“Assalamu’alaikum….selamat datang tamu-tamuku…..” Sambut Masjid dengan ramah, menyapa tamunya yang datang berbondong-bondong memasuki ruangannya dimalam pertama bulan ramadhan……
Dibalik perasaan bahagia yang menyelimutinya, Masjid menyimpan tanya, siapa tamu-tamu yang datang ini…?, Masjid merasa asing dengan wajah-wajah sumringah tamunya, hanya beberapa gelintir orang saja yang ia kenali karena setiap hari berjamaah dimasjid, sementara sisanya…? Siapa mereka..? dari mana mereka…? Dan kenapa selama ini mereka tidak pernah berkunjung dan berjamaah bersama tamu-tamu regularku..?.
“Aaah pertanyaan nakal…” Guman Masjid
“Biarlah aku tidak mengenali wajah-wajah tamuku, namun hari ini Aku sangat bahagia, aku sangat bersuka cita, aku sangat bangga dikunjungi sedemikian banyak orang yang hendak melaksanakan tarawih diruanganku………” Kebahagiaannya mengalahkan pertanyaannya seputar tamu-tamunya yang asing.
Sejenak ruangan masjid menjadi penuh sesak oleh tamu-tamu yang datang, dari shaf paling depan hingga ujung ruangan paling dalam, hampir tidak ada ruang yang tersisa…, tapi…..
Sang masjid kembali bertanya, “Kenapa anak-anak itu sangat gaduh…, kenapa anak-anak itu sama sekali tidak ‘menghargai’ku sebagai tempat yang suci, mereka membawa makanan kecil, mereka juga berlarian keluar masuk, sehingga mengotori lantaiku yang baru saja dibersihkan….., kenapa…? Apakah orang tua mereka tidak pernah mengajari atau memberi tahu mereka bagaimana seharusnya bersikap dimasjid….
“Aaaah mungkin juga karena mereka masih anak-anak, tapi…orang tua mereka kan umumnya orang yang berpendidikan dan Aku yakin mereka paham dan tahu benar bagaimana mendidik anak-anaknya……,
“Atau jangan-jangan orang tua mereka memang tidak pernah kemasjid dan tidak pernah membawa anaknya kemasjid untuk belajar bersikap baik dimasjid…..?
“Aaahaa, Aku mungkin tahu jawabanya sekarang, tamu-tamu asing itu…..ya.., tamu-tamu asing yang baru kali ini datang kemasjid….., ya itu mungkin orang tua anak-anak yang berisik itu……., bagaimana mungkin mereka bisa mengajari anaknya, kalau mereka, orang tua anak-anak itu sendiri kemasjidnya baru sekarang…….yaa Aku tahu…Aku tahu sekarang……”Sang Masjid seperti menemukan jawaban.
Sang Masjid kembali diam, meresapi kebahagiaan atas kunjungan tamu-tamu yang berdatangan, Sang Masjid berusaha menikmati gemuruh suara “amiin’ dari jamaah yang tengah menunaikan shalat Isya….”Aah betapa mengharukan, sekitar lima ratus orang berada diruanganku,mereka berdiri berjajar rapi, mengucapkan takbir hampir bersamaan, ruku yang bersamaan, hingga gemuruh suara amiin yang mengharukan….oooh betapa Aku saat ini merasa paling bahagia………”
Selepas shalat Isya, tarawihan segera dimulai, Sang Masjid pun mulai menyiapkan diri untuk menyambutnya….
“Ashalatu sunnatatarawih rak’ataini rahimakumullah………………..” Seru bilal memulai shalat tarawih.
“Ashalatu lailaha ilallaaaahhh……………” Jawab jamaah bersahutan.
Imam shalat segera berdiri, diikuti makmum,
“Alhamdulillahirabbil’alamin………….arrahmanirrahiim..” Imam membaca suratul fatihah dengan sangat cepat, yang kemudian ditimpali suara makmum yang mengucapkan ‘amiiiin’ dengan nada yang tidak kalah lantang dan terkesan tidak beraturan.
Meski hampir setiap tahun masjid selalu menyelenggarakan shalat tarawih, tetap saja Sang Masjid bertanya; “Kenapa imam itu bacaan fatihahnya cepat banget..? kenapa seperti orang yang terburu-buru atau dikejar sesuatu…? Bukankah tarawih itu shalat santai dan untuk menghidupkan malam-malam penuh berkah dibulan ramadhan…..?” Lagi-lagi Sang Masjid bertanya.
“Aaah mungkin Aku terlalu berharap mereka akan berada diruangku agak lama,,,atau mungkin karena kerinduanku dengan suasana hangat seperti ini, sehingga Aku merasa gelisah ketika shalat tarawih mereka terkesan sangat buru-buru….., Aaah biarlah., mungkin mereka punya kesibukan lain, tapi setidaknya Aku bahagia sampai saat ini…..” Guman Sang Masjid lagi.
