“Ki….tadi
pagi disebuah siaran radio, ana mendengar percakapan yang sangat menarik
mengenai ‘personal braning’, Aki pernah dengar mengenai personal branding Ki….?”
Kata Maula.
Ki
Bijak tersenyum mendengar pertanyaan Maula;”Nak Mas, Aki ini orang kolot, yang
tidak terlalu banyak tahu tentang istilah-istilah asing semacam itu; hanya
mungkin kalau boleh Aki terka, yang dimaksud personal branding itu adalah semacam‘citra
diri’ seseorang begitu Nak Mas….?” Kata Ki Bijak.
“Iya
Ki…., kira-kira seperti itu, karena tadi yang ana dengar bahwa personal
branding itu merupakan persepsi orang lain terhadap diri kita….” Kata Maula.
“Betapa
beruntungnya mereka yang memiliki personal branding yang baik ya Nak Mas...,
karean itu akan sangat membantu seseorang dalam menjalani aktivitas
kesehariannya….”Kata Ki Bijak.
“Ki….apa
personal kita sebagai muslim Ki…?” Tanya Maula.
Ki
Bijak menghela nafas dalam-dalam demi mendengar pertanyaan Maula; “Akhlaqul
Karimah Nak Mas….” Kata Ki Bijak pendek.
“Personal
Branding seorang muslim itu akhlaqul karimah Ki..?”Tanya Maula.
“Baginda
Rasulullah digelari ‘Al Amin’ karena beliau adalah orang yang selalu memegang
amanah dan terpercaya bahkan jauh sejak beliau belum diangkat menjadi nabi dan
rasul, dan Al Amin adalah personal branding Rasulullah saw.
“Abu
Bakar digelari ‘As-shiddiq’, karena kejujuran beliau dan senantiasa membenarkan
apa yang disampaikan oleh baginda Rasul, dan As-shiddiq adalah personal
branding Sayyidina Abu Bakar..”
“Abu Masakin’ adalah personal branding yang disematkan untuk
Ja'far bin Abi Thalib radhiyallohu 'anhu. Abu Hurairah pernah berkata:
"Sebaik-baik manusia dalam bermuamalah dengan orang-orang miskin adalah
Ja'far bin Abi Thalib."
“Abu Hussam; adalah personal branding yang disematkan pada Hassan bin Tsabit radhiyallohu 'anhu. Ia
mendapat julukan itu karena sya'ir-sya'irnya yang kokoh dalam melindungi
Rasulullah Saw dari ejekan-ejekan, serta ketajaman bahasanya dalam mematahkan
syair-syair lawan..”.
Asadullah (Singa Allah), adalah personal branding seorang Hamzah radhiyallohu 'anhu, paman Rasulullah
Saw yang meninggal pada waktu perang Uhud. Keberaniannya dalam memperjuangkan
Islam memang sangat pantas untuk mendapat gelar kehormatan tersebut....”.
“Ummul Masakin; ini
adalah personal brandingnya Ummul Mukminin Zainab binti Khuzaimah radhiyallohu
'anha, karena kecintaannya dalam membantu orang-orang miskin...”.
Amiinul Ummat (Orang Kepercayaan Ummat); ini adalah personal branding
yang melekat pada Abu Ubaidah
bin Jarrah radhiyallohu 'anhu, sebagaimana pujian Rasulullah Saw tentangnya:
"Setiap ummat itu memiliki orang kepercayaan. Dan orang kepercayaan ummat
Islam ini adalah Abu Ubaidah bin Jarrah."
“Dan masih
banyak lagi keluhuran akhlaqul karimah yang menjadi ‘personal branding’ dari generasi
terbaik umat ini.....” Kata Ki Bijak memaparkan beberapa contoh keteladan dan
akhlaqul karimah.
“Iya Ki...,
lalu bagaimana kita bisa memiliki personal branding yang baik Ki....?”Tanya
Maula.
Ki Bijak
terdiam sebentar, “Dari nama-nama yang Aki sebutkan diatas, kita dapat
mengambil sebuah kesimpulan bahwa personal branding itu terbentuk dari sebuah
kontinuitas, dari sebuah sikap dan sifat yang istiomah Nak Mas....” Jawab Ki
Bijak.
“Personal
branding terbentuk dari sebuah kontinuitas Ki...?”Tanya Maula lagi.
