“Nak Mas tahu yang dimaksud dengan ‘rezeki’? Tanya Ki Bijak pada
Maula ketika berbincang mengenai hal tersebut selepas shalat isya’.
“Rezeki ki.?” Tanya Maula
memastikan
“Ya Nak Mas…,kita sering meminta
kepada Allah untuk mendatangkan rezeki, memberi kita rezeki dan lain
sebagainya, pertanyaannya sekarang, apakah kita paham dengan apa yang kita
mintakan tersebut..” Kata Ki Bijak.
Maula terdiam sejenak, “Rezeki
adalah segala sesuatu yang baik dari sisi Allah ki…..” Jawab Maula dengan hati-hati.
Ki Bijak mengangguk, “Rezeki
adalah segala sesuatu yang baik dari sisi Allah…, menurut Nak Mas, apakah sehat
itu sesuatu yang baik dari sisi Allah….?” Tanya Ki Bijak.
“Iya Ki.., kesehatan adalah
sesuatu yang baik dari sisi Allah…” Jawab Maula.
“Kalau begitu, kesehatan kita
adalah salah satu rezeki dari Allah, Nak Mas setuju..?” Tanya Ki Bijak lagi.
“Setuju ki….” Jawab Maula masih
dengan nada hati-hati, Maula masih menunggu kearah mana gurunya akan membawanya
pada suatu kesimpulan
“Kemudian, pekerjaan Nak Mas,
apakah itu juga sebuah kebaikan dari sisi Allah.?” Tanya Ki Bijak lagi.
“Iya ki…, pekerjaan juga
merupakan sebuah ‘pemberian’ Allah kepada kita….” Jawab Maula.
“Nak Mas setuju kalau Aki masukan
pekerjaan sebagai salah satu bagian rezeki dari Allah..?” Tanya Ki Bijak lagi.
“Setuju ki…..” Jawab Maula lagi.
“Kemudian lagi., waktu luang,
istri yang cantik,anak-anak yang sehat, makanan yang tersimpan dikulkas,
jalanan yang lengang, udara yang kita hirup, sinar matahari yang menghangatkan,
bumi yang bisa kita pijak,air yang bisa kita gunakan untuk mandi, untuk
mencuci, untuk minum, mata kita yang bisa terpejam dan terbuka, telinga kita
yang bisa mendengar, mulut kita yang bisa berbicara, darah kita yang mengalir,
detak jantung kita yang berdegup, kaki kita yang bisa melangkah, tangan kita
yang bisa berayun….., belum lagi otak kita yang mampu berfikir, apakah menurut
Nak Mas apa yang Aki sebutkan tadi bisa kita kategorikan kedalam rezeki…..?”
Tanya Ki Bijak.
Maula menghela nafas dalam,
“Tentu saja Ki….,semua yang Aki sebutkan tadi merupakan karunia Allah yang
tidak terhingga pada kita…., semua itu adalah rezeki yang sangat besar dan
tidak terhingga…..” Kata Maula.
Ki Bijak tersenyum, “Kalau
demikian halnya,kalau kita tahu bahwa Allah sudah memberikan rezeki kepada kita
sedemikian banyak, kenapa kita masih sering berprasangka buruk kepada Allah dan
menganggap Allah itu ‘pelit’?” Tanya Ki Bijak.
“Kita sering berprasangka buruk
kepada Allah ketika kenaikan gaji kita tidak sesuai dengan harapan kita….”
“Kita sering berprasangka buruk
kepada Allah, ketika kenaikan pangkat kita ditunda…”
“Kita sering berprasangka buruk
kepada Allah, ketika orang lain mendapatkan sesuatu yang lebih dari kita…”
“Kita sering berprasangka buruk
kepada Allah, ketika kita tidak punya mobil…”
“Kita sering berprasangka buruk
kepada Allah tanpa kita menyadari bahwa sesungguhnya Allah telah sedemikian
‘baik’ kepada kita..”
“Jangan jauh-jauh, kita tengok
anggota tubuh kita ini, mata kita, adalah pemberian Allah, asli, bukan barang
bekas, dengan ukuran yang pas dengan bentuk muka kita….;
“Hidung kita…., yang meski kata
orang kurang mancung, tapi itulah yang pas buat muka kita, banyak kita lihat
orang yang melakukan operasi untuk memancungkan hidungnya malah justru merusak
estetika wajahnya sendiri….”
