dapat memberi manfaat dan madharat selain Allah SWT, seperti mempercayai dukun, peramal, benda keramat, jimat dan lainnya, itu sebuah kemusyrikan Nak Mas.......” kata Ki Bijak.
“Iya ki, dan kemarin ini, ada juga selebaran yang mengatakan barang siapa ikut menyebarkan berita ini, maka ia akan memperoleh sesuatu, dan sebaliknya, kalau tidak, ia akan mendapat musibah, apakah ini juga hal yang dapat menyebabkan syirik ki.....? Tanya Maula.
“Benar Nak Mas, ini sudah syirik, orang yang meyakini bahwa dengan meneruskan pesan berantai semacam itu sebagai sesuatu yang dapat mendatangkan manfaat dan mudharat, artinya ia sudah menafikan Allah sebagai satu-satunya Dzat yang dapat memberi manfaat dan mudharat kepada kita, jauhi dan tinggalkan perbuatam semacam ini......” Kata Ki Bijak.
“Selain itu, kita juga harus berhati hati dengan berbagai ritual yang menggunakan ‘perantara’ untuk mendekatkan diri kepada Allah, seperti dengan memuja atau memohon pertolongan kepada orang mati, ruh atau meminta bantuan jin dengan keyakinan bahwa dengan sesuatu itulah ia dapat mendekatkan dirinya kepada Allah SWT, karena hal semacam inipun sebuah kemusyrikan......” Kata Ki Bijak lagi.
“Kemudian, al qur’an juga membahasakan dosa dengan kata Adz-Dzanb, yang secara harfiyah berarti ekor, beberapa bentuk dosa ini adalah membunuh tidak sengaja, tergoda dengan kehendak nafsu,merasa besar atau ujub, tidak bersyukur, enggan menerima nasehat, mencemooh pemberi nasehat, zalim pada diri sendiri, Tidak ikhlas, putus asa, dan lainnya, sampai disini Nak Mas paham.....?” Tanya Ki Bijak.
“Insya Allah ana paham ki............” jawab Maula.
“Yang ketiga, Al Qur;an membahasakan dosa dengan sebutan Al-Khatha’ yang secara harfiyah berarti kesalahan, adapun bentuk-bentuknya adalah;menyuruh orang lain berbuat baik, namun tidak mengamalkannya, tidak peduli terhadap orang lain, menggoda orang lain ke jalan dosa, Iri dan dengki....,
“Dan yang keempat disebut dengan As-Sayyi’at yang secara harfiyah berarti kejahatan, kejahatan ini bisa dalam bentuk mencampur kebaikan dengan dosa, makar, durhaka pada suami, membiarkan orang berbuat dosa, melupakan pertolongan Allah, panjang angan-angan, dan juga mengingkari janji.........” Kata Ki Bijak panjang lebar.
“Masya Allah, banyak sekali bentuk dan dosa dan kesalahan ya ki........” Kata Maula dengan mimik yang serius.
“Memang banyak Nak Mas, karenanya kita harus benar-benar berhati-hati dalam setiap ucapan, tindakan dan perbuatan kita, tapi dari sedemikian banyak jenis dosa yang disebutkan al qur’an, yang paling harus kita waspadi adalah dosa syirik, karena Allah tidak akan mengampuni dosa orang yang menyekutukan Allah.............” Kata Ki Bijak sambil mengutip beberapa ayat al qur’an
13. Dan (Ingatlah) ketika Luqman Berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar".
48. Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. barangsiapa yang mempersekutukan Allah, Maka sungguh ia Telah berbuat dosa yang besar.
116. Sesungguhnya Allah tidak mengampuni dosa mempersekutukan (sesuatu) dengan Dia, dan dia mengampuni dosa yang selain syirik bagi siapa yang dikehendaki-Nya. barangsiapa yang mempersekutukan (sesuatu) dengan Allah, Maka Sesungguhnya ia Telah tersesat sejauh-jauhnya.
“Naudzubillah, ki bagaimana kita bisa menghindari syirik ini ki.........? Tanya Maula.
