Wednesday, February 5, 2014

BERHATI-HATILAH KETIKA MENURUNI ANAK TANGGA



“Bagaimana kakinya Nak Mas….? Tanya Ki Bijak demi mendengar berita kaki Maula yang terkilir.

“Alhamdulillah Ki…., sudah agak mendingan, tapi sudah diurut, mudah-mudahan segera baik ki….” Jawab Maula.

“Nak Mas jatuh atau gimana…? Tanya Ki Bijak lagi sambil memperhatikan kaki Maula yang masih nampak bengkak.

“Ana juga tidak tahu persisnya ki, ana baru sadar ketika sudah terduduk dianak tangga, ana fikir sih karena ana salah pijakan ki…., ana menginjak terlalu kepinggir anak tangga……” Kata Maula lagi.

“Semoga tidak apa-apa ya Nak Mas, dan semoga kita bisa ambil hikmah dan pelajaran dari apa yang Nak Mas alami sepanjang pagi dan siang ini….”Kata Ki Bijak.

“Iya Ki…., kira-kira pelajaran apa yang bisa ana ambil dari apa yang ana alami ini ki…?” Tanya Maula.

“Hati-hati dalam melangkah Nak Mas….” Kata Ki Bijak.

“Hati-hati dalam melangkah ki…?”Tanya Maula.

“Ya Nak Mas.., menentukan sebuah langkah, harus berhati-hati, tidak boleh sembarangan, tidak boleh tergesa-gesa, karena seperti yang Nak Mas alami hari ini, ketika pijakan Nak Mas tidak tepat, akhirnya Nak Mas hilang keseimbangan dan akhirnya terkilir…”

“Pun dalam kehidupan kita, menentukan langkah kita kedepan, memerlukan pertimbangan yang matang, ilmu yang cukup, serta sandaran vertical dan horizontal yang kuat, agar langkah kita kedepan tidak salah….”

“Pertimbangkan segala aspek yang meliputinya, pertimbangkan untung ruginya, pertimbangkan akibat dan dampaknya, pertimbangkan semua hal ikhwal yang terkait dengan lamgkah yang akan kita ambil…..”

“Kemudian sebelumnya tentu kita harus melandasi pertimbangan-pertimbangan yang akan kita ambil dengan ilmu dan pengetahuan yang memadai…..”

“Selebihnya sandarkan setiap langkah kita secara vertical kepada Allah dan hanya untuk Allah, agar kita dibimbing menapaki jalan atau anak tangga undak demi undak dengan selamat…”

“Sementara sandaran horizaontalnya adalah dengan menyempurnakan kasab kita untuk mencapai tujuan yang kita inginkan……” Kata Ki Bijak panjang lebar.

Maula menarik nafas dalam-dalam, “Benar Ki…, hanya sekian centi saja ana salah memijak anak tangga, mengakibatkan rasa sakit yang dalam….” Kata Maula.

“Iya Nak Mas….., salah sedikit saja kita melangkah, pasti akan ada dampaknya…..” Kata Ki Bijak lagi.

“Iya Ki……” kata Maula.

“Dan satu lagi Nak Mas…., kalau tadi Aki tidak salah dengar, Nak Mas terpeleset ketika menuruni anak tangga? Tanya Ki Bijak.

“Benar Ki.., anak terpeleset ketika ana menuruni anak tangga…” Jawab Maula.

“Pun demikian halnya dalam kehidupan, ada orang atau bahkan banyak orang yang justru terpeleset dan jatuh ketika dia dalam posisi yang ‘mapan’, dalam posisi enak, dalam posisi jalan kehidupan yang menurun, bukan pada saat mereka mendaki undakan atau ketika mereka menghadapi kesulitan….”

“Ada orang yang ketika dia belum mempunyai pekerjaan, belum mempunyai usaha, ketika jalan yang dilaluinya terjal dan mendaki, dia sedemikian taat dan menjaga ibadanya, tapi yang justru ‘jatuh’ kedalam kehinaan, justru ketika usahanya lancar, dia menjadi hina karena ‘melupakan’ Allah yang telah melancarkan usahanya, dan kemudian menjadi budak dari pekerjaannya…”

“Ada orang yang ketika miskin, ia rajin kemasjid, sama tetangga baik, suka menolong, tapi justru ‘jatuh’ ketika uangnya banyak, ia menjadi sombong dan pongah karena merasa bisa membeli semuanya dengan uang yang dia punya….”

“Ada orang yang ketika belum punya kendaraan, kemana-mana jalan kaki atau naik kendaraan umum, dia bisa menjaga waktu shalatnya, tapi justru ia ‘jatuh’ ketika sudah memiliki kendaraan…..”

“Dan masih banyak contoh orang ‘kuat’ mendaki jalan kehidupan yang menanjak dan terjal, tapi justru jatuh terpeleset ketika jalanan menurun dan landai….” Kata Ki Bijak panjang lebar.

Maula manggut-manggut mendengarkan pitutur gurunya; “Benar Ki…, kenapa bisa demikian Ki….?” Tanya Maula beberapa saat kemudian.

“Lengah Nak Mas, karena kebanyakan orang merasa bahwa menanjak itu lebih berat daripada ketika menuruni anak tangga, padahal sekali-kali tidak demikian…, justru pada saat kita menuruni anak tangga itu memiliki resiko yang tidak kalah besar atau bahkan mungkin lebih besar daripada ketika kita menaiki tangga…”

“Beban tubuh kita akan semakin berat menekan persendian kaki kita, karena gaya gravitasi yang makin besar, seperti halnya ketika kita hidup dalam kemapanan dan kelapangan, godaan dan cobaan akan semakin besar pula mendatangi kita…..”
“Kalau ketika tidak punya, orang tidak punya banyak pilihan selain diam dirumah, tapi ketika punya banyak uang, godaan datang silih berganti…, ingin coba pergi kediskotik, ingin coba minuman keras, ingin main perempuan dan lain sebagainya….:dan beratnya beban godaan itu jauh lebih berat daripada ketika kita menghadapi kesulitan atau kekurangan……” Kata Ki Bijak lagi.

Maula lagi-lagi menarik nafas panjang dan dalam, “Jadi bagaimana kita menyikapinya ki…?” Tanya Maula.

“Kita harus hati-hati, baik ketika kita menaiki anak tangga atau jalan yang terjal, pun ketika kita menuruni anak tangga atau jalan yang menurun, karena kedua-duanya adalah beban yang mempunyai resiko besar, dan karena kesulitan dan kemudahan, dua-duanya adalah ujian buat kita Nak Mas…..” Kata Ki Bijak sambil mengutip ayat al qur’an surat Al Anbiya:


35.  Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). dan Hanya kepada kamilah kamu dikembalikan.


Maula tidak berkomentar apapun, kecuali dia menarik dalam-dalam, meresapi setiap untui pitutur gurunya, dia bersyukur bahwa hari ini mendapat pelajaran yang sangat berharga, meski kakinya masih bengkak dan susah buat sujud dan tahiyat.

Wassalam;

No comments:

Post a Comment