“Tidak perlu jauh-jauh Nak Mas, untuk mengetahui ke Maha Bijaksanaan Allah, cukuplah kita tafakuri apa yang ada pada diri dan tubuh kita ini….” Kata Ki Bijak menjawab pertanyaan Maula bagaimana cara mempelajari kemaha bijaksanaan Allah swt.
“Mempelajari kemaha bijaksanaan Allah pada diri dan tubuh kita ki….?” Tanya Maula lagi.
“Benar Nak Mas, coba Nak Mas perhatikan bagaimana Allah, dengan ke maha bijaksanaanya menutupi (maaf) kotoran dan najis yang ada didalam tubuh kita ini, Nak Mas bisa bayangkan apa yang akan terjadi dengan kita, seandainya semua orang melihat semua sampah yang ada dalam perut kita ini….?” Kata Ki Bijak.
“Subhanallah, benar ki…., ana tidak bisa membayangkan seandainya sampah dalam perut ini tidak Allah tutupi, dan setiap orang bisa melihat dan merasakan bau tidak sedap dari sampah dalam tubuh kita ini, niscaya kita tidak bisa menjalani kehidupan secara normal ya ki……., subhanallah….Maha Suci Engkau ya Allah, maha bijaksana Engkau ya Allah..” Kata Maula sambil memegangi perutnya.
“Sekarang Nak Mas sudah bisa melihat keagungan dan kemaha bijaksanaan Allah dalam diri kita yang Aki maksud…?” Tanya Ki Bijak.
“Ya ki……, betapa dekat, betapa mudah dan betapa sangat gamblang Allah memaparkan kebijaksanaannya ya ki…., tapi kenapa hanya sedikit orang saja yang bisa melihatnya…?” Tanya Maula, lebih pada dirinya sendiri yang juga baru ‘melihat’ kemaha bijaksanaan Allah itu setelah diwejangi gurunya.
Ki Bijak tersenyum mendengar penuturan Maula, “ Kemudian hal lain yang dapat kita tafakuri adalah bagaimana Allah menutupi isi hati kita dari pandangan orang lain…..” Tambah Ki Bijak.
“Allah menutupi isi hati kita dari penglihatan orang lain ki….?” Tanya Maula.
“Ya Nak Mas, Allah mengetahui segala isi hati kita, Allah mengetahui segala apa yang terbetik dan tersirat dalam hati kita, baik itu hal yang baik, maupun hal buruk yang ada didalam hati kita, tapi Allah menutupi semua yang terdapat dalam hati kita dari penglihatan orang lain……” Kata Ki Bijak.
“Nak Mas bayangkan, jika isi hati kita ini bisa dikonsumsi oleh semua orang, misalnya saja, kita sedang merasa tidak enak dengan seseorang, dan orang itu mengetahui isi hati kita, apa yang akan terjadi..? Pasti hubungan kita dengan orang tersebut menjadi ‘aneh’…”
“Kemudian lagi, misalnya kita tidak menyukai sifat seseorang, dan orang itu mengetahui isi hati kita, atau sebaliknya kita mengetahui isi hati orang yang tidak menyukai kita…, pastilah akan terjadi ‘benturan-benturan’ yang sangat keras dalam hubungan kita dengan sesama manusia….., tapi dengan maha bijaksanaanya, Allah merahasiakan apa yang kita rasakan didalam hati kita, sehingga meski kita mungkin tidak menyukai seseorang, atau ada orang yang tidak menyukai kita, hubungan horizontal kita masih akan bisa berjalan, selama ketidaksukaan itu dalam hal-hal yang masih wajar….” Kata Ki Bijak.
“Benar Ki, ana baru kefikiran bagaimana jika setiap orang mengetahui dan melihat isi hati orang lain…?” Waah mungkin bisa terjadi peperangan yang lebih dahsyat ya ki….” Kata Maula.
“Dengan kemaha bijaksanaanya, Allah membatasi kemampuan kita untuk melihat isi hati orang lain, karena kalau tidak, Aki yakin,setiap hari kita akan disibukan berbagai hal tentang perasaan orang lain terhadap kita, kita menjadi sibuk karena kita tahu bawahan kita tidak suka kepada kita, kita menjadi panic ketika mengetahui atasan tidak suka pada kita, kita menjadi repot ketika kita tahu ada orang yang didalam hatinya tidak menyukai kita, dan berbagai hal lainnya…..” Kata Ki Bijak.