“Tangan kita, dengan jari-jari
yang terpisah seperti ini, subhanallah…, pernah kita berfikir bagaimana jadinya
kalau jari-jari kita ini rapat….?”
“Kaki kita, meskipun kita tidak
terlalu tinggi, tapi tetap indah dan proporsional……”
“Dan masih banyak, dan bahkan
teramat banyak karunia Allah yang kita abaikan begitu saja, seolah kita ini
jadi dengan sendirinya, seolah kita ini terbentuk dengan sendirinya, seolah
kita yang sendiri yang menjadikan jasad ini seperti sekarang……”
“Padahal demi Allah, tidak ada
satupun yang akan mampu membuat sesuatu sesempurna apa yang Allah ciptakan…”
Kata Ki Bijak panjang lebar.
Maula menghela nafas dalam-dalam,
“Benar ki….., begitu banyak nikmat Allah yang terabaikan oleh kita ya ki…..”
Kata Maula.
“Iya Nak Mas….., kita sepatutnya
berhati-hati, jangan sampai permintaan-permintaan kita kepada Allah itu
mengurangi prasangka baik kita kepada Allah…..” Kata Ki Bijak.
“Ki….., kalau diantara sedemikian
banyak nikmat rezeki yang sudah Allah berikan pada kita ini, kita minta
‘nambah’ bagaimana ki…..” Tanya Maula dengan malu-malu.
“Maksud Nak Mas…?” Tanya Ki
Bijak.
“Seperti ana sekarang nih
ki…,Alhamdulillah ana sudah kerja,dapat penghasilan,punya sedikit tabungan,
tapi masih memiliki keinginan untuk punya ‘sesuatu’, itu gimana ki…….?” Tanya
Maula.
Ki Bijak tersenyum mendengar
pertanyaan Maula, “Nak Mas ingin punya mobil? Atau ingin punya perusahaan
sendiri? Ingin punya tabungan lebih banyak gitu?” Tanya Ki Bijak.
“Kira-kira seperti itu ki….”
Jawab Maula tersipu.
“Gampang Nak Mas…..” Jawab Ki
Bijak.
“Gampang ki….?” Tanya Maula
heran.
Ki Bijak mengangguk, “Jika Nak
Mas ingin menambah apa yang sudah Allah berikan pada Nak Mas sekarang, caranya
mudah, syukuri apa yang ada, niscaya nikmat Allah akan bertambah….”
“Syukuri nikmat sehat Nak Mas
dengan menggunakannya untuk beribadah kepada Allah, insya Allah akan memelihara
kesehatan Nak Mas….”
“Syukuri pekerjaan Nak Mas
sekarang dengan bekerja dengan ikhlas karena Allah, insya Allah Nak Mas akan
mendapatkan pekerjaan yang lebih baik dan berkah…”
“Syukuri penghasilan dan gaji Nak
Mas sekarang dengan berinfaq dan shodakoh, insya Allah rezekinya banyak dan
lancar…”
“Dengan bersyukur dan mensyukuri
nikmat Allah, niscaya ‘kebaikan’ yang Allah berikan pada kita kan terus
bertambah……” Kata Ki Bijak sambil mengutip ayat al qur’an;
7. Dan (ingatlah juga),
tatkala Tuhanmu memaklumkan; "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti kami
akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), Maka
Sesungguhnya azab-Ku sangat pedih".
“Iya
ki…,’gampang…..’, tapi juga suka susah ki…..” Kata Maula.
“Susah bagaimana Nak Mas…?” Tanya
Ki Bijak.
“Misalnya kalau mau infaq atau
sedekah, kadang masih ragu,kadang masih mikir kita sendiri masih ada keperluan
lain, kadang juga bingung mau dikasih siapa, kadang menunda-nunda gitu ki…..”
Kata Maula.
“Kalau itu masalahnya, benahi
dulu yang disini Nak Mas…..” kata Ki Bijak sambil menunjuk dadanya.
“Benahi hati kita Ki…?” Tanya
Maula.
Ki Bijak mengangguk, “Benar Nak
Mas, hati kita yang harus dibenahi, keimanan kita yang harus diperbaharui,
insya Allah jika kita yakin bahwa Allah akan mengganti apa yang kita keluarkan
dijalannya dengan balasan yang berlipat, tidak ada alas an bagi kita untuk
takut atau ragu mengeluarkan zakat infaq dan sedekah….” Kata Ki Bijak.
“Insya Allah ki……” Kata Maula
sambil pamitan, karena hari sudah berangsur malam.
Wassalam
No comments:
Post a Comment