Setelah sekitar dua puluh menit berlalu, tiba-tiba lamunan Sang Masjid kembali terusik..”Lho..lho ada apa ini…..” Tanya Sang Masjid manakala sebagian jamaah keluar, dan sebagian lagi meneruskan shalat tarawihnya.
“Oooh…, mereka yang pulang itu ternyata mereka yang shalatnya 11 rakaat dengan witir, sementara yang melanjutkan itu adalah mereka yang shalatnya 23 rakaat dengan witir…….syukurlah, meski mereka berbeda pendapat mengenai jumlah rakaat tarawih, mereka tetap rukun dan bisa menjalankan shalat tarawih diruanganku bersama-sama……….” Sang Masjid mensyukuri kedewasaan jamaahnya dalam menyikapi perbedaan.
Setengah jam sudah berlalu, semua jamaah sudah menyelesaikan shalat tarawihnya; tiba-tiba ada ‘rasa’ yang aneh menyilimuti perasaan Sang Masjid, ia merasa cemas, apakah besok lusa, tamu-tamunya akan datang kembali memenuhi ruangannya.
Masih segar dalam ingatan Sang Masjid betapa ia merasakan kesunyian yang teramat sangat ketika satu persatu jamaah yang dihari pertama mengunjunginya, berangsur mundur teratur……., hari kedua,shaftnya tidak sepenuh hari pertama, hari ketiga, shaftnya kembali menyusut, hari keempat, hari kelima…,dan tepat seminggu, tamu-tamunya sudah berkurang hampir sepertiganya……………, akankah hal seperti ini akan terulang…? Akankah kesedihan karena ditinggal jamaah seperti tahun lalu akan kembali ia rasakan….?
Dengan penuh harap Sang Masjid berdoa, semoga ramadhan kali ini, jamaah dan tamu-tamunya tetap semangat memenuhi ruangannya untuk mengabdikan dirinya kepada Sang Khaliq; semoga kesedihan yang selalu ia rasakan setiap akhir ramadhan tidak lagi ia temukan, semoga tamu-tamu asingnya kali ini, akan menjadi jamaah regularnya selepas ramadhan, semoga anak-anak yang berisik itu kelak menjadi anak-anak shaleh dan shalehah dengan didikan dan bimbingan dari orang tua dan ustadz-ustadznya, semoga………, “Aaah terlalu banyak Aku berharap…, semoga harapanku ini didengar oleh jamaah dan tamu-tamuku……” Guman Sang Masjid.
Wassalam
August 19, 2009
Dibalik perasaan bahagia yang menyelimutinya, Masjid menyimpan tanya, siapa tamu-tamu yang datang ini…?, Masjid merasa asing dengan wajah-wajah sumringah tamunya, hanya beberapa gelintir orang saja yang ia kenali karena setiap hari berjamaah dimasjid, sementara sisanya…? Siapa mereka..? dari mana mereka…? Dan kenapa selama ini mereka tidak pernah berkunjung dan berjamaah bersama tamu-tamu regularku..?.
“Aaah pertanyaan nakal…” Guman Masjid
“Biarlah aku tidak mengenali wajah-wajah tamuku, namun hari ini Aku sangat bahagia, aku sangat bersuka cita, aku sangat bangga dikunjungi sedemikian banyak orang yang hendak melaksanakan tarawih diruanganku………” Kebahagiaannya mengalahkan pertanyaannya seputar tamu-tamunya yang asing.
Sejenak ruangan masjid menjadi penuh sesak oleh tamu-tamu yang datang, dari shaf paling depan hingga ujung ruangan paling dalam, hampir tidak ada ruang yang tersisa…, tapi…..
Sang masjid kembali bertanya, “Kenapa anak-anak itu sangat gaduh…, kenapa anak-anak itu sama sekali tidak ‘menghargai’ku sebagai tempat yang suci, mereka membawa makanan kecil, mereka juga berlarian keluar masuk, sehingga mengotori lantaiku yang baru saja dibersihkan….., kenapa…? Apakah orang tua mereka tidak pernah mengajari atau memberi tahu mereka bagaimana seharusnya bersikap dimasjid….
“Aaaah mungkin juga karena mereka masih anak-anak, tapi…orang tua mereka kan umumnya orang yang berpendidikan dan Aku yakin mereka paham dan tahu benar bagaimana mendidik anak-anaknya……,
“Atau jangan-jangan orang tua mereka memang tidak pernah kemasjid dan tidak pernah membawa anaknya kemasjid untuk belajar bersikap baik dimasjid…..?
“Aaahaa, Aku mungkin tahu jawabanya sekarang, tamu-tamu asing itu…..ya.., tamu-tamu asing yang baru kali ini datang kemasjid….., ya itu mungkin orang tua anak-anak yang berisik itu……., bagaimana mungkin mereka bisa mengajari anaknya, kalau mereka, orang tua anak-anak itu sendiri kemasjidnya baru sekarang…….yaa Aku tahu…Aku tahu sekarang……”Sang Masjid seperti menemukan jawaban.