“Subhanalllah…..betapa Maha Bijaksananya Engkau ya Allah…..” Maula kembali disadarkan dengan hal ‘kecil’ yang selama ini tidak pernah ia fikirkan tentang kemaha bijaksanaan Allah.
“Hal ketiga yang Allah tutupi dari kita adalah dosa kita Nak Mas….” Kata Ki Bijak.
“Allah menutupi dosa kita ki…?” Tanya Maula.
“Benar Nak Mas…., sejak kita akil baligh sampai sekarang, entah sudah berapa banyak dosa dan khilaf kita, baik itu kepada Allah, maupun kepada sesama manusia, baik itu disengaja atau tidak disengaja, dan kalau dosa-dosa kita itu Allah tampakan kepada pandangan manusia lain, niscaya kita akan pergi sejauh-jauhnya dari pandangan orang lain karena tidak mampu menahan malu, niscaya kita tidak akan pernah berani keluar dan bertemu orang lain, karena sangat mungkin wajah dan tubuh kita sudah tertutup oleh banyaknya dosa yang kita perbuat…..” Kata Ki Bijak.
“Tapi dengan kemaha bijaksanaanya, Allah ‘hanya’ mencatat setiap dosa kita, untuk kelak dimintakan pertanggung jawabannya ‘hanya’ kepada kita, dan tanpa diketahui oleh orang lain……” Tambah Ki Bijak.
“Astaghfirullah……benar ki…, kalau kebohongan kita diketahui setiap orang, pasti tidak akan ada orang yang mau berteman dengan kita, kalau dosa kita karena melalaikan shalat Allah tampakan kepada semua orang, pasti kita tidak akan punya muka dihadapan orang lain, atau orang lain mengetahui ‘kebohongan’ shaum kita, ketidak ikhlasan zakat kita, orang lain mengetahui adanya riya dalam niat sedekah kita……’ ya Allah betapa Maha Bijaksana ya Allah, sehingga Engkau tutupi semua dosa-dosa mahluk_Mu ini……” Kata Maula.
“Dari ketiga hal tadi saja, sudah sedemikian jelas bahwa Allah Maha Bijaksana, hanya kita yang tidak pandai membaca ayat-ayat Allah yang sangat nyata ini, dan Nak Mas masih muda, Nak Mas harus terus belajar untuk dapat membaca lebih banyak ayat-ayat Allah, baik itu yang tersurat dalam al qur’an yang agung ini, maupun yang tersirat, baik itu tersirat dialam sekitar kita, maupun yang tersirat dalam diri kita ini…..” Kata Ki Bijak.
“Iya ki…., ki ana pernah mendengar seseorang yang ketika dinasehati ‘jangan melakukan hal itu, karena itu dosa’, ia justru mengatakan ‘aaah dosa.., dosa apa…, dosa tidak kelihatan ini’…………., itu gimana ki” Kata Maula mengutip perkataan seseorang yang tidak mau mendengar nasehat dari orang lain.
“Seperti Aki katakan tadi, bahwa Allah memang tidak menampakan dosa kita secara langsung kepada orang lain, tapi dengan kebijaksanaan Allah pula, dosa-dosa kita itu ada yang Allah nampakan dalam bentuk lain Nak Mas, sebagai sebuah ‘teguran’ Allah kepada orang-orang yang berdosa untuk segera menyadari kesalahan-kesalahannya….” Kata Ki Bijak.
“Allah menampakan dosa kita dalam bentuk lain ki…?” Tanya Maula kurang paham.
“Benar Nak Mas, misalnya ada orang yang ‘suka jajan’, mungkin orang lain tidak ada yang tahu bahwa ia ‘suka jajan’, tapi kemudian Allah nyatakan dosa orang yang suka jajan itu dengan memberinya penyakit kelamin misalnya…”
“Kemudian lagi misalnya ada orang yang suka mengambil hak orang lain dengan cara korupsi, mungkin saat ia mengambil uang haram itu, tidak ada seorang pun tahu, tapi kemudian Allah nampakan dosanya itu dalam bentuk lain, seperti penyakit menahun, sehingga harta hasil korupsinya habis untuk mengobati penyakitnya, dan banyak lagi jenis-jenis ‘penampakan’ dosa kita, tidak lain tujuannya adalah agar kita segera kembali kejalan yang benar….”