“Benar Nak
Mas...,Baginda Rasul, mendapatkan personal branding ‘Al Amin’ bukan semata
beliau ‘pernah’ memegang suatu amanah, dan kemudia menunaikannya, beliau
mendapatkan personal branding yamg mulia tersebut karena beliau senantiasa
berperilaku ‘terpercaya’ jauh sejak beliau belum diangkat menjadi rasul, bahkan
jauh dari masa kanak-kanak dan remajanya.....”
“Abu Bakar,
mendapatkan julukan atau personal branding ‘As-shiddiq’ tidak hanya karena
beliau ‘pernah’ berkata jujur, beliau mendapatkan gelar kehormatan dan personal
branding yang sangat istimewa tersebut dari sebuah sikap dan sifat yang
kontinu,yang istiqomah, bahwa beliau menjadikan ‘kejujuran’ sebagai pakaian
yang dipakai dalam kehidupan sehari-hari, beliau menjadikan ‘kejujuran’ sebagai
makanan yang wajib dikonsumsi sehari-hari sepanjang hidupnya....”
“Pun dengan
personal branding masing-masing tokoh yang Aki sebutkan tadi, mereka menjadi
akhlaqul karimah,menjadikan keutamaan sikap dan sikap itu sebagai pakaian dan
sebagai makanan yang mereka pakai dan mereka konsumsi sehari-hari, bukan
sekedar pernah atau kadang-kadang....” Kata Ki Bijak lagi.
Maula
manggut-manggut demi mendengar penjelasan gurunya; “Jadi kalau ada orang sedekahnya
kadang-kadang, itu belum memiliki personal granding sebagai ahli sedekah ya
Ki...” Kata Maula.
“Benar Nak
Mas,orang yang sesekali baca qur’an, belum berhak memiliki personal branding
ahli qur’an....”
“Orang yang
kadang-kadang kemasjid,tapi lebih banyak shalat dirumahnya, belum memiliki
personal branding sebagai ahli masjid..”
“Orang yang
sesekali hadir dimajelis taklim, belum bisa disematkan kepadanya ahli ilmu dan
seterusnya....”
“Pun harus
diingat bahwa personal branding itu bisa juga dalam hal-hal yang negative negative Nak Mas....” Kata Ki
Bijak.
“Personal
branding negative Ki...?” Tanya Maula.
“Ya Nak
Mas..., Nak Mas ingat julukan Musailamah....?” Tanya Ki Bijak
“Ya Ki..,Al
Kazzab,pendusta....” Kata Maula.
“Ya, dia
dijuluki pendusta, karena dia mengaku nabi, pun ketika seseorang selalu
berperilaku negative,bertutur kata pesimis dan tak pantas,maka mereka
masing-masing dengan sendirinya akan mendapatkan cap atau personal branding
yang negative pula, sesuai dengan apa yang mereka lakukan dan apa yang mereka
ucapkan....” kata Ki Bijak lagi.
“Waah serius
sekali ya Ki, sementara ini banyak orang yang berkeluh kesah dimedia social,
yang memaki-maki ditempat umum, atau berperilaku dan berkata-kata yang tidak
patut di TV, apakah mereka sadar bahwa sebenarnya mereka sedang membuat
personal branding negative bagi dirinya ya Ki....” Kata Maula.
“Itu sebuah
resiko Nak Mas..., kita, yang insya Allah tahu bahwa apa yang kita ucapkan,apa
yang kita perbuat, akan menjadi personal branding kita, hendaknya berhati-hati
dalam bersikap,berkata dan berperilaku...”
“Terlebih
kita yang mengaku sebegai orang beriman, harus menyadari bahwa apapun ucapan
dan tindakan kita, akan dimintai pertanggung jawaban dikelak kemudian hari,
setiap ucapakan dan tindakan kita akan dihisab dan ditampakan kehadapan kita
dengan sedetail-detailnya, tidak ada yang kurang dan tidak ada yang
dilebih-lebihkan.....” Kata Ki Bijak sambil mengutip surat Al Zalzalah;
7. Barangsiapa yang
mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya.
8. Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan
sebesar dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya pula.
“Iya
Ki......”Kata Maula mengakhiri perbincangan
Wassalam
Februari
05,2014
No comments:
Post a Comment