“Untuk membantu kita menghindari perbuatan syirik ini, kita setidaknya harus mengetahui batasan dan bentuk-bentuk kesyirikan itu; seperti meyakini bahwa ada sesuatu yang memiliki kekuatan lain atau dapat memberi manfaat dan madharat selain Allah SWT, seperti mempercayai dukun, peramal, benda keramat, jimat dan lainnya, itu sebuah kemusyrikan Nak Mas.......” kata Ki Bijak.
“Iya ki, dan kemarin ini, ada juga selebaran yang mengatakan barang siapa ikut menyebarkan berita ini, maka ia akan memperoleh sesuatu, dan sebaliknya, kalau tidak, ia akan mendapat musibah, apakah ini juga hal yang dapat menyebabkan syirik ki.....? Tanya Maula.
“Benar Nak Mas, ini sudah syirik, orang yang meyakini bahwa dengan meneruskan pesan berantai semacam itu sebagai sesuatu yang dapat mendatangkan manfaat dan mudharat, artinya ia sudah menafikan Allah sebagai satu-satunya Dzat yang dapat memberi manfaat dan mudharat kepada kita, jauhi dan tinggalkan perbuatam semacam ini......” Kata Ki Bijak.
“Selain itu, kita juga harus berhati hati dengan berbagai ritual yang menggunakan ‘perantara’ untuk mendekatkan diri kepada Allah, seperti dengan memuja atau memohon pertolongan kepada orang mati, ruh atau meminta bantuan jin dengan keyakinan bahwa dengan sesuatu itulah ia dapat mendekatkan dirinya kepada Allah SWT, karena hal semacam inipun sebuah kemusyrikan......” Kata Ki Bijak lagi.
“Dan masih banyak lagi perbuatan-perbuatan yang dapat menjerumuskan kita kedalam lembah syirik, cinta (mahabbah) dan loyalitas (wala') yang salah, seperti mencintai dunia secara berlebih dan mengabdi kepada manusia melebihi pengabdiannya kepada Allah, beranggapan bahwa aturan/hukum buatan manusia lebih baik dari hukum Allah SWT atau menghalalkan yang haram dan mengharamkan yang halal, memmpercayai sihir, perdukunan, bersumpah dengan selain Allah, memakai jimat, dan bahkan perbuatan riya’, ingin dilihat orang, dapat menjerumuskan kita kedalam perbuatan syirik ini.........” kata Ki Bijak.
Maula terdiam sejenak, mencoba memahami uraian gurunya, “Itsmun, didalamnya terdapat syirik yang merupakan perbuatan dosa yang tidak berampun, kemudian Adz-Dzanb, yang didalamnya terdapat godaan hawa nafsu, Al-Khatha’, orang yang menyuruh berbuat kebaikan, tapi lalai mengamalkannya, dan As-Sayyi’at, yang salah satunya mencapur adukan kebaikan dan keburukan..............” Katanya sejurus kemudian, mencoba meringkas penjelasan gurunya yang panjang lebar.
“Apapun namanya, bagaimanapun bentuknya, kecil atau besar tingkatannya, dosa tetaplah dosa yang harus kita hindari sebisa mungkin, karena perbuatan-perbuatan dosa ini, yang dilakukan secara terus menerus, dapat memadamkan cahaya fitrah kita sebagai manusia, dapat mematikan kesucian jiwa, menghilangkan sifat ‘izzah (kemuliaan) manusia yang diciptakan Allah sebaga mahluk yang paling sempurna, serta sangat mungkin menggugurkan amal ibadah yang pernah kita lakukan, terutama syirik, akan mengakibatkan manusia terjerumus kedalam jurang neraka jahaman yang paling dalam.............” Kata Ki Bijak lagi.
“Ya Allah selamatkan hamba_Mu ini dari perbuatan syirik dan dosa-dosa yang dapat menjauhkan hamba dari Ridha_Mu, hamba berlindung kepada_Mu dari kejahatan mahluk-mahluk_Mu, Ya Allah, La haula wala quata ilabillahil’aliyil adhiim...........”
Wassalam
November 19,2008
No comments:
Post a Comment