“Jadi meskipun dosa itu tidak Allah nampakan kepada orang lain, orang yang berdosa itu sebenarnya bisa ‘melihat’ dosa-dosanya sendiri dengan gamblang, karena fitrah manusia itu kan lurus dan benar, jadi ketika terjadi pembelokan atau penyimpangan, fitrah kita akan menolaknya……” Kata Ki Bijak lagi.
“Jadi salah ya ki, kalau kemudian ada orang yang karena Allah ‘menutupi’ dosa kita dari pandangan orang lain kemudian kita bisa berbuat seenaknya….” Kata Maula.
“Mata orang lain mungkin bisa kita kelabui, bahkan anak istri kitapun mungkin bisa kita bohongi, tapi Allah…, Allah Maha Melihat, Allah Maha Mendengar, Allah Maha Mencatat, Allah Maha Menghisab dan membuat perhitungan, akan ada waktunya dimana semua dosa-dosa kita diperlihatkan Allah untuk kita pertanggung jawabkan…., dan ketika itu, kita tidak mungkin lagi berbohong dihadapan Allah, semua anggota tubuh kita ini akan menjadi saksi perbuatan kita selama didunia, kulit kita bersaksi, mata kita bersaksi, kaki dan tangan kita bersaksi, semua bersaksi, dan celakalah mereka yang terus menerus menumpuk dosanya, karena ia akan ditempatkan dineraka yang menyala-nyala……” Kata Ki Bijak.
“Naudzubillah…..”Maula bergidik mendengar kata-kata Ki Bijak.
“Sudah menjelang buka Nak Mas…., Nak Mas buka shaumnya disini saja, bareng sama Aki dan santri-santri disini…” Kata Ki Bijak.
“Iya ki, terima kasih, ana akan bantu menyiapkan tajil dulu ya ki…..” Kata Maula pamitan.
“Ya Nak Mas…….” Kata Ki Bijak mempersilahkan Maula yang hendak membantu menyiapkan tajil dan tempat buka shaum bersama.
Wassalam
August 30,2009
“Mempelajari kemaha bijaksanaan Allah pada diri dan tubuh kita ki….?” Tanya Maula lagi.
“Benar Nak Mas, coba Nak Mas perhatikan bagaimana Allah, dengan ke maha bijaksanaanya menutupi (maaf) kotoran dan najis yang ada didalam tubuh kita ini, Nak Mas bisa bayangkan apa yang akan terjadi dengan kita, seandainya semua orang melihat semua sampah yang ada dalam perut kita ini….?” Kata Ki Bijak.
“Subhanallah, benar ki…., ana tidak bisa membayangkan seandainya sampah dalam perut ini tidak Allah tutupi, dan setiap orang bisa melihat dan merasakan bau tidak sedap dari sampah dalam tubuh kita ini, niscaya kita tidak bisa menjalani kehidupan secara normal ya ki……., subhanallah….Maha Suci Engkau ya Allah, maha bijaksana Engkau ya Allah..” Kata Maula sambil memegangi perutnya.
“Sekarang Nak Mas sudah bisa melihat keagungan dan kemaha bijaksanaan Allah dalam diri kita yang Aki maksud…?” Tanya Ki Bijak.
“Ya ki……, betapa dekat, betapa mudah dan betapa sangat gamblang Allah memaparkan kebijaksanaannya ya ki…., tapi kenapa hanya sedikit orang saja yang bisa melihatnya…?” Tanya Maula, lebih pada dirinya sendiri yang juga baru ‘melihat’ kemaha bijaksanaan Allah itu setelah diwejangi gurunya.
Ki Bijak tersenyum mendengar penuturan Maula, “ Kemudian hal lain yang dapat kita tafakuri adalah bagaimana Allah menutupi isi hati kita dari pandangan orang lain…..” Tambah Ki Bijak.
“Allah menutupi isi hati kita dari penglihatan orang lain ki….?” Tanya Maula.