Sang Masjid kembali diam, meresapi kebahagiaan atas kunjungan tamu-tamu yang berdatangan, Sang Masjid berusaha menikmati gemuruh suara “amiin’ dari jamaah yang tengah menunaikan shalat Isya….”Aah betapa mengharukan, sekitar lima ratus orang berada diruanganku,mereka berdiri berjajar rapi, mengucapkan takbir hampir bersamaan, ruku yang bersamaan, hingga gemuruh suara amiin yang mengharukan….oooh betapa Aku saat ini merasa paling bahagia………”
Selepas shalat Isya, tarawihan segera dimulai, Sang Masjid pun mulai menyiapkan diri untuk menyambutnya….
“Ashalatu sunnatatarawih rak’ataini rahimakumullah………………..” Seru bilal memulai shalat tarawih.
“Ashalatu lailaha ilallaaaahhh……………” Jawab jamaah bersahutan.
Imam shalat segera berdiri, diikuti makmum,
“Alhamdulillahirabbil’alamin………….arrahmanirrahiim..” Imam membaca suratul fatihah dengan sangat cepat, yang kemudian ditimpali suara makmum yang mengucapkan ‘amiiiin’ dengan nada yang tidak kalah lantang dan terkesan tidak beraturan.
Meski hampir setiap tahun masjid selalu menyelenggarakan shalat tarawih, tetap saja Sang Masjid bertanya; “Kenapa imam itu bacaan fatihahnya cepat banget..? kenapa seperti orang yang terburu-buru atau dikejar sesuatu…? Bukankah tarawih itu shalat santai dan untuk menghidupkan malam-malam penuh berkah dibulan ramadhan…..?” Lagi-lagi Sang Masjid bertanya.
“Aaah mungkin Aku terlalu berharap mereka akan berada diruangku agak lama,,,atau mungkin karena kerinduanku dengan suasana hangat seperti ini, sehingga Aku merasa gelisah ketika shalat tarawih mereka terkesan sangat buru-buru….., Aaah biarlah., mungkin mereka punya kesibukan lain, tapi setidaknya Aku bahagia sampai saat ini…..” Guman Sang Masjid lagi.
Setelah sekitar dua puluh menit berlalu, tiba-tiba lamunan Sang Masjid kembali terusik..”Lho..lho ada apa ini…..” Tanya Sang Masjid manakala sebagian jamaah keluar, dan sebagian lagi meneruskan shalat tarawihnya.
“Oooh…, mereka yang pulang itu ternyata mereka yang shalatnya 11 rakaat dengan witir, sementara yang melanjutkan itu adalah mereka yang shalatnya 23 rakaat dengan witir…….syukurlah, meski mereka berbeda pendapat mengenai jumlah rakaat tarawih, mereka tetap rukun dan bisa menjalankan shalat tarawih diruanganku bersama-sama……….” Sang Masjid mensyukuri kedewasaan jamaahnya dalam menyikapi perbedaan.
Setengah jam sudah berlalu, semua jamaah sudah menyelesaikan shalat tarawihnya; tiba-tiba ada ‘rasa’ yang aneh menyilimuti perasaan Sang Masjid, ia merasa cemas, apakah besok lusa, tamu-tamunya akan datang kembali memenuhi ruangannya.
Masih segar dalam ingatan Sang Masjid betapa ia merasakan kesunyian yang teramat sangat ketika satu persatu jamaah yang dihari pertama mengunjunginya, berangsur mundur teratur……., hari kedua,shaftnya tidak sepenuh hari pertama, hari ketiga, shaftnya kembali menyusut, hari keempat, hari kelima…,dan tepat seminggu, tamu-tamunya sudah berkurang hampir sepertiganya……………, akankah hal seperti ini akan terulang…? Akankah kesedihan karena ditinggal jamaah seperti tahun lalu akan kembali ia rasakan….?
Dengan penuh harap Sang Masjid berdoa, semoga ramadhan kali ini, jamaah dan tamu-tamunya tetap semangat memenuhi ruangannya untuk mengabdikan dirinya kepada Sang Khaliq; semoga kesedihan yang selalu ia rasakan setiap akhir ramadhan tidak lagi ia temukan, semoga tamu-tamu asingnya kali ini, akan menjadi jamaah regularnya selepas ramadhan, semoga anak-anak yang berisik itu kelak menjadi anak-anak shaleh dan shalehah dengan didikan dan bimbingan dari orang tua dan ustadz-ustadznya, semoga………, “Aaah terlalu banyak Aku berharap…, semoga harapanku ini didengar oleh jamaah dan tamu-tamuku……” Guman Sang Masjid.
Wassalam
August 19, 2009
No comments:
Post a Comment