Wednesday, February 5, 2014

PERSONAL BRANDING



“Ki….tadi pagi disebuah siaran radio, ana mendengar percakapan yang sangat menarik mengenai ‘personal braning’, Aki pernah dengar mengenai personal branding Ki….?” Kata Maula.

Ki Bijak tersenyum mendengar pertanyaan Maula;”Nak Mas, Aki ini orang kolot, yang tidak terlalu banyak tahu tentang istilah-istilah asing semacam itu; hanya mungkin kalau boleh Aki terka, yang dimaksud personal branding itu adalah semacam‘citra diri’ seseorang begitu Nak Mas….?” Kata Ki Bijak.

“Iya Ki…., kira-kira seperti itu, karena tadi yang ana dengar bahwa personal branding itu merupakan persepsi orang lain terhadap diri kita….” Kata Maula.

“Betapa beruntungnya mereka yang memiliki personal branding yang baik ya Nak Mas..., karean itu akan sangat membantu seseorang dalam menjalani aktivitas kesehariannya….”Kata Ki Bijak.

“Ki….apa personal kita sebagai muslim Ki…?” Tanya Maula.

Ki Bijak menghela nafas dalam-dalam demi mendengar pertanyaan Maula; “Akhlaqul Karimah Nak Mas….” Kata Ki Bijak pendek.

“Personal Branding seorang muslim itu akhlaqul karimah Ki..?”Tanya Maula.

“Baginda Rasulullah digelari ‘Al Amin’ karena beliau adalah orang yang selalu memegang amanah dan terpercaya bahkan jauh sejak beliau belum diangkat menjadi nabi dan rasul, dan Al Amin adalah personal branding Rasulullah saw.

“Abu Bakar digelari ‘As-shiddiq’, karena kejujuran beliau dan senantiasa membenarkan apa yang disampaikan oleh baginda Rasul, dan As-shiddiq adalah personal branding Sayyidina Abu Bakar..”

“Abu Masakin’ adalah personal branding yang disematkan  untuk Ja'far bin Abi Thalib radhiyallohu 'anhu. Abu Hurairah pernah berkata: "Sebaik-baik manusia dalam bermuamalah dengan orang-orang miskin adalah Ja'far bin Abi Thalib."

“Abu Hussam; adalah personal branding yang disematkan pada Hassan bin Tsabit radhiyallohu 'anhu. Ia mendapat julukan itu karena sya'ir-sya'irnya yang kokoh dalam melindungi Rasulullah Saw dari ejekan-ejekan, serta ketajaman bahasanya dalam mematahkan syair-syair lawan..”.

Asadullah (Singa Allah), adalah personal branding seorang  Hamzah radhiyallohu 'anhu, paman Rasulullah Saw yang meninggal pada waktu perang Uhud. Keberaniannya dalam memperjuangkan Islam memang sangat pantas untuk mendapat gelar kehormatan tersebut....”.

“Ummul Masakin; ini adalah personal brandingnya Ummul Mukminin Zainab binti Khuzaimah radhiyallohu 'anha, karena kecintaannya dalam membantu orang-orang miskin...”.

Amiinul Ummat (Orang Kepercayaan Ummat); ini adalah personal branding yang melekat pada Abu Ubaidah bin Jarrah radhiyallohu 'anhu, sebagaimana pujian Rasulullah Saw tentangnya: "Setiap ummat itu memiliki orang kepercayaan. Dan orang kepercayaan ummat Islam ini adalah Abu Ubaidah bin Jarrah."

“Dan masih banyak lagi keluhuran akhlaqul karimah yang menjadi ‘personal branding’ dari generasi terbaik umat ini.....” Kata Ki Bijak memaparkan beberapa contoh keteladan dan akhlaqul karimah.

“Iya Ki..., lalu bagaimana kita bisa memiliki personal branding yang baik Ki....?”Tanya Maula.

Ki Bijak terdiam sebentar, “Dari nama-nama yang Aki sebutkan diatas, kita dapat mengambil sebuah kesimpulan bahwa personal branding itu terbentuk dari sebuah kontinuitas, dari sebuah sikap dan sifat yang istiomah Nak Mas....” Jawab Ki Bijak.