“Ya Nak Mas, Allah mengetahui segala isi hati kita, Allah mengetahui segala apa yang terbetik dan tersirat dalam hati kita, baik itu hal yang baik, maupun hal buruk yang ada didalam hati kita, tapi Allah menutupi semua yang terdapat dalam hati kita dari penglihatan orang lain……” Kata Ki Bijak.
“Nak Mas bayangkan, jika isi hati kita ini bisa dikonsumsi oleh semua orang, misalnya saja, kita sedang merasa tidak enak dengan seseorang, dan orang itu mengetahui isi hati kita, apa yang akan terjadi..? Pasti hubungan kita dengan orang tersebut menjadi ‘aneh’…”
“Kemudian lagi, misalnya kita tidak menyukai sifat seseorang, dan orang itu mengetahui isi hati kita, atau sebaliknya kita mengetahui isi hati orang yang tidak menyukai kita…, pastilah akan terjadi ‘benturan-benturan’ yang sangat keras dalam hubungan kita dengan sesama manusia….., tapi dengan maha bijaksanaanya, Allah merahasiakan apa yang kita rasakan didalam hati kita, sehingga meski kita mungkin tidak menyukai seseorang, atau ada orang yang tidak menyukai kita, hubungan horizontal kita masih akan bisa berjalan, selama ketidaksukaan itu dalam hal-hal yang masih wajar….” Kata Ki Bijak.
“Benar Ki, ana baru kefikiran bagaimana jika setiap orang mengetahui dan melihat isi hati orang lain…?” Waah mungkin bisa terjadi peperangan yang lebih dahsyat ya ki….” Kata Maula.
“Dengan kemaha bijaksanaanya, Allah membatasi kemampuan kita untuk melihat isi hati orang lain, karena kalau tidak, Aki yakin,setiap hari kita akan disibukan berbagai hal tentang perasaan orang lain terhadap kita, kita menjadi sibuk karena kita tahu bawahan kita tidak suka kepada kita, kita menjadi panic ketika mengetahui atasan tidak suka pada kita, kita menjadi repot ketika kita tahu ada orang yang didalam hatinya tidak menyukai kita, dan berbagai hal lainnya…..” Kata Ki Bijak.
“Subhanalllah…..betapa Maha Bijaksananya Engkau ya Allah…..” Maula kembali disadarkan dengan hal ‘kecil’ yang selama ini tidak pernah ia fikirkan tentang kemaha bijaksanaan Allah.
“Hal ketiga yang Allah tutupi dari kita adalah dosa kita Nak Mas….” Kata Ki Bijak.
“Allah menutupi dosa kita ki…?” Tanya Maula.
“Benar Nak Mas…., sejak kita akil baligh sampai sekarang, entah sudah berapa banyak dosa dan khilaf kita, baik itu kepada Allah, maupun kepada sesama manusia, baik itu disengaja atau tidak disengaja, dan kalau dosa-dosa kita itu Allah tampakan kepada pandangan manusia lain, niscaya kita akan pergi sejauh-jauhnya dari pandangan orang lain karena tidak mampu menahan malu, niscaya kita tidak akan pernah berani keluar dan bertemu orang lain, karena sangat mungkin wajah dan tubuh kita sudah tertutup oleh banyaknya dosa yang kita perbuat…..” Kata Ki Bijak.
“Tapi dengan kemaha bijaksanaanya, Allah ‘hanya’ mencatat setiap dosa kita, untuk kelak dimintakan pertanggung jawabannya ‘hanya’ kepada kita, dan tanpa diketahui oleh orang lain……” Tambah Ki Bijak.
“Astaghfirullah……benar ki…, kalau kebohongan kita diketahui setiap orang, pasti tidak akan ada orang yang mau berteman dengan kita, kalau dosa kita karena melalaikan shalat Allah tampakan kepada semua orang, pasti kita tidak akan punya muka dihadapan orang lain, atau orang lain mengetahui ‘kebohongan’ shaum kita, ketidak ikhlasan zakat kita, orang lain mengetahui adanya riya dalam niat sedekah kita……’ ya Allah betapa Maha Bijaksana ya Allah, sehingga Engkau tutupi semua dosa-dosa mahluk_Mu ini……” Kata Maula.
“Dari ketiga hal tadi saja, sudah sedemikian jelas bahwa Allah Maha Bijaksana, hanya kita yang tidak pandai membaca ayat-ayat Allah yang sangat nyata ini, dan Nak Mas masih muda, Nak Mas harus terus belajar untuk dapat membaca lebih banyak ayat-ayat Allah, baik itu yang tersurat dalam al qur’an yang agung ini, maupun yang tersirat, baik itu tersirat dialam sekitar kita, maupun yang tersirat dalam diri kita ini…..” Kata Ki Bijak.
“Iya ki…., ki ana pernah mendengar seseorang yang ketika dinasehati ‘jangan melakukan hal itu, karena itu dosa’, ia justru mengatakan ‘aaah dosa.., dosa apa…, dosa tidak kelihatan ini’…………., itu gimana ki” Kata Maula mengutip perkataan seseorang yang tidak mau mendengar nasehat dari orang lain.
“Seperti Aki katakan tadi, bahwa Allah memang tidak menampakan dosa kita secara langsung kepada orang lain, tapi dengan kebijaksanaan Allah pula, dosa-dosa kita itu ada yang Allah nampakan dalam bentuk lain Nak Mas, sebagai sebuah ‘teguran’ Allah kepada orang-orang yang berdosa untuk segera menyadari kesalahan-kesalahannya….” Kata Ki Bijak.
“Allah menampakan dosa kita dalam bentuk lain ki…?” Tanya Maula kurang paham.
“Benar Nak Mas, misalnya ada orang yang ‘suka jajan’, mungkin orang lain tidak ada yang tahu bahwa ia ‘suka jajan’, tapi kemudian Allah nyatakan dosa orang yang suka jajan itu dengan memberinya penyakit kelamin misalnya…”
“Kemudian lagi misalnya ada orang yang suka mengambil hak orang lain dengan cara korupsi, mungkin saat ia mengambil uang haram itu, tidak ada seorang pun tahu, tapi kemudian Allah nampakan dosanya itu dalam bentuk lain, seperti penyakit menahun, sehingga harta hasil korupsinya habis untuk mengobati penyakitnya, dan banyak lagi jenis-jenis ‘penampakan’ dosa kita, tidak lain tujuannya adalah agar kita segera kembali kejalan yang benar….”
“Jadi meskipun dosa itu tidak Allah nampakan kepada orang lain, orang yang berdosa itu sebenarnya bisa ‘melihat’ dosa-dosanya sendiri dengan gamblang, karena fitrah manusia itu kan lurus dan benar, jadi ketika terjadi pembelokan atau penyimpangan, fitrah kita akan menolaknya……” Kata Ki Bijak lagi.
“Jadi salah ya ki, kalau kemudian ada orang yang karena Allah ‘menutupi’ dosa kita dari pandangan orang lain kemudian kita bisa berbuat seenaknya….” Kata Maula.
“Mata orang lain mungkin bisa kita kelabui, bahkan anak istri kitapun mungkin bisa kita bohongi, tapi Allah…, Allah Maha Melihat, Allah Maha Mendengar, Allah Maha Mencatat, Allah Maha Menghisab dan membuat perhitungan, akan ada waktunya dimana semua dosa-dosa kita diperlihatkan Allah untuk kita pertanggung jawabkan…., dan ketika itu, kita tidak mungkin lagi berbohong dihadapan Allah, semua anggota tubuh kita ini akan menjadi saksi perbuatan kita selama didunia, kulit kita bersaksi, mata kita bersaksi, kaki dan tangan kita bersaksi, semua bersaksi, dan celakalah mereka yang terus menerus menumpuk dosanya, karena ia akan ditempatkan dineraka yang menyala-nyala……” Kata Ki Bijak.
“Naudzubillah…..”Maula bergidik mendengar kata-kata Ki Bijak.
“Sudah menjelang buka Nak Mas…., Nak Mas buka shaumnya disini saja, bareng sama Aki dan santri-santri disini…” Kata Ki Bijak.
“Iya ki, terima kasih, ana akan bantu menyiapkan tajil dulu ya ki…..” Kata Maula pamitan.
“Ya Nak Mas…….” Kata Ki Bijak mempersilahkan Maula yang hendak membantu menyiapkan tajil dan tempat buka shaum bersama.
Wassalam
August 30,2009