“Personal branding terbentuk dari sebuah kontinuitas Ki...?”Tanya Maula lagi.

“Benar Nak Mas...,Baginda Rasul, mendapatkan personal branding ‘Al Amin’ bukan semata beliau ‘pernah’ memegang suatu amanah, dan kemudia menunaikannya, beliau mendapatkan personal branding yamg mulia tersebut karena beliau senantiasa berperilaku ‘terpercaya’ jauh sejak beliau belum diangkat menjadi rasul, bahkan jauh dari masa kanak-kanak dan remajanya.....”

“Abu Bakar, mendapatkan julukan atau personal branding ‘As-shiddiq’ tidak hanya karena beliau ‘pernah’ berkata jujur, beliau mendapatkan gelar kehormatan dan personal branding yang sangat istimewa tersebut dari sebuah sikap dan sifat yang kontinu,yang istiqomah, bahwa beliau menjadikan ‘kejujuran’ sebagai pakaian yang dipakai dalam kehidupan sehari-hari, beliau menjadikan ‘kejujuran’ sebagai makanan yang wajib dikonsumsi sehari-hari sepanjang hidupnya....”

“Pun dengan personal branding masing-masing tokoh yang Aki sebutkan tadi, mereka menjadi akhlaqul karimah,menjadikan keutamaan sikap dan sikap itu sebagai pakaian dan sebagai makanan yang mereka pakai dan mereka konsumsi sehari-hari, bukan sekedar pernah atau kadang-kadang....” Kata Ki Bijak lagi.

Maula manggut-manggut demi mendengar penjelasan gurunya; “Jadi kalau ada orang sedekahnya kadang-kadang, itu belum memiliki personal granding sebagai ahli sedekah ya Ki...” Kata Maula.

“Benar Nak Mas,orang yang sesekali baca qur’an, belum berhak memiliki personal branding ahli qur’an....”

“Orang yang kadang-kadang kemasjid,tapi lebih banyak shalat dirumahnya, belum memiliki personal branding sebagai ahli masjid..”

“Orang yang sesekali hadir dimajelis taklim, belum bisa disematkan kepadanya ahli ilmu dan seterusnya....”

“Pun harus diingat bahwa personal branding itu bisa juga dalam hal-hal  yang negative negative Nak Mas....” Kata Ki Bijak.

“Personal branding negative Ki...?” Tanya Maula.

“Ya Nak Mas..., Nak Mas ingat julukan Musailamah....?” Tanya Ki Bijak

“Ya Ki..,Al Kazzab,pendusta....” Kata Maula.

“Ya, dia dijuluki pendusta, karena dia mengaku nabi, pun ketika seseorang selalu berperilaku negative,bertutur kata pesimis dan tak pantas,maka mereka masing-masing dengan sendirinya akan mendapatkan cap atau personal branding yang negative pula, sesuai dengan apa yang mereka lakukan dan apa yang mereka ucapkan....” kata Ki Bijak lagi.

“Waah serius sekali ya Ki, sementara ini banyak orang yang berkeluh kesah dimedia social, yang memaki-maki ditempat umum, atau berperilaku dan berkata-kata yang tidak patut di TV, apakah mereka sadar bahwa sebenarnya mereka sedang membuat personal branding negative bagi dirinya ya Ki....” Kata Maula.

“Itu sebuah resiko Nak Mas..., kita, yang insya Allah tahu bahwa apa yang kita ucapkan,apa yang kita perbuat, akan menjadi personal branding kita, hendaknya berhati-hati dalam bersikap,berkata dan berperilaku...”

“Terlebih kita yang mengaku sebegai orang beriman, harus menyadari bahwa apapun ucapan dan tindakan kita, akan dimintai pertanggung jawaban dikelak kemudian hari, setiap ucapakan dan tindakan kita akan dihisab dan ditampakan kehadapan kita dengan sedetail-detailnya, tidak ada yang kurang dan tidak ada yang dilebih-lebihkan.....” Kata Ki Bijak sambil mengutip surat Al Zalzalah;

7.  Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya.
8.  Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan sebesar dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya pula.

“Iya Ki......”Kata Maula mengakhiri perbincangan

Wassalam

Februari 05,2014

No comments:

Post a Comment